Tenaga kesehatan puskesmas Kecamatan Menteng melakukan tes usap antigen dan PCR gratis kepada warga dalam Program Swab Seru Keliling (Seruling) di Masjid Jami Assuhaimiah, Kebon Sirih, Jakarta, Kamis (9/9/2021). Situasi endemi terjadi jika Covid-19 sudah | Prayogi/Republika.

Kabar Utama

Jokowi: Indonesia Bersiap Endemi

Situasi endemi terjadi jika Covid-19 sudah dianggap seperti flu, batuk, atau pilek.

JAKARTA -- Presiden Joko Widodo menginginkan Indonesia bisa memulai fase transisi dari pandemi Covid-19 ke endemi. Pemerintah pun sedang menyiapkan peta jalan agar masyarakat bisa hidup berdampingan dengan Covid-19.

Pandemi Covid-19 sudah melanda Indonesia lebih dari 1,5 tahun. Menurut Jokowi, Covid-19 tidak akan hilang dalam waktu dekat. “Oleh karena itu, kita harus mulai menyiapkan transisi dari pandemi ke endemi dan mulai belajar hidup bersama dengan Covid," ujar Jokowi seusai meninjau kegiatan vaksinasi Covid-19 di SLB Negeri 1 Yogyakarta, Kabupaten Bantul, DIY, Jumat (10/9).

Merujuk pada laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, endemi merupakan keadaan suatu penyakit yang konstan atau penyakit itu biasa ada di dalam suatu populasi atau area geografis tertentu. Contoh penyakit endemi adalah malaria dan demam berdarah dengue (DBD).

Jokowi mengatakan, meski kasus Covid-19 sedang dalam tren menurun, masyarakat diharapkan tak euforia. Protokol kesehatan harus selalu dijalankan secara ketat.

"Jangan senang-senang yang berlebihan. Masyarakat harus sadar, Covid-19 selalu mengintip kita, sehingga protokol kesehatan harus terus dilakukan, terutama memakai masker," kata Jokowi.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, di masa transisi ini, masyarakat sudah dapat mulai beraktivitas dengan menyesuaikan level Pemberlakuan Pemabatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di daerah masing-masing. Agar kasus dapat terus terkendali, penerapan prokes menjadi hal yang wajib.

Ia juga berharap masyarakat yang belum divaksin Covid-19 agar segera mengikuti vaksinasi. Hal yang tak kalah penting adalah terus menggalakkan testing, tracing, dan treatment (3T). "Ini agar identifikasi potensi kasus baru dapat segera dimitigasi," kata Budi dikutip dari siaran resmi Istana Kepresidenan.

Menurutnya, hidup bersama dengan Covid-19 merupakan kenyataan yang harus dihadapi bersama. Senada dengan Presiden, Menkes menyebut Covid-19 tidak akan hilang dalam waktu dekat. Budi mengatakan, kalangan epidemiolog juga sepakat mengenai hal tersebut.

"Sesuai dengan arahan Bapak Presiden untuk bersiap hidup bersama Covid-19, kita mesti menjalankan protokol kesehatan dengan disiplin, dan vaksinasi merupakan kunci dalam mengendalikan Covid -19,” ucap Menkes.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) terkait persiapan transisi dari pandemi ke endemi. "Roadmap terkait transisi pandemi ke endemi masih dalam proses pembahasan dan finalisasi," kata Nadia kepada Republika, Jumat (10/9).

photo
Warga berolahraga di area Lapangan Gasibu, Kota Bandung, Jumat (10/9). Pemerintah Provinsi Jawa Barat kembali membuka lapangan Gasibu dan Saparua untuk warga khusus aktivitas olahraga dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 secara ketat dan membatasi jumlah pengunjung sebanyak 50 persen dari kapasitas. - (REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA)

Nadia tak menjelaskan lebih lanjut soal peta jalan yang sedang disiapkan. Hal yang pasti, kata dia, ada perbedaan antara pandemi dan endemi. Pandemi merupakan kondisi dimana semua negara dan benua mengalami kondisi penularan penyakit.

"Kalau endemi pada berbagai daerah penyakitnya tetap ada dan terus-menerus pada level yang cukup tinggi untuk berpotensi menimbulkan KLB (kejadian luar biasa)," katanya.

Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan, harus ada peta jalan yang dibuat untuk bisa hidup berdampingan dengan Covid-19. Karena, dibutuhkan waktu yang lama untuk menjadikan Covid-19 sebagai endemi, seperti halnya penyakit flu ataupun malaria.

"Tapi yang harus diluruskan, kita jangan mengarahkan ini jadi endemi. Pilihan itu ada tiga, tetap epidemi, kemudian endemi, ada juga ya terkendali saja. Kita tentu cita-citanya selesai saja, kayak dulu virus SARS MERS, kan tidak benar hilang, tetap ada hanya di beberapa lokasi negara, " kata Dicky kepada Republika, kemarin.

Menurut dia, memulai transisi sejak sekarang merupakan langkah yang tepat. Hal tersebut lantaran proses mutasi virus Covid-19 yang begitu cepat. Apalagi, kata dia,  Covid-19 tergolong ke dalam kelompok virus RNA (ribonucleic acid), yaitu masuk dalam salah satu jenis dari asam nukleat, di mana virus ini dikategorikan sebagai makhluk hidup, sehingga mudah bermutasi.

Hal itulah yang menjadi alasan mengapa banyak wilayah dan negara di dunia sulit mengendalikan pandemi ini. "Karena infeksi pada manusianya sangat mudah terjadi."

Ia menjelaskan, situasi endemi terjadi jika Covid-19 sudah dianggap seperti flu, batuk, atau pilek yang biasa terjadi. "Sepanjang tahun ada malaria, flu, batuk, pilek yang bisa terjadi. Itu namanya endemi, penyakitnya jadi standar terjadi dalam keseharian," katanya.

Namun saat endemi, dimungkinkan terjadi hiperendemi, yakni ketika penyakit tersebut kembali meningkat. Ia mencontohkan seperti flu bisa terjadi peningkatan seperti di luar negeri saat musim dingin atau di Indonesia terjadi pada saat pancaroba.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, pemerintah berfokus untuk mempertahankan kondisi kasus Covid-19 yang saat ini mulai terkendali. Hal itu dilakukan sebagai persiapan transisi dari pandemi Covid-19 menuju endemi.

Kebijakan instrumen pengendalian yang sudah dijalankan akan terus dilaksanakan, salah satunya PPKM berlevel sesuai dengan kondisi daerah. Kemudian, peningkatan 3T dan perluasan vaksinasi. "Kebijakan pengendalian tidak akan terlepas dari kehidupan masyarakat selama Covid-19 masih ada," ujar Wiku. 

IDI: Cara Hidup Telah Berubah 

Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Zubairi Djoerban, mengingatkan perlunya peta jalan untuk mewujudkan impian hidup berdampingan dengan Covid-19. Sebab, cara hidup yang telah berubah, akan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang akibat adanya Covid-19.  "Kita tak bisa menerapkan cara hidup seperti 10 tahun lalu. Kita akan tetap terus vaksinasi, memakai masker, serta cuci tangan. Ini akan jadi kebiasaan hidup kita," kata Zubairi kepada Republika, Jumat (10/9).

photo
Petugas menunjukkan cara penggunaan aplikasi PeduliLindungi kepada warga yang akan memasuki kawasan pusat perbelanjaan di Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (8/9/2021). Mulai 7 September 2021, pemerintah mewajibkan fasilitas publik termasuk pusat perbelanjaan untuk menerapkan protokol kesehatan tambahan yaitu wajib vaksin Covid-19 yang akan dideteksi melalui aplikasi PeduliLindungi. - (ANTARA FOTO/Basri Marzuki/rwa.)

Pernyataan tersebut ia sampaikan untuk merespons rencana pemerintah menyiapkan transisi dari pandemik Covid-19 ke endemi. Zubairi menekankan, hal terpenting dalam peta jalan tersebut adalah menggenjot vaksinasi dan tidak melonggarkan protokol kesehatan. 

Menurut dia, permintaan Presiden Joko Widodo untuk menyiapkan transisi pandemi ke endemi karena sudah adanya kemajuan yang nyata dalam penanggulangan pandemi di Tanah Air. Tingkat kasus positif telah turun drastis. Ketersediaan tempat tidur di rumah sakit juga kembali memadai. "Kemudian, angka kematian turun, pasien baru juga turun. Jadi kita siapkan transisi," kata Zubairi.

Kendati begitu, ia mengingatkan agar kasus Covid-19 yang saat ini terkendali dapat terus dipertahankan. Salah satu caranya dengan mempercepat vaksinasi. Target vaksinasi hingga kini belum tercapai. Padahal, kekebalan kelompok dapat dicapai apabila jumlah masyarakat yang mendapat vaksinasi tinggi.

"Untuk itu, agar herd immunity segera dicapai, pemerintah berupaya keras mempercepat program pemberian vaksinasi kepada masyarakat," katanya.

Pemerintah juga harus memperkuat testing dan tracing yang saat ini dinilainya belum maksimal. "Testing ini naik turun, tracing juga masih kurang," ujarnya.

Zubairi mengatakan, tracing idealnya dilakukan terhadap 15-30 orang yang melakukan kontak dengan seseorang yang terkonfirmasi positif Covid-19. 

photo
Pengunjung beraktivitas di kawasan MBloc Space, Jakarta, Selasa (31/8/2021). Kawasan Mbloc Space mulai beroperasi kembali dengan mewajibkan pengunjung memiliki sertifikat vaksin yang diakses melalui aplikasi PeduliLindungi serta menerapkan protokol kesehatan yang ketat. - (Republika/Thoudy Badai)

Zubairi menegaskan, disiplin prokes sangat penting untuk terus dijaga mengingat kondisi dunia belumlah normal. Kerumunan di ruang publik, seperti dibukanya restoran ataupun resepsi pernikahan, sebaiknya dihindari. "Pesta pernikahan, misalnya, kalau kita mau ke arah normal itu tidak bisa. Saat ini belum waktunya normal, makanya peta jalan dibuat tahap demi tahap," kata Zubairi.

Ia menilai, pemerintah sudah melakukan satu peta jalan, yakni sekolah mulai tatap muka. Namun, langkah ini harus dilakukan secara bertahap. Sebab, tingkat kasus positif di Tanah Air sangat berfluktuasi. "Sempat tinggi, sekarang sudah turun amat drastis. Oleh karenanya, harus tetap waspada," ujarnya. 

Hal yang tak kalah penting, menurut dia, terus memperketat pintu masuk. Pemerintah juga harus terus memantau setiap orang yang masuk dari berbagai negara.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, pemerintah berfokus untuk mempertahankan kondisi kasus Covid-19 yang saat ini mulai terkendali. Hal itu sebagai persiapan transisi dari pandemi Covid-19 menuju endemi.

Kebijakan instrumen pengendalian yang sudah dijalankan akan terus dilaksanakan, salah satunya PPKM berlevel sesuai dengan kondisi daerah. Kemudian, peningkatan 3T dan perluasan vaksinasi.

"Kebijakan pengendalian tidak akan terlepas dari kehidupan masyarakat selama Covid-19 masih ada," ujar Wiku.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat