Pasukan Taliban berpose di Provinsi Panjshir yang mereka taklukkan pada Rabu (8/9/2021). Utusan PBB mendesak agar Afghanistan dapat mengakses aset yang ada di luar negeri. | AP/Mohammad Asif Khan

Internasional

PBB: Afghanistan Nyaris Hancur

Utusan PBB mendesak agar Afghanistan dapat mengakses aset yang ada di luar negeri.

NEW YORK -- Badan Program Pembangunan PBB (UNDP) memperingatkan, sekitar 97 persen populasi Afghanistan mungkin akan hidup di bawah garis kemiskinan. Kondisi ini hanya bisa ditangani jika krisis ekonomi dan politik di negara itu diatasi.

Dalam laporan yang dirilis Kamis (9/9), UNDP mengatakan, kemiskinan di Afghanistan dapat meningkat 25 persen akibat produk domestik bruto (PDB) riil negara itu mengalami kontraksi. Sudah setengah populasi Afghanistan membutuhkan bantuan kemanusiaan.

"Ada guncangan anggaran. Ada juga guncangan devisa. Jika ada devisa sekitar 9 miliar dolar AS benar-benar dibekukan, maka ada guncangan perdagangan. Perdagangan domestik dan internasional anda akan terguncang," kata perwakilan residen UNDP di Afghanistan, Abdallah Al Dardari pada Aljazirah, Jumat (10/9).

"Biarkan masyarakat sipil, organisasi komunitas lokal, mengelola proyek-proyek (yang sudah berjalan), mari implementasikan, kami tidak meminta apa pun, hanya jangan halangi," kata Al Dardari.

Utusan khusus PBB untuk Afghanistan, Deborah Lyons, harus ditemukan cara agar uang segera mengalir ke Afghanistan. Uang itu, katanya, “Untuk mencegah kehancuran total di sektor ekonomi dan ketertiban sosial.” Ia juga mengingatkan, harus ada perangkat yang memastikan uang itu tidak disalahgunakan Taliban.

“Ekonomi harus dibuat bernapas kembali selama beberapa bulan ke depan, sehingga memberi kesempatan kepada Taliban untuk menunjukkan keinginan mereka yang tulus dan fleksibel untuk menunjukkan mereka berbeda kali ini, khususnya di bidang hak asasi manusia, gender, dan perspektif kontraterorisme,” kata Lyons di hadapan Dewan Keamanan PBB, Kamis.

Sebagian besar aset bank sentral Afghanistan senilai 10 miliar dolar AS berada di luar negeri. Aset itu menjadi instrumen bagi Barat untuk menekan Taliban. Sebaliknya, Rusia dan Cina mendukung pelepasan aset Taliban yang selama ini dibekukan.

Kementerian Keuangan Amerika Serikat, misalnya, sudah menyatakan belum berencana melonggarkan sanksi atau memberi akses kepada Taliban terhadap sistem keuangan global. Dana Moneter Internasional (IMF) juga telah memblokir Taliban agar tidak bisa mengakses sekitar 440 juta dolar AS dalam bentuk dana cadangan.

“Taliban sedang mencari legitimasi dan dukungan internasional. Pesan kami sederhana, setiap legitimasi dan dukungan harus ada harganya,” kata diplomat senior AS, Jeffrey DeLaurentis, kepada Dewan Keamanan PBB.

Pada awal pekan ini lembaga-lembaga bantuan internasional memperingatkan krisis kemanusiaan yang akan datang di Afghanistan. Lembaga kemanusiaan Doctors Without Borders (Medecins Sans Frontieres atau MSF) mengatakan sistem kesehatan Afghanistan yang rentan terancam ambruk.

photo
Pasukan Taliban menjaga pasukan perlawanan yang menyerahkan diri di Provinsi Kapisa, Rabu (8/9/2021). - (AP/Mohammad Asif Khan)

PBB sudah memperingatkan 18 juta rakyat Afghanistan menghadapi bencana humanitarian. Kemungkinan mereka juga akan diterpa banyak krisis yang bercabang.

"Ada berbagai krisis; perpindahan internal, imigrasi, orang-orang lari dari negara itu, orang-orang ikut melakukan bisnis ilegal. Saya pikir perdagangan opium akan berkembang lebih besar dari hari ini, sederhananya karena tidak ada pekerjaan lain, kekerasan dalam negeri juga akan meningkat. Sudah tugas kami turun tangan sekarang," katanya.

Sebelum Taliban merebut Afghanistan pada 15 Agustus 2021, negara itu sangat bergantung pada bantuan donor. Lebih dari sepertiga produk domestik bruto (PDB) Afghanistan berasal dari bantuan asing.

PBB meminta dana tambahan 200 juta dolar AS untuk menyelamatkan nyawa di Afghanistan. Laporan UNDP menyebutkan, kombinasi dari berbagai faktor dapat mengakibatkan batas dasar garis kemiskinan Afghanistan yang saat ini 72 persen menjadi membengkak.

Faktor-faktornya, antara lain, kemiskinan, pandemi Covid-19, dan gejolak yang ditimbulkan transisi politik yang sedang berlangsung. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat