Ilustrasi petugas pemadam kebakaran memadamkan api. | ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/rwa.

Jakarta

Cegah Kebakaran Meluas

Korsleting listrik menjadi penyebab dominan insiden kebakaran di Jakpus.

JAKARTA – Dewan meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk serius mengantisipasi insiden kebakaran di Ibu Kota. Anggota Komisi A DPRD DKI Jakarta, Israyani, menyoroti banyaknya kasus kebakaran di Ibu Kota.

Karena itu, pihaknya mendesak Pemprov DKI menginstruksikan Dinas Gulkarmat untuk menggencarkan sosialisasi pencegahan kebakaran. "Karena ini kan masa panas, jadi kami sudah warning. Selain itu, kami juga meminta penambahan anggaran untuk sosialisasi dan pencegahan lainnya," ujar Israyani saat dikonfirmasi di Jakarta, Kamis (2/9).

Dia mengingatkan pemprov untuk fokus melakukan pencegahan agar insiden kebakaran tidak meluas di tengah pandemi Covid-19. Hal itu lantaran setiap terjadi kebakaran di sebuah wilayah, selalu muncul kerugian material dan korban jiwa. Apalagi, beberapa wilayah Jakarta merupakan permukiman padat sehingga rawan terjadi kebakaran yang mudah merembet ke wilayah sekitarnya.

Dia juga mengajak lingkungan masyarakat untuk selalu berkoordinasi dengan dinas terkait. Pasalnya, kerap kali pemicu kebakaran akibat gangguan arus listrik. Israyana menyatakan, setiap pemilik rumah hendaknya rutin memeriksa saluran listrik agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan.

Jika setiap elemen masyarakat bisa waspada, menurut Israyana, kerugian akibat kebakaran bisa diminimalkan. "Langsung melakukan pengawasan juga siaga dini. Masyarakat kurang sadar akan itu. Sehingga (kebakaran) cepat menyebar," kata politikus PKS tersebut.

Dinas Gulkarmat DKI merilis angka total 984 kebakaran terjadi di Ibu Kota selama periode delapan bulan awal 2021. Kepala Dinas Gulkarma DKI Satriadi menyatakan, angka tersebut masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

"Frekuensi kebakaran tahun lalu pada periode bulan Januari sampai Agustus, di mana ada sebanyak 1.027 kasus kebakaran," kata Satriadi.

Dia memaparkan, kasus kebakaran banyak terjadi di Jakarta Selatan sebanyak 284 kali, disusul Jakarta Timur 222 kasus. Adapun Jakarta Barat sebanyak 214 kasus, Jakarta Utara 138 kasus, dan paling sedikit Jakarta Pusat (Jakpus) dengan 126 kasus.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Polres_Jakbar (polres_jakbar)

"Kami berharap kasus kebakaran terus mengalami penurunan setiap tahunnya, sehingga korban yang ada pun baik dari segi materi maupun jiwa dapat dihindarkan," ujar Satriadi.

Pemerintah Kota (Pemkot) Jakpus mencatat, kebakaran mulai Januari hingga akhir Agustus 2021, menyebabkan kerugian bagi warga Jakpus mencapai Rp 26,31 miliar. Kerugian itu adalah total yang dialami warga, baik kehilangan tempat tinggal maupun harta benda lainnya.

Kepala Sudin Gulkarmat Jakpus Asril Rizal menjelaskan, dari 127 kasus, sekitar 78 kasus kebakaran di antaranya disebabkan arus pendek listrik. Adapun faktor lainnya sebanyak 16 kasus diakibatkan ledakan saluran gas rumah tangga, 10 kasus karena membakar sampah, dan sisanya sekitar 23 kasus dipicu puntung rokok yang dibuang orang tak bertanggung jawab.

Dari delapan kecamatan di Jakpus, Asril melanjutkan, Kecamatan Tanah Abang menjadi wilayah yang paling sering terjadi musibah kebakaran dengan catatan 32 kasus. Kemudian, disusul Kemayoran 21 kasus serta 13 kasus di Menteng dan Johar Baru. "Yang terakhir ada di Kecamatan Sawah Besar dan Senen dengan jumlah 11 kasus," kata Asril.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Pemadam DKI Jakarta (humasjakfire)

Adapun luasan area yang terbakar di Jakpus mencapai 613.810 meter persegi. Akibat kebakaran, kata dia, sebanyak 278 kepala keluarga (KK) atau sekitar 1.142 jiwa kehilangan tempat tinggal.

Asril mengatakan, Sudin Gulkarmat Jakpus rutin menggelar sosialisasi pencegahan dan penanganan kebakaran kepada warga di delapan kecamatan. Hal itu untuk mengajak pemilik rumah lebih waspada agar jangan sampai muncul peristiwa kebakaran.

"Sosialisasi digelar agar warga lebih berhati-hati, serta memperhatikan potensi penyebab kebakaran terutama penggunaan listrik dan kompor gas," kata Asril.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat