Menjaga Kecantikan | Republika

Geni

Jalan Panjang Menuju Layar Lebar

?Kami ingin merancang konten ini agar bertahan dalam jangka panjang supaya bisa jadi semesta yang kuat.

Dalam waktu dekat, Gatotkaca akan hadir di layar lebar.Rumah produksi Satria Dewa Studios menargetkan perilisan film pada Agustus 2020 dengan proses syuting yang dimulai sejak November 2019.

Menurut COO Satria Dewa Studios Mochtar Sarman, kehadiran Gatotkaca di layar lebar tidak sekadar film.Ada ekosistem komprehensif yang digagas untuk sosok manusia super lokal tersebut. Dia menjulukinya sebagai Ekosistem 360, di mana film beriring dengan penyerta lain yang utuh. Ada situs, merchandise, gim, esport, buku komik, dan musik untuk film Gatotkacamaupun sekuel-sekuel lanjutannya.

Kami ingin merancang konten ini agar bertahan dalam jangka panjang supaya bisa jadi semesta yang kuat, kata Mochtar di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dia bersama timnya tidak hendak membuat film wayang, tetapi film pahlawan super asli Indonesia dengan sentuhan wayang orang serta kombinasi nuansa tradisional dan modern. Pakem cerita disesuaikan dengan era saat ini.

Begitu pula dengan pembuatan film Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212. Sebelum akhirnya tayang di bioskop pada Agustus 2018, proses produksi film berlangsung selama 1,5 tahun.

Rumah produksi Lifelike Pictures melibatkan 977 kru dan pemain, termasuk 99 seniman efek visual asal Indonesia. Tahapan pascaproduksinya tidak sederhana, sebab sinema memiliki 780 shotyang membutuhkan CGI.

Bahkan, ada waktu enam bulan jelang produksi di mana tim memperke nalkan kembali nama Wiro Sableng. Bagaimanapun, penggemar lebih mengetahui jagoan jahil itu dalam wujud novel serta sinetron di televisi.

Kami mengomunikasikan simbol baru, mengampanyekan hashtag #siapsableng agar tren di media sosial, memperkenalkan Wiro Sableng sebagai new brand, kata Sheila Timothy selaku produser film.

Pencipta karakter Wiro Sableng sekaligus pengarang novelnya adalah almarhum Bastian Tito, ayah mertua Marsha Timothy, adik kandung Sheila.Vino G Bastian, putra Bastian, memerankan sosok Wiro.

Itu bukan satu-satunya alasan rumah produksi mengusung Wiro Sableng ke layar lebar. Menurut Sheila, kisah Wiro adalah cerita paling lengkap dan berkelanjutan, dengan total 185 buku selama 39 tahun.

 

photo
Republika



Perempuan yang menjabat sebagai COO Lifelike Pictures itu melakukan studi terlebih dahulu kepada penggemar lama maupun baru. Hasilnya dipergunakan untuk menghadirkan sosok Wiro sebagaimana telah disimak bersama.

Lifelike Pictures berkolaborasi dengan rumah produksi dunia 20th Century Fox untuk menghadirkan film.Sebagai produser, dia hendak memaksimalkan monetisasi dan komersialisasi kekayaan intelektual (IP) dalam berbagai wujud.

Ambisi saya, IP lokal bisa hadir dan memiliki nama. FilmWiro Sablengmembawa kembali genre aksi-fantasi ke dalam industri film Indonesia, kata Sheila yang masih merahasiakan soal sekuel film.

Mengalihwahanakan novel atau komik menjadi medium film membutuhkan penyesuaian dalam hal desain karakter. Apalagi, jika tokoh tersebut diciptakan bertahun-tahun silam sehingga berjarak dengan audiens saat ini.

Film layar lebar Gundalayang tayang Agustus 2019 adalah salah satu contohnya. Sinema produksi Screenplay Pictures, Bumilangit Studios, dan Legacy Pictures arahan sutradara Joko Anwar itu mengalami sejumlah transformasi.

Karakter Gundala pertama kali muncul pada 1969 dalam komik Gundala Putra Petirterbitan Kentjana Agung. Apabila sineas masih menggunakan kostum Gundala puluhan tahun lalu, tentunya akan sangat ketinggalan zaman.

Bumilangit berinisiatif menghadirkan penampilan baru untuk tokoh ciptaan Harya Suraminata (Hasmi) tersebut. Jagoan yang diperankan aktor Abimana Aryasatya itu terlihat lebih modern dibandingkan versi aslinya.

Perancang desain adalah tim dari Caravan Studios, yang merancang tampilan 40 karakter dalam film.Tidak cuma Gundala dan sejumlah tokoh utama lain, tetapi juga karakter pendukung di cerita jagoan itu.

Proses translasi karakter komik ke film harus menyesuaikan dengan banyak hal, seperti target audiens, tren, fungsionalitas, juga budget, kata Founder Caravan Studios Chris Lie.

Ada banyak pihak yang membandingkan Gundala dengan karakter Flash.Karena itu, hal pertama yang dilakukan Chris adalah membuat desain yang sama sekali berbeda. Dia tidak mau ada nuansa DC atau Marvel pada Gundala.

Setelah beberapa kali penyuntingan desain, akhirnya dida patkan desain akhir seperti yang terlihat pada film. Chris berusaha memenuhi ekspektasi penggemar, sekaligus sesuai naskah, nyaman un tuk aktor, dan tidak melebihi anggaran.

Menurut dia, karakter desain harus berkaitan dengan audiens agar diingat. Begitu juga dengan tokoh antagonis, seperti Pengkor, Ghazul, dan Ki Wilawuk mengalami perubahan desain. Villaintetap bisa keren, ujarnya. (ed:qommarria rostanti)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat