Ilustrasi Hikmah Hari ini | Republika

Hikmah

Perintah Menutup Aib

Hindari menceritakan apalagi mengumbar dan mempertontonkan aib kita kepada orang lain.

Oleh BUSTANOL ARIFIN

OLEH BUSTANOL ARIFIN

Sebagai manusia biasa, setiap dari kita pasti tidak akan pernah terlepas dari salah dan dosa. Artinya, setiap orang memiliki aib yang jika diketahui oleh orang lain timbul rasa bersalah dan malu.

Hasil persekongkolan antara setan dan nafsu al-ammarah yang bersemayam dalam diri, senantiasa mendorong untuk melakukan segala bentuk larangan Allah SWT dan Rasul-Nya, baik secara tersembunyi maupun terang-terangan.

Meski demikian, Allah SWT dan Rasul-Nya melarang siapa pun menceritakan, mengumbar atau mempertontonkan aibnya sendiri di hadapan orang lain. Misalnya, menceritakan perbuatan maksiat yang sudah kita lakukan kepada handai taulan tanpa ada penyesalan atau untuk dijadikan bahan pelajaran. Larangan ini dimaksudkan agar perilaku keji dan mungkar yang sudah dilakukan tidak ditiru atau diikuti oleh orang lain.

Dampaknya, jika kita melakukan kemaksiatan kemudian ditiru atau diikuti oleh orang lain, kemaksiatan serupa makin masif terjadi di mana-mana dan pada saat yang sama akan mendapatkan balasan berupa dosa jariah seperti yang disabdakan oleh Rasulullah SAW: "... Barang siapa melakukan suatu perbuatan dosa, maka dosanya dan dosa orang yang melakukan sesudahnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR Muslim).

Kita sepakat bahwa berkata benar, jujur, dan terang-terangan kepada sesama merupakan perilaku terpuji dan harus diteladani. Namun, untuk masalah kemaksiatan justru sebaliknya, dirahasiakan dan disimpan agar tidak ada orang lain mengetahui kecuali Allah SWT dan dirinya.

Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah SAW melalui sabdanya: “Setiap umatku akan mendapatkan ampunan atas segala dosanya kecuali, orang yang terus terang dalam berbuat dosa."

Rasulullah SAW melanjutkan, “Dan sungguh yang termasuk terus terang adalah seseorang berbuat dosa di malam hari, kemudian pada pagi hari ia menceritakannya kepada orang lain kemudian berkata: ‘Hai fulan, aku tadi malam telah berbuat maksiat bagini dan begitu'. Sebenarnya pada malam harinya Allah SWT telah menutupi perbuatan maksiatnya, akan tetapi di pagi hari justru ia ceritakan perbuatan tersebut.” (HR Muttafaqun Alaih).

Sebaiknya, jika kita telanjur melakukan perbuatan nirmoral atau dosa. Entah itu disengaja atau tidak, sembunyi ataupun terang-terangan, sebentar atau dalam kurun waktu cukup lama maka, ikutilah keburukan tersebut dengan perbuatan baik dan bersegeralah bertobat, memohon ampunan kepada Allah SWT sembari menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukan. Hindari menceritakan apalagi mengumbar dan mempertontonkan aib kita kepada orang lain.

Berdoa kepada-Nya, sebagaimana doa yang senantiasa dilantunkan di antara dua sujud dalam setiap shalat. “Tuhanku, ampuni aku, sayangi aku, tutuplah aib-aibku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, berilah aku petunjuk, sehatkan aku dan maafkan aku.”

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat