Ilustrasi Hikmah Hari ini | Republika

Hikmah

Berkorban demi Kemanusiaan

Abu Bakar bercita-cita menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang beradab.

Oleh ABDUL SYUKKUR

 

OLEH ABDUL SYUKKUR

Setiap cita-cita membutuhkan perjuangan untuk mencapainya dan setiap perjuangan pasti memerlukan pengorbanan. Sejak berusia muda, Abu Bakar memiliki cita-cita untuk memperbaiki kehidupan masyarakat Arab jahiliyah dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang beradab.

Abu Bakar, sebagai sahabat penyampai risalah yang hendak membebaskan manusia dari penghambaan kepada sesama manusia, tidak pernah membiarkan Nabi Muhammad SAW berjuang sendirian. Beliau rela mengorbankan waktu, tenaga, harta, dan jiwa demi perjuangan sahabatnya, bahkan sampai melupakan keselamatan dirinya.

Sejarah mencatat pengorbanan-pengorbanan Abu Bakar demi memperjuangkan kehidupan yang berprikemanusiaan ini, baik pengorbanan yang berupa materi maupun pengorbanan yang mempertaruhkan jiwa dan raga. Beliau siap mengeluarkan berapa pun harta yang dibutuhkan.

Di awal kemunculan Islam, banyak budak yang masuk Islam dan tantangan terberat yang mereka hadapi adalah penyiksaan, bahkan pembunuhan yang dilakukan oleh majikannya.

Seperti dikisahkan, pada suatu hari Abu Bakar melihat Bilal disiksa oleh tuannya. Dia digiring ke padang pasir di tengah terik matahari yang membakar. Di tengah padang yang sedang membara itu Bilal ditelentangkan dengan telanjang dada, kemudian perutnya ditindih dengan batu besar, hanya gara-gara dia masuk Islam. Ketika itu Bilal tidak bisa berbuat apa-apa kecuali mengulang kata-kata, “Esa, Esa!”

Ketika itulah Abu Bakar mendatangi tuannya yang bernama Umayyah bin Khalaf untuk membeli Bilal dan kemudian membebaskannya. Harga pembebasannya waktu itu seharga lima uqiyah emas. Satu uqiyah sama dengan dua puluh delapan gram emas.

Abu Bakar juga mengorbankan hartanya untuk menebus Amir bin Fuhairah yang kemudian diberi pekerjaan menggembala kambing-kambingnya. Ada juga seorang budak perempuan yang dimerdekakan oleh Abu Bakar. Budak perempuan tersebut bernama An-Nadiyah. Dia bersama putrinya yang sama-sama jadi budak menjadi milik perempuan musyrik dari suku Abduddar.

Pada suatu waktu, budak perempuan itu bersama putrinya disuruh untuk menggiling tepung. Saat itulah majikannya datang dan berkata, “Demi Tuhan, aku tidak akan memerdekakan kalian berdua untuk selamanya!”

Kebetulan Abu Bakar lewat di dekat mereka bertiga dan berkata, “Hai wanita, cabutlah sumpahmu itu!”

Si majikan perempuan menjawab, “Kamulah yang merusak keduanya, maka belilah mereka.”

Abu Bakar bertanya, “Berapa harganya?” Abu Bakar pun membayar sejumlah harga yang diminta oleh si majikan dan membebaskan kedua perempuan tersebut.

Abu Qahafah pernah bertanya kepada Abu Bakar yang mengeluarkan banyak uang untuk membeli budak dan membebaskannya. “Aku membelinya demi mengharap balasan dari Allah semata dan aku melakukan itu ikhlas demi mengharap ridha-Nya,” ujar Abu Bakar.

Abu Bakar hendak membebaskan manusia dari penghambaan kepada sesama manusia menjadi penghambaan kepada dan demi sang Pencipta Manusia.

Wallahu a’lam.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat