Seorang santri yang terkonfirmasi positif Covid-19 berjemur di Pondok Pesantren Yatim dan Dhuafa Al Kasyaf, Kampung Sukamaju, Cileunyi, Kabupaten Bandung, Rabu (16/6/2021). | REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA

Nasional

Anggaran Anak Terdampak Covid-19 Disiapkan

Pendataan anak kehilangan orang tua perlu melibatkan tokoh lintas agama.

JAKARTA – Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini memastikan negara memberikan perlindungan kepada masyarakat terdampak pandemi, termasuk anak-anak yang orang tuanya meninggal karena Covid-19. Pemerintah sedang mematangkan skema perlindungan bagi anak-anak tersebut.

Mensos menyatakan, negara perlu mengalokasikan anggaran untuk memberikan perlindungan terhadap anak-anak ini. Kemensos sedang membicarakan kemungkinan adanya alokasi anggaran untuk keperluan itu dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Risma mengaku sudah berbicara dengan Menkeu Sri Mulyani agar bisa didukung dari anggaran.

“Bantuan untuk anak-anak tersebut menjadi kewajiban negara. Sebagaimana amanat konstitusi pada Pasal 34 UUD 1945, bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara,” kata Mensos Risma di Jakarta, Kamis, (19/8).

Risma mengaku tidak mudah memutuskan skema bantuan yang tepat disebabkan kondisi yang sangat beragam. Menurut dia, Indonesia yang secara geografis sangat luas dan karakteristik daerahnya bermacam-macam mengharuskan pendataan secara cermat. “Kalau aku kemarin di Surabaya enggak begitu luas, jadi mudah,” kata dia.

Kemensos memperkirakan saat ini sudah ada 16 ribu anak yang menjadi yatim/piatu atau keduanya, akibat Covid-19. Angka ini diperkirakan akan terus bertambah akibat masih tingginya angka kematian akibat Covid-19 yang masih di atas seribu jiwa setiap hari.

Direktur Rehabilitasi Sosial Anak Kemensos, Kanya Eka Santi, mengatakan, di Jawa Timur, data terakhir per Rabu (18/8), dilaporkan terdapat 927 anak yatim/piatu akibat Covid-19. Kemudian di Yogyakarta terdapat 526 anak, Jawa Tengah sekitar 200-an anak, Jawa Barat sekitar 500-an. Ini belum ditambah dari beberapa daerah yang pendataannya masih berproses.

“Kita hitung angka yang meninggal dari usia produktif 31-45 tahun, angka meninggalnya mencapai sekitar 15 persen. Apabila 15 persen dikalikan jumlah yang meninggal saat kemarin 108 ribu kematian, itu ada 16 ribuan (anak yatim/piatu),” ujar dia.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) saat ini juga sedang melakukan pencatatan anak-anak yang kehilangan pengasuhnya selama pandemi. Setidaknya, hingga catatan terakhir terdapat 3.367 anak dari 13 provinsi yang kehilangan pengasuhnya.

Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak KPPPA, Nahar, menjelaskan, data tersebut masih berproses karena belum semua provinsi yang dicatat. Kemungkinan angka tersebut akan bertambah ketika seluruh provinsi sudah masuk hitungan. Data ini, kata Nahar, menjadi penting berkaitan dengan bantuan yang akan diberikan.

“Karena pemerintah sudah menegaskan sedang menyiapkan pola bantuan yang bisa diberikan, tapi di tahun 2022,” kata Nahar.

photo
Menteri Sosial Tri Rismaharini (ketika kanan) didampingi Ketua Komisi VIII Yandri Susanto (ketiga kiri) berkunjung ke Pondok Pesantren Alquran Bai Mahdi di Sindangsari, Serang, Banten, Jumat (13/8/2021). Mensos menyalurkan bantuan rehabilitasi sosial bagi warga terdampak Covid-19 dari kelompok penyandang disabilitas, anak yatim, dan warga lanjut usia senilai Rp 1,58 miliar. - (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/hp.)

Kepala Divisi Pengawasan, Monitoring dan Evaluasi, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jasra Putra, mengatakan, pendataan anak kehilangan orang tua perlu melibatkan tokoh lintas agama dan kepercayaan. Para tokoh lintas agama adalah garda terdepan dalam menjangkau anak yatim piatu akibat pandemi.

“Meski data belum bisa mengungkap fakta kondisi anak, namun yang sebenarnya anak-anak kehilangan aktor atau figur pengasuhan telah dijangkau para tokoh lintas agama dan kepercayaan baik di pusat maupun daerah,” kata Jasra.

Saat ini, data-data anak terlantar yang masuk ke pemerintah bersumber dari informasi data dari kementerian-kementerian. Jasra mendorong agar besarnya data anak-anak terlantar dan anak kehilangan orang tua untuk segera direspons. Biasanya, melalui rumah ibadah atau amal usaha berbasis umat-umatnya anak-anak ini akan dijangkau.

Jasra mengatakan, masalah-masalah di masyarakat seringkali direspons melalui persatuan umat di rumah ibadahnya. Kerja sama pendataan akan sangat strategis bila melibatkan organisasi masyarakat keagamaan yang ada di Indonesia. Saat ini, menjadi tanggung jawab bersama untuk menjemput bola anak-anak terlantar agar tidak menjadi ledakan masalah sosial dimana-mana.

Mengetuk Hati Menjadi Orang Tua Asuh

Banyaknya anak yang kehilangan orang tua selama pandemi Covid-19 menjadi persoalan bersama. Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, mengajak warga golongan mampu menjadi orang tua asuh bagi anak-anak yang orang tuanya meninggal dunia akibat Covid-19.

photo
Aisyah Alusa (kedua kanan) didampingi para tenaga kesehatan meninggalkan Rumah Lawan Covid-19 tempat dia diisolasi dan dirawat di Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (30/1/2021). Aisyah (10) yatim piatu yang orang tuanya meninggal akibat Covid-19 yang kini sebatang kara dinyatakan sembuh dari Covid-19 dan selanjutnya dititipkan di Dinas Sosial Kota Tangerang Selatan. - (MUHAMMAD IQBAL/ANTARA FOTO)

Saat ini, kata dia, tercatat ada 5.400 anak di Jateng yang kehilangan orang tua akibat Covid-19. Menurut Gus Yasin, sapaan akrab Wagub Jateng itu, tanggung jawab pengasuhan tidak melulu hanya diserahkan kepada pemerintah sehingga dirinya mengetuk kepedulian warga Jateng untuk dapat membantu.

“Tidak semuanya diserahkan kepada pemerintah. Kalau begitu, mana jiwa kepahlawanan dan jiwa cinta kepada negara? Kalau hal itu tidak bisa dilakukan,” kata dia, Rabu (18/9).

Terkait dengan partisipasi pemerintah, Gus Yasin menyebut Pemprov Jateng dan Polda Jateng telah bergerak, yakni dengan pemberian santunan, Program ASN jadi orang tua asuh, bantuan APBD, dan Baznas. Dia menyebut bantuan yang bisa diberikan utamanya persoalan pendidikan.

Gus Yasin telah mengangkat empat anak asuh yang orang tuanya meninggal dunia akibat Covid-19. Keempat anak itu kini berdomisili di Kabupaten Rembang. “Aslinya, mereka dari Demak karena ibunya meninggal dan orang tua belum mampu. Ada yang tingkat SD dua orang, SMP, dan satu lagi kuliah. Mereka butuh biaya, ya sudah bantu semampunya, warga Jawa Tengah saya yakin orangnya kaya-kaya," ujarnya.

Pemprov DKIJakarta akan membuat program bantuan kepada anak-anak jadi yatim piatu selama pandemi. Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta masih melakukan pendataan jumlah anak yang menjadi yatim piatu karena orang tuanya meninggal dunia akibat Covid-19.

Riza berharap pihak lainnya dapat turut membantu perekonomian anak-anak khususnya di DKI Jakarta yang menjadi yatim piatu karena pandemi Covid-19. “Kita akan carikan program dan bantuan bagi anak-anak yang menjadi yatim, apalagi yatim piatu karena (orang tua) meninggal karena Covid-19,” kata dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat