Bernadette memandang foto suami yang sangat dicintainya sepanjang hidup Jean Pierre Adams yang merupakan bek andalan Paris Saint Germain pada era 80-an | Youtube

Olahraga

Ketulusan Bernadette Mencintai Bek Prancis Jean Pierre Adams

Kesetiaan cinta sang istri Jean Pierre Adams bernama Bernadette sungguh luar biasa

Sepak bola Prancis tengah berduka. Salah satu pemain andalan mereka pada masa lalu, Jean Pierre Adams, berpulang. Bek tengah yang mencatatkan 22 caps bersama Les Bleus ini tutup usia pada Senin (6/9) dalam usia 73 tahun. Nimes, Nice, dan Paris Saint-Germain (PSG) yang pernah dibela imigran asal Senegal ini menyampaikan ucapan dukacita mendalam kepada keluarga Adams.

Namun, bukan kabar kepergian Adams yang menjadi sorotan utama, melainkan kisah kesetiaan istrinya Bernadette yang mendampingi hingga tutup usia. Bayangkan, hampir selama empat dekade atau 39 tahun, Bernadette terus mendampingi dan melayani suaminya yang terbaring koma tak berdaya. Saran dari pihak luar untuk menerapkan prosedur euthanasia bagi suaminya ditolak. Tak ada niatan berpaling cinta meninggalkan suaminya.

Bernadette tidak akan pernah lupa perkataan terakhir suaminya sebelum bersiap menjalani operasi pemulihan cedera lututnya pada Rabu pagi, 17 Maret 1982. Seolah tidak ingin membuat Bernadette khawatir, Adams berkata,"Semua akan baik-baik saja, saya berada dalam kondisi fisik yang bagus."

Ternyata, itu kali terakhir Bernadette berkomunikasi secara jelas dengan suaminya. Operasi medis yang diharapkan bisa menyelesaikan masalah cedera otot tendon di kaki Adams malah menjadi awal bencana yang terentang selama 39 tahun. Operasi yang semestinya hanya berjalan beberapa jam akhirnya tidak pernah terlaksana lantaran kesalahan prosedur oleh dokter anastesi dan petugas magang di Rumah Sakit Edouard Herriot, Lyon.

Dua tenaga kesehatan itu memberikan dosis anestesi yang terlalu besar buat Adams yang saat itu berusia 34 tahun. Ujungnya, Adams mengalami kerusakan otak dan sempat mengalami serangan jantung. Kondisi yang mengantarkan ia mengalami koma.

Sejak saat itu, Adams harus hidup dengan menggunakan alat bantu napas dan penunjang lainnya. Kemudian, 15 hari setelah malapraktik tersebut, pihak Rumah Sakit Eduard Herriot meminta Bernadette membawa pulang Adams karena tidak menunjukkan perkembangan kesehatan yang signifikan.

Pada saat itu, pilihan yang tersedia buat Bernadette adalah membawa suaminya ke panti jompo atau kembali ke rumah. Bernadette yang pertama kali bertemu dengan Adams di sebuah pesta dansa dan akhirnya menikah pada 1969 memilih opsi kedua. Ia tidak rela pria yang dicintainya itu dirawat orang lain.

"Saya merasa, mereka tidak akan tahu cara merawatnya. Dia akan pulang ke rumah. Sejak saat itu, saya yang merawatnya," tutur Bernadette dalam sebuah wawancara dengan CNN, beberapa waktu lalu.

Selama nyaris empat dekade kemudian, dengan bermodal cinta yang sama saat keduanya pertama kali bertemu, Bernadette merawat suaminya di rumahnya yang terletak di Prancis Selatan. Dalam kondisinya saat itu, Adams terkulai tidak berdaya. Namun, ia masih bisa membuka mata dan mencerna makanan.

Hampir setiap pagi, tepat pada pukul tujuh, Bernadette mengganti pakaian suaminya. Dilanjutkan dengan aktivitas harian, seperti menyuapi, memandikan, hingga membantu Adams bercukur. Begitu pula dengan berbagai pemeriksaan kesehatan rutin. Bernadette pun yakin, Adams masih bisa merasakan semua perlakuan terhadapnya. Bahkan, dalam satu momen, Bernadette sempat menyebut, ada reaksi yang berbeda yang ditunjukkan Adams saat dirawat oleh suster.

Menurut Bernadette, Adams masih bisa merasakan, mencium, dan mendengar. "Dia juga sedikit melompat saat mendengar anjing menggonggong. Saya rasa, dia masih mengenali suara saya," kata Bernadette.

Namun, Bernadette tentu menghadapi tantangan besar dalam aspek finansial terkait keputusannya merawat Jean-Pierre. Apalagi, pada saat itu gaji pesepak bola berlabel timnas tak sebesar sekarang. PSG dan Nimes memberikan bantuan masing-masing sebesar 15 ribu francs (Rp 233 juta). Tidak hanya itu, Federasi Sepak Bola Prancis (FFP) juga memberikan bantuan sebesar 6.000 francs (Rp 93 juta) per pekan usai bantuan sebesar 25 ribu francs (Rp 389 juta) pada Desember 1982.

Selain kisah kesetiaan Bernadette, Adams dianggap membuka jalan buat para pesepak bola keturunan Afrika Barat, seperti Patrick Vieira dan Marcel Desailly, untuk bisa menorehkan prestasi di Prancis. Duet solid Adams dan Marius Tresor di jantung pertahanan Prancis pada akhir dekade 1970-an tidak hanya memunculkan julukan La Garde Noire atau the Black Guard yang menuai pujian dari legenda timnas Jerman Franz Beckenbauer.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat