Presiden AS Joe Biden mendengarkan keterangan yang disampaikan secara virtual olah PM Australia Scott Morrison (kiri), dan PM Inggris Boris Johnson dalam pengukuhan kerjasama aliansi Indo-Pasifik di Gedung Putih, Washington, Rabu (15/9/2021). Uni Eropa, P | AP/Andrew Harnik

Internasional

Kekuatan Dunia Tanggapi AUKUS

Uni Eropa, Prancis, dan Cina meradang atas kerja sama AS-Inggris-Australia.

WASHINGTON – Sejumlah kekuatan dunia menanggapi aliansi Indo-Pasifik yang baru dibentuk Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Australia, AUKUS. Tanggapan itu datang mulai dari para sekutu lama mereka seperti Uni Eropa (UE) dan Prancis hingga negara yang kerap berselisih pendapat, Cina.

Kepala kebijakan luar negeri UE Josep Borrel mengatakan, AUKUS menunjukkan bahwa UE harus mengembangkan sendiri strategi keamanan dan pertahanannya. Ini berlaku juga di Indo-Pasifik.

"Kita harus bertahan bersama-sama, seperti yang dilakukan yang lain," kata Borrell, Kamis (16/9), saat mempresentasikan strategi baru UE di kawasan Indo-Pasifik. Ia membahas “strategi otonom” yang diperjuangkan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Pada Rabu (15/9), Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson dan PM Australia Scott Morrison mengumumkan aliansi Indo-Pasifik yang disebut AUKUS.  AUKUS adalah singkatan dari Australia, United Kingdom (Inggris), dan United States (AS).

AUKUS akan mendukung Australia memiliki delapan kapal selam berkekuatan nuklir. Lalu Australia akan membatalkan kesepakatan dengan Prancis sebelumnya untuk membangun kapal selam diesel-listrik bernilai 100 miliar dolar AS.

Borrell mengaku tidak diajak berbicara mengenai kesepakatan baru antara AS dan Australia untuk membangun kapal selam berkekuatan nuklir. "Saya mengerti sejauh mana Pemerintah Prancis merasa kecewa," kata Borrell.

Prancis menilai keputusan AS seakan menusuk mereka dari belakang dan bertindak seperti presiden AS sebelumnya, Donald Trump. "Keputusan brutal, sepihak dan tak dapat diprediksi ini mengingatkan saya pada apa yang dilakukan Mr Trump dulu," kata Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian, Kamis.

Pada Jumat, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, Prancis adalah mitra penting AS di Indo-Pasifik. Ia juga menegaskan AS akan melanjutkan kerja sama dengan Prancis.

"Kerja sama erat kami dengan Prancis tidak hanya di begitu banyak prioritas di Indo-Pasifik tapi di seluruh dunia, kami akan terus melakukannya, kami menempatkan nilai-nilai fundamental pada hubungan itu, pada kemitraan tersebut," kata Blinken.

Sementara itu Perdana Menteri Belanda Mark Rutte siap menawari Inggris untuk bekerja sama pertahanan dan keamanan dengan UE. Surat kabar the Times melaporkan, tawaran ini disampaikan dalam pertemuan di kantor Johnson yang dijadwalkan Jumat waktu Inggris.

Cina mengecam kesepakatan AUKUS. Mereka mengatakan, kemitraan seharusnya tidak mengincar negara ketiga. Negeri Tirai Bambu juga memperingatkan kerja sama pertahanan itu memicu perlombaan senjata di kawasan.

"(Ketiga negara itu) merusak perdamaian, stabilitas, mengintensifkan perlombaan senjata dan merusak upaya non-proliferasi nuklir internasional," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Zhou Lijian, Kamis. Namun, Gedung Putih menolak kritik dari Cina. "Kami tidak mencari konflik dengan Cina," kata juru bicara Gedung Putih Jen Psaki. "Pandangan kami ini tentang keamanan di Indo-Pasifik," tambahnya 

Cina Melamar ke CPTPP

Cina melamar untuk ikut dalam kesepakatan perdagangan bebas Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP), Kamis (16/9). Menteri Perdagangan Cina Wang Wentao mengajukan permohonannya kepada Menteri Perdagangan Selandia Baru Damien O’Connor. Selandia Baru adalah sekretariat CPTPP.

CPTPP sebelumnya dikenal dengan Trans-Pacific Partnership (TPP) yang  beranggotakan 12 negara termasuk Amerika Serikat (AS). TPP dipandang sebagai kekuatan ekonomi untuk mengimbangi Cina.

Semasa kepresidenan Donald Trump, AS keluar dari TPP pada 2017. Namun, 11 anggota lain sepakat melanjutkan langkah dan merevisi TPP menjadi CPTPP pada Maret 2018. Sebelas negara itu adalah Jepang, Kanada, Peru, Meksiko, Cile, Selandia Baru, Vietnam, Malaysia, Brunei, Singapura, dan Australia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat