Calon penumpang memindai kode batang (QR Code) melalui aplikasi PeduliLindungi sebelum memasuki Stasiun Sudirman, Jakarta, Sabtu (11/9/2021). | ANTARA FOTO/ Reno Esnir

Tajuk

Aplikasi Surveilans dan Kewaspadaan

Mengerikan sekali membayangkan seseorang yang sedang mengidap Covid-19 dengan sengaja berjalan-jalan.

Salah satu kunci sukses negara-negara yang berhasil mengendalikan wabah Covid-19 adalah pelacakan dan tes. Seberapa cepat dan luas pemerintah bisa melakukan pelacakan, dan seberapa masif pemerintah bisa menggelar tes massal. Ini yang diperlihatkan Cina dan Taiwan dengan amat baik.

Cina dengan kekuatan pemerintahnya mampu menutup satu kota, melacak pasien Covid-19 dan orang-orang yang berhubungan dengannya, serta melakukan tes masif ke seluruh penduduk kota tersebut. Semuanya bisa berjalan dalam beberapa hari saja.

Selain itu, sejak tahun lalu, Cina dan Taiwan sudah memiliki aplikasi pemantauan yang wajib digunakan penduduknya. Aplikasi ditanam dalam ponsel. Aplikasi surveilans ini digunakan untuk mengetahui status vaksinasi, kondisi kesehatan si pemilik, posisinya, situasi pagebluk di sekitarnya, dan bermacam indikator lainnya. Aplikasi juga berhubungan dengan data kependudukan dan fasilitas kesehatan.

Di Taiwan, misalnya, aplikasi juga mampu memperlihatkan kondisi kesehatan secara umum si pemilik. Dengan begitu, pemerintah tahu, mana warganya yang memiliki komorbid dan melakukan lokalisasi. Warga yang memiliki komorbid dan belum divaksin, dilarang keluar rumah bila tidak darurat.

 
Selain itu, sejak tahun lalu, Cina dan Taiwan sudah memiliki aplikasi pemantauan yang wajib digunakan penduduknya. 
 
 

Kita terlambat setahun dalam hal aplikasi surveilans ini. Pemerintah merilis aplikasi “PeduliLindungi” sekitar beberapa pekan lalu. Sosialisasinya pun masih terus berjalan. Penggunaannya untuk sektor transportasi ataupun sektor ritel dan olahraga baru digenjot dua pekan terakhir. Pemerintah berencana memperluas cakupan aplikasi ini ke sektor lainnya, terutama pariwisata.

Di tengah rencana itu, kemarin, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memberikan informasi mengejutkan. Dalam rapat kerjanya di Komisi Kesehatan DPR, Menkes Budi mengakui, ada sekitar 3.000-an orang yang diketahui terjangkit Covid-19 mencoba masuk mal!

Aplikasi “PeduliLindungi” mengategorisasikan penggunanya dalam warna. ‘Hitam’ berarti terjangkit dan tak boleh keluar tempat isolasi. ‘Merah’ berarti belum divaksin, pernah kontak erat dengan pasien Covid-19 sehingga tak boleh berkeliaran.

‘Kuning’ berarti pemilik akun baru satu kali divaksin. Meski demikian, bisa mengakses fasilitas publik dengan protokol kesehatan yang ketat. Sedangkan ‘hijau’, berarti pemilik akun sudah dua kali divaksin dan diizinkan mengakses fasilitas publik, dengan menerapkan protokol kesehatan.

Pernyataan Menkes Budi di atas perlu diperjelas. Apakah orang dengan warna hitam itu benar-benar masuk ke mal? Atau sekadar mencoba masuk ke mal? Kemudian kalau benar masuk ke mal, mengapa aparat keamanan mal tidak melarangnya? Mengapa dibiarkan? Benarkah ada pembiaran?

 
Mengerikan sekali membayangkan saat ini seseorang yang sedang mengidap Covid-19, bisa jadi tanpa gejala, dengan sengaja berjalan-jalan.
 
 

Mengerikan sekali membayangkan saat ini seseorang yang sedang mengidap Covid-19, bisa jadi tanpa gejala, dengan sengaja berjalan-jalan. Bukannya melakukan isolasi diri untuk penyembuhan. Kalau benar mereka nekat demikian, mereka adalah bom-bom waktu berjalan Covid-19.

Pemerintah harus segera mengambil langkah tegas mengatasi situasi ini. Protokol keamanan di mal dan tempat wisata wajib diperketat lagi. Kalau perlu, siapkan ambulans atau mobil karantina darurat di mal dan tempat wisata. Kemudian, pengidap Covid-19 tidak lagi dibolehkan isolasi mandiri. Kebijakan isolasi mandiri di daerah harus diubah menjadi isolasi terpusat dan terpantau ketat.

Situasi Covid-19 di Indonesia saat ini diklaim terkendali. Angka kasus harian menurun, jumlah kematian menurun, angka testing stabil di atas 100 ribuan per hari, dan angka vaksinasi di atas sejuta per hari. Pekan lalu, pengusaha pusat perbelanjaan bahkan bertemu Presiden Joko Widodo meminta agar anak-anak mulai diperbolehkan masuk mal.

Di beberapa daerah, dalam sepekan terakhir, kita bisa melihat pembukaan pusat belanja dan wisata. Jalur Puncak, yang menjadi tempat wisata Jabodetabek, padat. Pantai-pantai di selatan dan utara Jawa kembali ramai. Pelacakan di Google Mobility pun menunjukkan pemulihan aktivitas menuju sebelum lonjakan Juli kemarin.

Saat ini justru bukan saatnya lengah. Sebaliknya, pemerintah dan publik wajib ekstra waspada. Apalagi, dengan fenomena pasien Covid-19 berkeliaran yang disebut Menkes Budi di atas. Menkes Budi sudah memberikan peringatan cukup keras bahwa pagebluk ini masih jauh dari tuntas.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat