Wakil Presiden Republik Indonesia yang juga Ketua Umum MUI periode 2015-2020 Maruf Amin (tengah) memberikan penghargaan kepada Wakil Pemimpin Redaksi Republika Nur Hasan Murtiaji (kanan) saat penutupan Musyawarah Nasional X MUI di Jakarta, Jumat (27/11). | Republika/Thoudy Badai

Khazanah

Islam Wasathiyah Harus Terus Disuarakan

Wapres mengingatkan MUI untuk kembali menyusun peta dakwah wasathiyah Islam.

JAKARTA — Ketua Umum (Ketum) Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Miftachul Akhyar menegaskan, mengarusutamakan Islam wasathiyah di Indonesia masih relevan untuk terus disampaikan kepada umat Islam agar dapat dipahami dan diyakini. Karena itu, penguatan paradigma Islam wasathiyah harus menjadi agenda utama MUI di semua tingkatan.

Kiai Miftachul menyampaikan hal itu saat pembukaan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) ke-1 tahun 2021 MUI yang digelar secara daring dan luring, Rabu (25/8). Mukernas yang berlangsung pada 25-26 Agustus 2021 tersebut mengusung tema "Memperkuat Peran MUI, Meningkatkan Kerja Sama Ulama, Umaro, dan Masyarakat dalam Menghadapi Covid-19 dan Dampaknya."

Kiai Miftachul mengatakan, penguatan paradigma Islam wasathiyah dipandang penting seiring adanya indikasi terus menguatnya radikalisme di masyarakat, baik radikalisme kiri maupun kanan. Radikalisme kiri, menurut dia, merupakan gerakan radikalisme pluralisme dan sekularisme dalam beragama. Sedangkan, radikalisme kanan merupakan radikalisme dalam beragama dan terorisme berkedok agama atau menggunakan bendera-bendera agama atau atas nama agama.

"Pergerakan kedua kelompok itu merupakan gambaran pertarungan ideologi global yang menggempur Indonesia, dampaknya memorak-porandakan bangunan keislaman yang telah dibangun ulama terdahulu," kata Kiai Miftachul.

Ia menerangkan, radikalisme kiri rawan menyasar para akademisi di kampus-kampus. Sedangkan, radikalisme kanan masuk melalui paham keagamaan yang sempit, yang menerjang orang awam yang baru sadar dan belajar agama tanpa guru atau belajar dari Google.

Karena itu, ia mengingatkan para pengurus MUI di semua tingkatan untuk memahami dan menghayati paradigma Islam wasathiyah sehingga dapat menjadi corong dalam menyampaikannya kepada umat. “Setiap pengurus MUI harus mendakwahkan Islam wasathiyah kepada sebanyak mungkin umat Islam,” ujar Kiai Miftachul.

 

Ia juga mengingatkan, perkembangan teknologi informasi yang memasuki era yang tidak menentu akan mengubah secara mendasar tata hidup masyarakat. Hal itu pada saatnya akan membuat bergeser tata nilai yang diyakini masyarakat saat ini. Bahkan perubahan tersebut sudah dialami dan dirasakan.

Ia menerangkan, praktik ekonomi sudah masuk ke ranah ekonomi digital. Pola komunikasi juga demikian, media massa berbasis koran, majalah, radio, dan televisi akan punah bergeser ke arah komunikasi digital. Sektor lain juga akan berubah menyesuaikan diri dengan tren digital.

“Karena itu, MUI harus menyiapkan diri sejak awal untuk menyambut datangnya tren digital tersebut," kata Kiai Miftachul.

Mukernas MUI adalah nama baru dari Rapat Kerja Nasional (Rakernas). Mukernas kali ini membahas tentang peraturan organisasi MUI, program prioritas komisi, badan, dan lembaga di dalam MUI serta penyusunan rekomendasi mukernas. Sekitar 400 peserta dari berbagai komisi, badan, lembaga, dan pimpinan MUI daerah menghadiri mukernas tahun ini secara daring.

Sementara, Wakil Presiden (Wapres) KH Ma’ruf Amin saat menyampaikan sambutan pada pembukaan mukernas mengingatkan MUI untuk kembali membuat peta dakwah. Sebab, peta dakwah di suatu wilayah akan berubah-ubah. Hal ini juga menjadi salah satu rekomendasi Dewan Pertimbangan MUI, beberapa waktu lalu.

Menurut Wapres, dalam membuat peta dakwah, pendekatannya adalah setiap provinsi. Sehingga strategi dan langkah-langkah yang akan MUI lakukan sesuai dengan provinsi tersebut.

"Jadi, pertama adalah kita melakukan verifikasi lapangan, yang kedua melakukan verifikasi relevansi masalah yang akan kita perbaiki itu, masih relevan apa tidak verifikasi dan relevansinya. Sehingga yang kita perbaiki itu terus kita update terus," kata Wapres.

Ia juga mengingatkan, dalam membuat program tidak boleh hanya copy-paste dari program yang dulu. "Namun, (program harus) berdasarkan peta lapangan yang kita hadapi. Ini penting," ujarnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat