IKHWANUL KIRAM MASHURI | Daan Yahya | Republika

Resonansi

Taliban Diuji ISIS Khurasan

Dalam operasinya, ISIS Khurasan lebih kejam daripada kelompok lain.

Oleh IKHWANUL KIRAM MASHURI

OLEH IKHWANUL KIRAM MASHURI

Amerika Serikat (AS) sudah memperkirakan sekaligus memperingatkan akan terjadi serangan teror menjelang hari terakhir penarikan pasukannya dari Afghanistan pada 31 Agustus 2021.

Namun, serangan teror di Bandara Kabul, Kamis (26/8) lalu, tetap saja mengejutkan Gedung Putih dan pihak lain, termasuk Taliban. Serangan bom bunuh diri itu sangat dahsyat, menewaskan sedikitnya 170 orang dan melukai 150 orang lainnya.

Di antara yang tewas, 13 tentara AS dan 28 anggota Taliban. Beberapa saat kemudian, Amaq Agency, media resmi ISIS (Islamic State of Irak and Syam/Syria) mengumumkan bertanggung jawab.

Serangan teror di Bandara Kabul jelas ujian bagi Taliban, yang dulu dicap kelompok teroris. Selama lima tahun memerintah Afghanistan dari 1996 hingga 2001, negara itu menjadi sarang terorisme internasional.

 
Serangan teror di Bandara Kabul jelas ujian bagi Taliban, yang dulu dicap kelompok teroris. 
 
 

Mereka bekerja sama dan melindungi Alqaidah yang dipimpin Usamah bin Ladin. Banyak orang asing ditempa di Afghanistan. Mereka menyebar ke berbagai negara dan melakukan serangan bom di sejumlah tempat, termasuk di Indonesia.

Serangan pada menara kembar World Trade Center di New York, 11 September 2001, yang menewaskan lebih dari 3.000 orang, juga dilakukan Alqaidah. Serangan ini dibalas AS dan sekutunya dengan menginvasi Afghanistan, yang ternyata berlangsung hingga 20 tahun.

Invasi ini berhasil membunuh Usamah bin Ladin dan memorakporandakan pemerintahan Taliban. Namun, Taliban tidak ‘habis’. Taliban berhasil masuk Kabul dua pekan lalu. Ini bermakna, kini secara de facto penguasa baru Afghanistan.

Kemenangan ini berbarengan dengan proses penarikan seluruh pasukan asing dari Afghanistan yang tuntas 31 Agustus. Kembali berkuasanya Taliban menimbulkan kekhawatiran. Salah satunya, Afghanistan kembali jadi sarang terorisme internasional.

Juga rakyat Afghanistan akan menghadapi banyak hal buruk: perempuan tidak boleh sekolah dan bekerja, rakyat tidak ada kebebasan, televisi dan radio dilarang, tidak ada hak asasi manusia, dan seterusnya.

Semua kekhawatiran itu coba dibantah para pemimpin Taliban. Mereka menyatakan, tidak ada politik balas dendam, pemerintah Taliban akan melibatkan banyak pihak. Intinya, mereka telah berubah. Mereka tidak akan memerintah seperti 20 tahun lalu.

Di tengah proses penarikan pasukan asing dan pembentukan pemerintahan Taliban, tiba-tiba muncul serangan bom bunuh diri di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul. Presiden AS Joe Biden menyatakan, sejauh ini tak ada keterlibatan Taliban.

 
Dalam operasinya, ISIS Khurasan lebih kejam daripada kelompok lain. Yang lebih membahayakan lagi, ISIS termasuk ISIS Khurasan, tak mengenal batas negara. 
 
 

ISIS menyatakan, bertanggung jawab. Mereka mengatakan pelaku serangan bom bunuh diri itu ISIS Khurasan. Selama ini, kita tidak banyak mendengar soal ISIS Khurasan. Banyak versi tentang ISIS Khurasan, yang pasti, mereka menginduk pada ISIS di Irak dan Suriah.

Pemimpin ISIS Khurasan, Hafez Saeed Khan Orakzai berbaiat kepada pemimpin tertinggi ISIS mendiang Abu Bakar al Baghdadi. Apalagi, saat pemimpin Taliban, Mullah Omar meninggal dunia pada 2015, banyak orang Taliban yang berhasil ditarik ke ISIS Khurasan.

Maka itu, ketika ISIS di Suriah dan Irak berhasil dihancurkan pasukan koalisi internasional dan pemimpinnya al-Baghdadi terbunuh, ISIS Khurasan tetap eksis. ISIS Khurasan sebenarnya juga tak jauh dari Taliban.

Ia didirikan sekelompok militan yang membelot dari Taliban pada 2015. Mereka menuduh Taliban meninggalkan jihad dan medan perang, memilih bernegosiasi dengan pasukan asing. Salah satunya perundingan dengan AS di Doha, Qatar.

Bahkan, ISIS Khurasan menggambarkan, pengikut dan pimpinan Taliban sebagai orang kafir. Sedangkan yang disebut Khurasan, menurut mereka, meliputi Afghanistan, sebagian Pakistan, Iran, Uzbekistan, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, dan Turkmenistan. Penggunaan Khurasan bukan sekadar nama.

Sebutan ini untuk membangkitkan emosi para pengikutnya tentang nama wilayah dalam sejarah Islam, seperti wilayah Syam, Baghdad, dan Khurasan. Dengan kata lain, ISIS ingin menjadikan wilayah Khurasan seperti tersebut tadi sebagai basis operasinya.

 
Kini, bola ada di tangan Taliban sebagai penguasa baru Afghanistan.
 
 

Dalam operasinya, ISIS Khurasan lebih kejam daripada kelompok lain. Yang lebih membahayakan lagi, ISIS termasuk ISIS Khurasan, tak mengenal batas negara. Mereka menganggap semua negara musuh ‘selama belum beriman dan mengikuti Alquran dan hadis Nabi’.

Mereka sejak awal merekrut berbagai suku dan bangsa dari seluruh dunia. Bahkan, menjadikan mereka sebagai pemimpin dan perwira perang, seperti dari Arab, Kurdi, Turkmenistan, Chechen, Uzbek, Kazakh, Tajik, Uighur, dan lainnya.

Ini berbeda dengan Taliban, yang membatasi segala aktivitasnya hanya di Afghanistan. Mayoritas anggotanya dari etnis Pashtun dan tak pernah merekrut orang asing.

Kini, bola ada di tangan Taliban sebagai penguasa baru Afghanistan. Mereka bisa saja bekerja sama, bahkan melindungi kelompok teroris ISIS Khurasan, sebagaimana mereka lakukan dulu terhadap Alqaidah dan pemimpinnya, Usamah bin Ladin.

Atau, mereka memerangi setiap kelompok teroris, termasuk ISIS Khurasan, sebagaimana yang mereka nyatakan. Bila yang terakhir itu mereka pilih, berarti Taliban telah berubah. Masyarakat internasional menunggu pembuktian dan bukan sekadar pernyataan. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat