Ilustrasi program religi di TV | Youtube

Khazanah

KPI: Program Religi di TV Berkualitas

Program religi menguatkan semangat dakwah.

JAKARTA — Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menyampaikan, program siaran religi di televisi (TV) sudah berkualitas. Ada lima dimensi yang dinilai dari program siaran religi tersebut.

Komisioner KPI pusat Nuning Rodiyah mengatakan, untuk program siaran religi di televisi ada lima dimensi yang dinilai. Dimensi pertama, penghormatan terhadap suku, ras, dan agama. Kedua, menjaga etika, hubungan antaragama, dan toleransi. Dimensi ketiga, tidak ada muatan horor, mistik, dan supranatural pada konten religi.

Kemudian, dimensi keempat, tidak mengandung muatan seksualitas. Dimensi kelima, tujuan acaranya membangun watak dan jati diri bangsa. "Sampai hari ini secara muatan (program religi di televisi) sudah berkualitas," ujar Nuning kepada Republika, Ahad (12/9).

Ia mengatakan, dalam program siaran religi, pelanggaran hampir tidak ditemukan. Sehubungan dengan itu, KPI menyarankan, siaran religi di televisi ke depan muatannya harus dipastikan terbebas dari potensi-potensi yang mengandung konten radikalisme dan mendiskreditkan kelompok atau agama lain. Program-program religi juga harus menjaga toleransi.

Sebelumnya, KPI menggelar riset siaran televisi 2021. Tujuan dari riset tersebut untuk mengukur dan menyusun indeks kualitas program siaran televisi berdasarkan kategori. Ada beberapa kategori yang diukur dalam riset tersebut, di antaranya kategori wisata budaya, religi, anak, berita, talkshow, infotainment, dan sinetron.

Hasil riset itu menyebut, indeks kualitas program religi dalam rentang waktu 2017-2021 secara konsisten berada pada skala 3 (berkualitas). Riset ini dipublikasikan KPI dalam webinar bertajuk “Ekspos Riset Siaran Televisi Tahap 1 Tahun 2021”, beberapa hari berselang.

 

Dalam riset yang dilakukan atas kerja sama dengan 12 perguruan tinggi itu, Koordinator Litbang KPI pusat Andi Andrianto menjelaskan, hal tersebut dinilai berdasarkan lima dimensi yang telah ditetapkan saat proses riset dilakukan. Dari kelima dimensi yang diteliti memiliki hasil indeks rata-rata konten religi yang tayang sebesar 3,40.

“Tentu saja hal ini menjadi perhatian bagi para praktisi jurnalistik yang berkecimpung pada penyiaran konten religi untuk terus meningkatkan kualitas, juga memberikan inovasi pada program siaran yang disuguhkan,” ujar dia seperti dilansir laman resmi MUI.

Sementara, dia melanjutkan, ada beberapa tayangan yang kualitasnya justru mengalami penurunan, yakni infotainment, variety show, dan sinetron.

Pada kategori infotainment, KPI mengukur 19 dimensi sehingga diperoleh nilai 2,67. Indeks ini menandakan program infotainment di stasiun televisi Indonesia tidak berkualitas. “Bahkan, ada kecenderungan kita lihat mengalami penurunan,” ujar Andi.

Sementara, Wakil Ketua Komisi Informasi dan Komunikasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Thobib al-Asyhar mengapresiasi hasil riset KPI terkait program religi di televisi. Hal itu, menurut dia, merupakan buah dari hasil pembinaan antara MUI dan KPI.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by KPI Pusat (kpipusat)

“MUI setiap tahun selalu mengadakan pentauan siaran religi dan memberi catatan untuk disampaikan kepada KPI guna ditindaklanjuti,” ujar Thobib.

Dia berharap, KPI bisa terus meningkatkan kesadaran para penyelenggara siaran akan pentingnya program religi yang lebih berkualitas, baik secara konten, pembawa acara, maupun penceramah.

Thobib menambahkan, MUI memang tidak terlibat secara langsung dalam riset yang dilaksanakan KPI tersebut. Namun, menurut dia, MUI harus menerima laporan hasil risetnya.

“Terkait riset saya kira biar KPI melaksanakan sendiri atau kerja sama dengan pihak lain, sementara MUI sebagai pembina cukup menerima laporan hasil riset, karena MUI sebagai lembaga pembina dakwah atau siaran,” kata dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat