Aktivitas bongkar muat peti kemas pada Pelepasan Merdeka Ekspor di Pelabuhan Boom Baru Palembang, Sumatra Selatan, Sabtu (14/8/2021). | ANTARA FOTO/Feny Selly

Kabar Utama

Kinerja Ekspor Tetap Terjaga

Ekspor sektor industri dan tambang menjadi penopangnya.

JAKARTA -- Kinerja ekspor Indonesia tetap terjaga di tengah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Ekspor sektor industri dan tambang menjadi penopangnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, ekspor Juli 2021 mengalami peningkatan dibandingkan periode sama tahun lalu (year on year/yoy). Namun, nilai ekspor secara bulanan (month to month/mtm) menurun yang dinilai akibat faktor musiman dan lesunya permintaan dari Cina.

Menurut catatan BPS, nilai ekspor Juli 2021 tercatat sebesar 17,7 miliar dolar AS. Jumlah itu meningkat 29,32 persen (yoy). Namun, nilai ekspor menurun 4,5 persen terhadap Juni 2021. Sementara, nilai impor Juli mencapai 15,11 miliar dolar AS, turun 12,22 persen (mtm). Namun, jika dibandingkan Juli 2020, nilai impor tumbuh 44,44 persen. 

Dengan demikian, surplus dagang Indonesia pada Juli 2021 mencapai 2,59 miliar dolar AS, naik signifikan dari surplus bulan sebelumnya yang sebesar 1,32 miliar dolar AS.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menilai, kinerja dagang Juli menunjukkan bahwa kebijakan PPKM Darurat sejak awal Juli yang dilanjutkan dengan PPKM berlevel tidak berpengaruh terhadap laju ekspor.

"Kinerja ekspor bisa tetap terjaga karena pemerintah menetapkan ekspor sebagai sektor esensial yang bisa 100 persen bekerja penuh," kata Deputi Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir, Rabu (18/8). 

Kendati demikian, Iskandar tak menampik bahwa kebijakan PPKM akan memengaruhi perdagangan dalam negeri, seperti di pusat-pusat perbelanjaan. Menurut Iskandar, capaian surplus dagang pada Juli 2021 juga menunjukkan bahwa sektor industri, pertambangan, dan pertanian sebagai kontributor utama bisa tumbuh untuk memenuhi permintaan global di tengah gelombang Covid-19 yang tinggi.

"Ini artinya juga faktor fundamental sektor eksternal semakin baik," ujarnya.

Kepala BPS Margo Yuwono dalam paparannya menyampaikan, meski kinerja ekspor mengalami penurunan secara bulanan, rata-rata pencapaian nilai ekspor sejak awal 2021 berada di atas rata-rata kinerja 2019 dan 2020.

"Kita lihat kinerja ekspor sangat baik kalau dilihat secara total. Harapan kita semua tentu kinerja positif ini tetap terjaga pada bulan-bulan berikutnya," kata Margo dalam konferensi pers, Rabu (18/8). 

Berdasarkan sektornya, kata Margo, ekspor migas hanya mencapai 990 juta dolar AS atau anjlok 19,55 persen mtm. Adapun pada sektor nonmigas tercatat turun 3,46 persen. "Dilihat secara bulanan, penurunan ini disebabkan terjadinya ekspor pada Juni yang sangat tinggi. Jadi, ini lebih disebabkan pola bulanan," ujar Margo.

Mengutip data BPS, nilai ekspor pada Juni lalu sebesar 18,54 miliar dolar AS. Menurut Margo, ekspor pada Juni meningkat tajam setelah ada penurunan aktivitas ekspor dalam libur Lebaran pada Mei lalu.

Secara kumulatif, total ekspor sepanjang Januari-Juli 2021 mencapai 120,5 miliar dolar AS. Jumlah tersebut naik 33,94 persen dari nilai ekspor periode yang sama 2020.

photo
Petugas mengawasi aktivitas bongkar muat peti kemas saat pelepasan ekspor komoditas pertanian serentak di Pelabuhan Sukarno Hatta, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (14/8/2021). Pelepasan ekspor komoditas pertanian yang mengangkat tema Merdeka Ekspor tersebut digelar secara serentak di sejumlah wilayah Indonesia yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo secara virtual. - (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe)

Angka ekspor terbesar disumbang dari ekspor sektor industri sebesar 94 juta dolar AS, diikuti ekspor tambang 16,9 juta dolar AS, ekspor pertanian 2,2 juta dolar AS, serta ekspor migas 6,8 juta dolar AS.

Adapun dari sisi impor dalam periode yang sama mencapai 106,1 miliar dolar AS, naik 30,46 persen dari Januari-Juli 2020. Impor terbesar berasal dari golongan barang bahan baku/penolong sebesar 80,5 juta dolar AS. 

Selanjutnya, impor barang modal 15,2 juta dolar AS serta impor barang konsumsi 10,4 juta dolar AS. Margo menambahkan, neraca dagang Januari-Juli 2021 tercatat surplus 14,42 miliar dolar AS. Angka tersebut merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Mengutip data BPS pada 2017 lalu, surplus dagang dalam kurun waktu yang sama sebesar 7,39 miliar dolar AS. Pada 2018, mengalami defisit 3,21 miliar dolar AS dan berlanjut ke 2018 yang defisit 2,15 miliar dolar AS. 

Adapun pada 2020, surplus dagang tercatat 8,65 miliar dolar AS. "Surplus kumulatif kita dari tahun ke tahun ini cukup tinggi. Neraca dagang kita masih surplus selama 15 bulan berturut-turut," ujar Margo. 

photo
Ekspor menurut Sektor. - (bps.go.id)

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, kinerja perdagangan Indonesia yang mencatatkan surplus pada Juli 2021 masih cukup sehat. Kinerja ekspor masih dalam koridor positif dan melanjutkan tren bulan-bulan sebelumnya meski mengalami penurunan secara bulanan.

Sementara, impor yang turun signifikan hanya momentum sesaat akibat lonjakan kasus Covid-19 di dalam negeri. "Masih relatif sehat karena ekspor masih di tataran yang akomodatif karena dari Januari-Juli nilai ekspor masih meningkat 33,94 persen dibanding periode sama tahun lalu," kata Yusuf kepada Republika, kemarin. 

Yusuf menilai, penurunan ekspor secara bulanan di antaranya imbas turunnya ekspor ke Cina yang menjadi salah satu negara mitra utama Indonesia. Data BPS menunjukkan, penurunan ekspor terbesar selama Juli, yakni ke Cina, dengan nilai penurunan 566,4 juta dolar AS.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Badan Pusat Statistik (bps_statistics)

Hal itu salah satunya dipicu oleh Covid-19 varian Delta yang merebak di Cina dan berdampak negatif pada ekonomi. "Meskipun beberapa indikator dalam negeri Cina masih positif, ternyata realisasinya lebih rendah daripada yang diproyeksikan," ujarnya.

Adapun penurunan impor yang terjadi, Yusuf menilai, hanya merupakan momen sesaat akibat terbatasnya aktivitas masyarakat pada bulan lalu karena puncak gelombang kedua Covid-19 di Indonesia. "Saya kira itu yang menghambat laju perekonomian sehingga aktivitas lapangan usaha, pabrik industri itu sedikit melambat. Impor juga ikut melemah," ujarnya.

Pada Agustus, Yusuf memproyeksikan impor secara umum masih akan negatif. Itu disebabkan oleh kebijakan PPKM yang diperpanjang sehingga membatasi mobilitas masyarakat.

Sekalipun impor tumbuh, ia menilai kemungkinan hanya mampu tumbuh tipis. "Pada Agustus, meski sudah melongggar, belum kembali seperti sebelum kebijakan PPKM Darurat mulai diterapkan sejak awal Juli lalu," katanya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat