Ilustrasi Hikmah Hari ini | Republika

Hikmah

Memuliakan Anak Yatim

Berbuat baik dan memuliakan anak yatim adalah amal saleh yang efeknya begitu dahsyat.

Oleh AHMAD RIFAI

OLEH AHMAD RIFAI

Ketetapan dan takdir Allah tak selamanya sesuai harapan. Ada kalanya takdir tersebut membuat sedih dan hati perih. Merebaknya virus korona menjadi salah satu contohnya. Nyawa manusia banyak yang terenggut. Tak sedikit anak-anak kecil yang lemah menjadi yatim.

Bagi seorang Muslim, seburuk apa pun takdir itu tetap diyakini ada hikmah yang menyertainya. Setidaknya, dengan keberadaan anak yatim terbuka kesempatan mendulang pahala dan melejitkan perolehan catatan kebaikan. Islam memerintahkan dan menjelaskan fadhilah berbuat baik kepada anak yatim.

Dalam definisi para ulama, “Anak yatim itu adalah anak yang ditinggal wafat oleh ayahnya sebelum mencapai usia baligh. Status yatim tetap melekat padanya hingga baligh. Jika telah balig maka tak lagi berstatus yatim.” (Lihat Majmu’ul Fatawa, 34/108).

Dalam Islam, sosok anak yatim teramat istimewa dan dimuliakan. Ayat-ayat Alquran setiap kali memerintahkan berbuat baik kepada sesama maka salah satu sasarannya yang selalu disebutkan adalah anak-anak yatim.

Berbuat baik kepada anak yatim sejatinya bukan saja untuk kepentingan anak yatim. Sebab, jika direnungi, yang paling banyak mendapatkan manfaat dan maslahat justru pelaku kebaikan itu sendiri.

Derajat yang tinggi di akhirat salah satu manfaat yang menanti pada pemulia anak yatim. Dalam hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya, “Saya dan pengkafil anak yatim di surga seperti ini, lalu beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengahnya.” (HR Bukhari). Hadis ini menunjukkan betapa dekatnya posisi pengkafil anak yatim dengan Rasulullah.

Imam Nawawi berkata, “Pengkafil yatim adalah orang yang mengurusi urusan anak yatim meliputi nafkah, pakaian, dan pendidikan.” (Syarah Shahih Muslim, 13/118).

Selain derajat yang tinggi di akhirat, memuliakan anak yatim juga penyebab lembutnya hati seseorang. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Jika engkau ingin hatimu lembut maka beri makanlah orang miskin dan usaplah kepala anak yatim.” (HR Imam Ahmad).

Informasi di atas makin menegaskan, berbuat baik dan memuliakan anak yatim adalah amal saleh yang efeknya begitu dahsyat. Mengusap kepalanya saja sudah sangat luar biasa fadhilahnya. Bagaimana jika melebihi mengusap kepala? Tentu fadhilahnya jauh lebih menakjubkan.

Tak heran jika para sahabat begitu gigih dalam urusan berbuat baik kepada anak yatim. Imam Bukhari menceritakan dalam kitab Adabul Mufrad tentang perhatian Ibnu Umar terhadap anak yatim. Putra Umar bin Khattab ini tidak makan, kecuali di meja makannya ada anak yatim yang makan bersamanya.

Maslahat memperhatikan anak yatim tidak berhenti pada level individual. Ketika mereka mendapatkan perhatian maksimal maka mereka bisa menjadi aset umat.

Sejarah telah membuktikan. Betapa banyak sosok istimewa dan berkontribusi untuk kemaslahatan umat yang masa kecilnya berstatus yatim. Bahkan, nabi kita adalah sosok yang terlahir dalam keadaan yatim.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat