Keamanan obat | americanbonehealth,org

Sehat

Menjaga Keamanan dan Kualitas Obat

?Penyimpanan obat yang baik dan benar di rumah pada umumnya tidak boleh terpapar sinar matahari langsung.?

Berbagai penyakit yang ada di dunia ini diperangi dengan aneka terapi, termasuk obat-obatan. Pemilihan obat tentunya berdasarkan hasil diagnosis dan pemeriksaan dokter agar tepat sasaran dan untuk mencapai kesembuhan.


Seperti halnya dengan jenis produk- produk lainnya, obat yang diproduksi suatu perusahaan farmasi tentu memiliki masa penggunaannya. Pada kemasan obat biasanya tertera tanggal produksi, kode produk, serta tanggal kedaluwarsa.


Obat yang baik dan aman dikonsumsi adalah obat yang masih berlaku masa penggunaannya. Obat yang sudah kedaluwarsa tentunya tidak aman untuk dikonsumsi, sama halnya dengan produk-produk lainnya. Demikian juga dengan obat yang menyalahi penggunaan dan penyimpanannya. Jika salah penggunaan dan penyim panannya, kualitas dan khasiat obat dapat terpengaruh, bahkan menurun.


Perusahaan farmasi tentu saja memiliki prosedur pengolahan serta penyimpanan obat yang baik. Tujuannya jelas, agar keaman an dan kualitas obat tetap terjaga, apalagi obat-obatan yang khusus seperti un tuk pasien kanker. Namun, setelah masuk ke tangan konsumen, apakah ke amanan dan kualitas obat masih bisa terjaga?


Warehouse Manager Enseval Irwan Dwi Suryanto mengatakan, penyimpanan obat yang baik dan benar di rumah pada umumnya obat disimpan di suhu kamar. Obat tidak boleh terpapar sinar matahari langsung. "Tidak boleh terlalu panas karena bisa mengubah khasiat obat itu," ujarnya di sela rangkaian acara Patient Journey in Oncology Total Solution yang dise lenggarakan PT Kalbe Farma (Kalbe), belum lama ini, di Jakarta.


Penyimpanan obat yang kurang baik, menurut Irwan, bisa merusak khasiat obat. Salah satu ciri obat yang disimpan tidak baik adalah etiket obat yang rusak atau tam pak kusam. "Harusnya warna terang, jadi kusam. Itu ciri-ciri paling mudah dilihat. Kalau sudah begitu, jangan di konsumsi," katanya.


Obat batuk yang mudah didapat di warung bila sudah terbuka kemasannya akan terpapar lingkungan dan udara sekitar. Karena itu, kata dia, sebaiknya konsumsi dua atau tiga hari atau maksimal sepekan. Bila sudah lewat dari waktu tersebut, obat itu disarankan jangan dikonsumsi lagi. "Beli saja yang baru."


Planning Manager Enseval M Benny Irmawan menyarankan agar pasien menyim pan obat sesuai dengan petunjuk yang ada dalam kemasan, misalnya disimpan dalam suhu tertentu atau tempat tertentu. "Mengikuti apa yang dicantumkan dalam kemasan karena sudah distudi obat disimpan dalam suhu berapa," ujarnya.


Kualitas obat yang sudah tidak baik, karena proses penyimpanan obat yang salah, secara fisik tidak dapat dilihat. Untuk mengecek khasiat obat masih baik atau tidak, obat tersebut harus diperiksa terlebih dahulu.


Terkait obat, di tempat terpisah, Wakil Sekretaris Ikatan Apoteker Indonesia Dra R Dettie Yuliati MSi Apt mengatakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan masyarakat, terutama terkait penyimpanan obat di rumah. Sebaiknya penyimpanan disesuaikan dengan jenis obatnya dan bentuk sediaannya, misalkan tablet, kapsul, atau cair.


Mencatat tanggal membeli obat ataupun saat berobat ke dokternya sangat diperlukan. Penyimpanan obat juga ada aturan dan caranya yang bisa dilihat dari penjelasan di bagian dalam kemasan. "Disarankan beli kemasan utuh karena di sana ada info obat lengkap, brandapa, zat aktif apa. Wajib ditulis di sana," ungkapnya.

photo
aarp.org


Dettie menganjurkan agar menjauhkan obat-obatan dari jangkauan anak dan sinar matahari langsung. Pasalnya, sinar matahari dapat mengubah komposisi obat. "Simpan dalam kemasan asli, jangan dibuka. Kalau belinya satu strip, lipat di dalam strip, simpan di suhu kamar, tempat kering, tempat sejuk. Simpan di tempat kotak obat yang harus dimiliki setiap rumah tangga," katanya menambahkan.



Perhatikan kedaluwarsa

Selain itu, Irwan mengingatkan untuk melihat tanggal kedaluwarsa obat yang akan dikonsumsi. Pilih obat yang tanggal kadaluwarsanya masih panjang. "Namun, bila kemasaan obat masih utuh atau tidak kotor, tidak ada bekas bercak, atau noda hitam pada kemasan, serta tanggal kedalu warsa masih panjang, harapannya obat masih aman," ujarnya.


Menurut dia, obat sudah kedaluwarsa sebaiknya jangan dikonsumsi. Mendekati tanggal kadaluwarsa masih boleh dikonsumsi, kecuali sudah masuk ke saat kedaluwarsa. "Yang lebih tahu petugas medis dan apotekernya. Konsultasi dahulu ke petugas atau apotekernya. Jangan asal minum karena sayang sudah membeli obat,"ujarnya.


Semua tenaga medis atau apoteker, dia melanjutkan, sudah dibekali ilmu dan etika profesi bahwa dia tidak boleh memberikan obat yang tidak layak. Dengan begitu, ada kontrol internalnya untuk pemberian obat dan produk-produk farmasi lainnya.


Benny juga menyarankan untuk melihat tanggal kedaluwarsa obat. Kalau sebelum tanggal kedaluwarsa, obat masih layak digunakan. Namun, kalau sudah lewat tanggal kedaluwarsa, obat tidak boleh digu nakan. "Obat kadaluwarsa macam-macam waktunya. Tergantung obatnya. Ada yang tiga tahun, ada yang lima tahun. Mulai dari proses produksi," ujarnya. Selain itu, bila kemasan rusak, sebaiknya obat tersebut juga tidak dikonsumsi.


Dettie mengingatkan jangan percayakan soal obat untuk anggota keluarga kepada asisten rumah tangga di rumah sebab khawatir mereka salah memberi obat. Selain itu, periksa tanggal keda luwarsa obat untuk keamanan dan kua litasya. Bila kedaluwarsa masih panjang tetapi penyimpanan kurang baik, hal itu akan mengubah komposisi obat juga.


Untuk obat sediaan sirup seperti obat batuk, begitu Anda tidak batuk dan masih ada sisa setengah lagi, simpan obat tersebut di tempat sejuk dan beri tanggal kapan membelinya dan simpan dalam dusnya."Kalau batuk lagi, obat ini boleh untuk pertolongan pertama," katanya menambahkan. Dia juga mengingatkan agar tidak lagi mengonsumsi obat yang sudah rusak. Ciri- ciri obat rusak bisa dilihat dari warna, bau, dan rasanya.


"Kalau ada titik hitam atau hancur atau kapsul sudah lengket dan kempot ke dalam, jangan dipakai lagi. Untuk obat tablet bila etiket sobek, jangan dipakai lagi. Begitu juga dengan obat bentuk cairan. Bila isinya sudah terpisah, jangan dipakai lagi,"ujarnya. (ed:dewi mardiani)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat