Pelajar menaiki bus sekolah usai mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) di SMK Negeri 15 Jakarta, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (3/9). Dinas Perhubungan DKI Jakarta melalui Unit Pengelola (UP) Angkutan Sekolah mengoperasikan sebanyak 70 bus seko | Republika/Thoudy Badai

Jakarta

Kasus Covid-19 di Jakarta Terkendali

Ada tiga faktor utama penyebab angka kematian akibat Covid-19 di Ibu Kota mulai rendah.

JAKARTA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyampaikan, persentase kasus positif (positivity rate) di Ibu Kota turun menjadi 4,3 persen selama sepekan terakhir. Hal itu mengindikasikan kasus Covid-19 di Jakarta sudah terkendali.

"Situasi saat ini, memang lebih terkendali dibandingkan beberapa waktu lalu. Ini akan kami pertahankan," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes DKI, Dwi Oktavia di Jakarta, Jumat (3/9).

Menurut dia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah menetapkan standar persentase kasus positif tidak lebih dari lima persen. Hal itu berarti penyebaran kasus Covid-19 sudah di bawah ketentuan WHO.

Menurut Dwi, persentase kasus positif selama sepekan itu didapatkan setelah melakukan tes usap polymerase chain reaction (PCR) kepada 80.358 orang per Kamis (2/9). Jumlah warga yang dites PCR melebihi target WHO untuk Jakarta dalam satu pekan di angka 10.645 orang.

photo
Tenaga kesehatan menyuntikan dosis vaksin Covid-19 Pfizer di Cilandak Town Square, Jakarta, Rabu (1/9). Sebanyak 500 dosis vaksin Covid-19 Pfizer disediakan ditempat tersebut sebagai upaya percepatan vaksinasi Covid-19 di DKI Jakarta. - (Republika/Thoudy Badai)

Dwi menyebut, meski kasus Covid-19 di Ibu Kota menurun, namun angka tes masih tergolong tinggi. Rata-rata tes PCR di Jakarta delapan kali lipat dari target WHO. Meski begitu, ia mengingatkan masyarakat tidak senang berlebihan menyikapi turunnya penyebaran kasus Covid-19.

Hal itu mengingat, sambung dia, vaksinasi Covid-19 saat ini, hanya mengurangi dampak keterpaparan. Sehingga, setiap orang, masih terdapat kemungkinan tertular dan menularkan Covid-19 jika aktivitas keseharian diperlonggar.

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta juga mengungkapkan tiga faktor utama penyebab angka kematian akibat Covid-19 di Ibu Kota rendah yakni 10 orang pada Kamis (2/9) atau turun dibandingkan awal Juli 2021 sebesar 400 orang per hari. "Satu, karena ketersediaan layanan kesehatan di rumah sakit," kata Dwi Oktavia.

Berdasarkan data Pemprov DKI Jakarta hingga Kamis (2/9) total jumlah meninggal dunia karena konfirmasi positif Covid-19 di Ibu Kota mencapai 13.312 orang atau mencapai 1,6 persen dari total di Indonesia 134.356 orang.

Dwi menjelaskan di Jakarta, terdapat 140 rumah sakit rujukan Covid-19 dengan tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) saat ini menurun menjadi 15 persen per Rabu (1/9) setelah sebelumnya pada periode Juni-Juli 2021 sempat di atas 90 persen.

photo
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kanan) berbincang dengan Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta, Suzi Marsitawati (kiri) saat meninjau area pemakaman khusus Covid-19 di TPU Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (15/7/2021). - (ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT)

Total dari 8.189 tempat tidur hanya terisi 1.211 tempat tidur atau 15 persen.Selain BOR yang turun, keterisian tempat tidur ruang perawatan intensif (ICU) RS di Jakarta juga turun menjadi 31 persen dengan keterisian mencapai 414 tempat tidur dari total 1.349 tempat tidur yang disiapkan.

"Kami beriringan dengan upaya pemutusan rantai tapi kapasitas untuk merawat pasien Covid, juga berusaha diseimbangkan antara jumlah pasien, proyeksi kasus dengan tempat tidur yang disiapkan. Kerja sama rumah sakit sangat baik di Jakarta sehingga orang lebih cepat tertangani," imbuhnya.

Kedua, lanjut dia, kapasitas pemeriksaan Covid-19 di Jakarta juga relatif lebih baik dan pengambilan sampel tes usap dilakukan Puskesmas, meski pemeriksaan tetap di laboratorium. Tercatat di Jakarta ada 290 puskesmas kelurahan dan 44 puskesmas kecamatan yang terlibat dalam pemeriksaan Covid-19.

Sementara itu, kemampuan pemeriksaan tes usap berbasis "polymerase chain reaction"(PCR) juga ditingkatkan yang sepekan terakhir mencapai lebih dari 80 ribu tes atau delapan kali lipat dari target Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 10.650 tes PCR dalam satu pekan. Dengan begitu, mempercepat upaya penanganan warga yang terpapar Covid-19.

Kemudian, ketiga yakni gencarnya vaksinasi yang dilakukan kepada warga berusia 12 tahun ke atas. Hingga, Rabu (2/9) jumlah warga di DKI yang sudah divaksin dosis pertama mencapai 9,77 juta atau 109,3 persen dari target 8,94 juta warga. Sekitar 40 persen di antaranya adalah warga dengan KTP non-DKI Jakarta sehingga Pemprov DKI Jakarta menambahkan sasaran vaksinasi mencapai 11 juta orang.

photo
Petugas kesehatan menyuntikan vaksin Pfizer kepada warga saat melakukan kegiatan vaksinasi door to door (DTD) di Kampung Buaran, Harapan Mulya, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (31/8/2021). - (ANTARA FOTO/Suwandy)

Sedangkan jumlah warga di DKI yang sudah lengkap menerima dua kali vaksinasi mencapai 5,89 juta atau mendekati 66 persen. "Vaksinasi juga sangat mempengaruhi artinya orang yang sudah divaksin lengkap, peluang (sakit) menjadi lebih berat itu kecil, peluang meninggal juga menjadi lebih rendah," katanya.

Sementara itu, jumlah orang sembuh mencapai 832.130 orang dengan tingkat kesembuhan 97,7 persen di Jakarta.

Sedangkan, capaian vaksinasi di Kota Bekasi terbilang masih rendah. Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi melansir data, dari total 2.016.006 juta penduduk, baru 870.664 warga (43,19 persen) yang sudah divaksin dosis pertama. Adapun jumlah warga yang sudah dosis kedua lebih rendah lagi di angka 409.258 warga (20,30 persen).

"Sebanyak 870.664 orang divaksin dosis pertama, 409.258 orang divaksin dosis kedua per 1 September (2021)," kata Kepala Humas Pemkot Bekasi, Sayekti Rubiah saat dikonfirmasi di Kota Bekasi, Jawa Barat.

Sayekti menjelaskan, sebanyak 7.595 tenaga kesehatan yang bertugas di Kota Bekasi telah divaksin dosis ketiga. Sedangkan jumlah lansia yang sudah divaksin sebanyak 42.274 warga untuk dosis pertama, 31.037 warga untuk dosis kedua. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat