Direktur Utama Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih dr Pradono Handojo MBA MHA. | DOK IST

Hiwar

Tantangan RS Islam di Kala Pandemi

RS Islam Jakarta Cempaka Putih telah merawat 3.510 pasien dengan tingkat kesembuhan 80 persen.

Sebaran Covid-19 belum berakhir. Itulah yang menjadi tantangan besar bagi dunia pelayanan kesehatan saat ini, termasuk rumah sakit Islam. Menurut Direktur Utama Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih dr Pradono Handojo MBA MHA, pelayanan yang terbaik tetap harus diupayakan setiap RS.

Menurut pria yang akrab disapa Dokter Jack ini, masa pandemi menuntut pelayanan yang tepat dan cepat dengan selalu menjaga mutu. Ia menekankan pentingnya koordinasi dengan sektor-sektor terkait, termasuk pemerintah pusat dan daerah.

Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) ini menuturkan, banyak RS di Tanah Air sempat mengalami krisis ketika lonjakan Covid-19 terjadi. Meningkatnya jumlah kasus Covid-19 seiring dengan masuknya varian baru virus korona ke Indonesia. RSIJ Cempaka Putih bahkan pernah tidak lagi sanggup menampung pasien baru.

“Di RSIJ CP, saat puncaknya BOR mencapai 90 persen sampai 100 persen. Dan, alhamdulillah saat ini turun menjadi 45-48 persen,” ucapnya.

Seperti apa pengalamannya dalam memimpin sebuah rumah sakit besar di tengah “badai” wabah? Bagaimana mengatasi pelbagai kompleksitas yang ada? Untuk menjawabnya, berikut adalah wawancara wartawan Republika, Muhyiddin, dengan dokter lulusan Universitas Hawaii Amerika Serikat ini, beberapa waktu lalu.

Bagaimana Anda memandang persoalan Covid-19 dalam konteks pelayanan kesehatan?

Pandemi ini merupakan satu tantangan sendiri bagi rumah sakit (RS). Sebab, virus ini sangat menular. Sebut saja kondisi di Eropa, Wuhan (Cina), dan sebagainya. Di sana, angka kematian dapat dikatakan sangat tinggi. Karena itu, diperlukan upaya komprehensif oleh setiap RS untuk mengatasinya.

Tantangan terbesarnya adalah kasus positif yang cepat meningkat dalam jumlah besar. Jadi, RS harus menyiapkan tempat perawatan khusus, seperti ruang isolasi dan ICU (intensive care unit) khusus Covid-19 dengan tekanan negatif, serta mempersiapkan sarana dan prasarana yang menunjang. Dalam hal ini, termasuk APD (alat pelindung diri) dan obat-obatan khusus yang diperlukan.

Perlu juga dipersiapkan SDM (sumber daya manusia), yakni tenaga kesehatan yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan khusus dalam menangani virus Covid-19. Yang jelas, penyebaran Covid-19 ini sangat cepat. RS pun mesti mempersiapkan hal-hal tersebut dalam waktu yang cepat.

Bagaimana RS yang Anda pimpin merespons situasi ketika Covid-19 muncul di Indonesia?

RS Islam Jakarta (RISJ) Cempaka Putih selalu berkoordinasi dengan Kemenkes (Kementerian Kesehatan) dan dinas kesehatan untuk mendapatkan arahan sejak Februari 2020. Koordinasi juga dilakukan untuk mempersiapkan RS ini sebagai RS rujukan (penanganan) Covid-19 serta membuat tim Satuan Tugas (Satgas) Covid-19.

Kita ingat, kasus pertama terdeteksi pada 16 Maret 2020 lalu. Pasien dirujuk ke RS Persahabatan serta kasus berikutnya meninggal di RSIJ CP. Kesulitan saat itu, perlu waktu beberapa hari sampai hasil laboratorium keluar. Saat itu, belum banyak laboratorium yang bisa melakukan tes PCR (polymerase chain reaction).

RSIJ CP juga menyiapkan sarana dan prasarana, seperti ruang khusus isolasi di IGD yang berfungsi sebagai ruang intensif dan ruang rawat inap bertekanan negatif sebanyak 16 bed. Kami juga menyiapkan SDM yang diperlukan.

Kami tidak hanya menyiapkan tenaga kesehatan, dokter, perawat, tenaga konseling, dan lain-lain, tetapi juga tenaga pengolahan limbah, cleaning service. Kepada semuanya, diberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam menangani pasien Covid-19.

Ada saat-saat sulit waktu itu. Misalnya, ketika APD masih sangat sulit didapatkan. Bahkan, RS kami pernah menggunakan jas hujan sebagai pengganti APD, membuat sendiri face shield, dan mengatur penggunaan masker N-95.

Menyikapi masuknya Covid-19 ke Indonesia, bagaimana arahan dari PP Muhammadiyah saat itu?

Kami diminta untuk melakukan koordinasi dengan Kemenkes dan dinas kesehatan setempat. Sejak itu (masuknya Covid-19 ke RI), beberapa RS Muhammadiyah disiapkan sebagai RS rujukan Covid-19. Termasuk RSIJ CP. Kalau sekarang, ada 88 unit RS Muhammadiyah/‘Aisyiyah yang ditunjuk untuk melayani pasien Covid-19.

Kami juga berkoordinasi dengan Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) untuk bantuan sarana prasarana, termasuk membuat laporan secara berkala. Direktur Pelayanan dan Tim Satgas RSIJ CP menyiapkan secara komprehensif dan selalu memutakhirkan kebutuhan pelayanan. Ini disesuaikan dengan panduan dari Kemenkes dan organisasi profesi.

Mulai dari tenaga kesehatan yang diperlukan—seperti dokter, perawat, tenaga laboratorium radiologi dan tenaga pendukung lainnya. Kemudian, kami juga menyiapkan persyaratan ruangan rawat inap. Misalnya, dengan tekanan negatif dan CCTV. Kami siapkan juga peralatan-peralatan yang diperlukan, seperti ventilator, monitor, dan alat rontgen mobile yang didedikasikan khusus untuk pasien Covid-19.

Bagaimana kesiapan pelayanan di RS ini sejak ditetapkan sebagai salah satu RS rujukan pasien Covid-19?

Awal mula pandemi, RSIJ CP membuka ruang rawat inap khusus pasien Covid-19. Itu berisi 16 tempat tidur. Ada juga ruang isolasi intensif di IGD dengan tujuh tempat tidur.

Dalam perkembangannya, saat ini RS kami mempunyai 143 tempat tidur. Jumlah itu terdiri atas 128 ruang rawat inap isolasi Covid-19 dan 15 bed ICU Covid-19. Ada juga 15 ruang isolasi di IGD.

Pada Maret-Desember 2020, RSIJ CP telah merawat sebanyak 1.602 pasien. Pada periode Januari-Juli 2021, ada sebanyak 1.908 pasien telah dirawat di sini dengan angka kesembuhan yang baik.

Kemudian, kasus di bulan Juni-Juli 2021—seperti kita tahu bersama—meningkat sangat pesat. BOR (bed occupancy rate, keterisian tempat tidur) pernah mencapai 100 persen di sini dan dengan case fatality rate dan mortality rate yang lebih tinggi, yakni 21 persen dan 18,5 persen, dibanding dengan periode saat tidak ada lonjakan, yakni sekitar 4 persen sampai 12 persen.

Sehingga, total dari awal pandemi sampai sekarang, RSIJ CP telah merawat 3.510 pasien dengan tingkat kesembuhan 80 persen, yaitu setara 2.808 pasien. Sebagian masih dirawat.

Bagaimana pelayanan RS ini saat pengetatan diberlakukan pemerintah, terutama seiring terdeteksinya varian baru virus korona?

Sewaktu PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), kami berkoordinasi dengan Kemenkes dan dinas kesehatan. Tiap RS saat itu dianjurkan untuk mendedikasikan minimal 50 persen dari tempat tidur yang tersedia untuk melayani pasien Covid-19.

RSIJ CP membuka dua ruangan dengan menambahkan sebanyak 52 tempat tidur di ruang rawat inap Covid-19. Sehingga, jumlah keseluruhan ruang rawat inap Covid-19 menjadi 143 bed dari 249 bed (57 persen). Ini melebihi permintaan Kemenkes, sebesar 50 persen.

Di IGD, kami juga menyiapkan 15 bed untuk ruang isolasi Covid-19 dan untuk menampung sementara pasien yang belum bisa masuk ke ruang rawat inap karena penuh. Ada delapan tempat tidur untuk skrining pasien.

RS kami juga mengalokasikan tujuh bed khusus anak. Sebab, secara statistik lonjakan pandemi saat ini terjadi peningkatan kasus positif pada anak. Kemudian, kami menyiapkan empat bed untuk pasien Covid-19 yang menjalani hemodialisa (HD) di rawat inap. Dan, satu bed HD di IGD bila ruang rawat inap penuh.

Alhamdulillah, dengan PPKM kasusnya makin menurun. Saat ini (10/8), tidak ada antrean di IGD. BOR rawat inap juga turun menjadi 48 persen. BOR ICU Covid-19 turun menjadi 73 persen.

Bagaimana pelayanan vaksinasi Covid-19 di sini?

Vaksinasi adalah program pemerintah yang harus didukung bersama dengan target jumlah dan waktu. Karena itu, RSIJ CP melakukan pelayanan vaksin bekerja sama dengan dinas kesehatan dan puskesmas setempat dan organisasi kemasyarakatan.

Vaksinasi, baik secara langsung atau aliansi, kami laksanakan bersama RSIJ Pondok Kopi, RSIJ Sukapura, dan RS Jiwa Islam Klender. Tempat pelaksanaan di internal dilakukan di RSIJ CP atau di luar, semisal puskesmas, gedung sekolah, kantor polsek, dan gedung PP Muhammadiyah. Penyelenggaraan vaksinasi juga di kampus-kampus, semisal Universitas Muhammadiyah Jakarta dan UHAMKA, dan lain-lain.

Saat ini Tim Vaksin RSIJ CP juga aktif membantu melakukan program Vaksinasi Merdeka. Ini bekerja sama dengan kepolisian dan dinas kesehatan yang dilakukan di tingkat RW di Jakarta. Vaksin yang diberikan sesuai dengan yang disediakan puskesmas setempat. Saat ini, yang diberikan adalah jenis vaksin Sinovac dan Astra Zeneca. Hingga kini, tim kami sudah melakukan vaksinasi terhadap lebih dari 13 ribu peserta.

Menurut Anda, apa yang bisa dilakukan pemerintah untuk penanganan Covid-19?

Saya rasa, penting sekali pelayanan kesehatan di Tanah Air agar tidak sampai mengalami krisis. Terkait munculnya varian Delta India atau Kudus di Indonesia, misalnya, sempat terjadi lonjakan kasus Covid-19 dan krisis (rumah sakit). Bahkan, Jakarta pun dengan sarana-prasarana kesehatan yang sangat baik, juga mengalami krisis. BOR rawat inap dan ICU di RS sempat sangat tinggi, lebih dari 90 persen bahkan 100 persen. RSIJ CP juga pernah mengalaminya.

Antisipasi penyebaran dengan melakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) atau PPKM cukup efektif. Di RSIJ CP, saat puncaknya BOR mencapai 90 persen sampai 100 persen. Dan, alhamdulillah saat ini (10/8) turun menjadi 45-48 persen.

 
Pemerintah harus segera menerapkan tindakan PPKM secara lebih agresif dan early. Jangan semata-mata mempertimbangkan faktor ekonomi saja.
 
 

Maka saran saya, sebaiknya begitu timbul beberapa (lonjakan) kasus (Covid-19), pemerintah harus segera menerapkan tindakan PPKM secara lebih agresif dan early. Jangan semata-mata mempertimbangkan faktor ekonomi saja. Kegiatan ekonomi masyarakat pun tetap tidak akan optimal di tengah lonjakan Covid-19. Di atas itu semua, nyawa anggota keluarga lebih berharga dibanding apa pun.

Banyak RS saat ini cukup berat dengan harus memenuhi harapan melakukan semaksimal mungkin tindakan perawatan terhadap pasien Covid-19. Padahal, masih ada tagihan dan klaim Covid-19 yang tidak secepatnya dilakukan pembayaran.

Alhamdulillah, saat ini Kemenkes sudah mulai melakukan langkah-langkah percepatan untuk penyelesaian klaim (perawatan pasien) Covid-19 terhadap RS. Ini terutama klaim yang dispute, bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dan dinas kesehatan tingkat provinsi.

 

photo
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. - (DOK IST)

Pengalaman Pasien Covid-19 di RSIJ Cempaka Putih

 

Sejak munculnya pandemi Covid-19 di Indonesia, Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih terlibat langsung dalam penanganan wabah tersebut. Hingga kini, rumah sakit yang juga salah satu amal usaha Muhammadiyah itu telah merawat 3.510 pasien dengan tingkat kesembuhan 80 persen.

Direktur Utama RSIJ Cempaka Putih dr Pradono Handojo MBA MHA mengaku bersyukur atas pencapaian ini. Pihaknya berkomitmen untuk terus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Salah seorang pasien yang pernah mendapatkan perawatan medis di sana ialah Prof Adi Fahrudin. Kepada Republika, guru besar ilmu kesejahteraan sosial FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) itu menuturkan kisahnya. Dia sempat terkonfirmasi positif Covid-19. Lima hari lamanya ia menjalani isolasi mandiri.

“Karena kondisi memburuk dan sesak napas, maka dilarikan ke rumah sakit, tepatnya RS Islam (Jakarta) Cempaka Putih,” katanya beberapa waktu lalu.

Ia ingat, pelayanan di rumah sakit tersebut sangat memuaskan. Sejak di Instalasi Gawat Darurat (UGD) setempat, kondisinya ditangani dengan baik oleh dokter dan tenaga kesehatan. Ia diberikan oksigen dan selanjutnya diambil darah untuk pemeriksaan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by RS Islam Jakarta Cempaka Putih (rsijcempakaputih)

Karena ruangan di RSIJ CP penuh saat itu, Prof Adi kemudian diminta menunggu di ruangan transit. Selama di sana, ia mendapatkan oksigen arus tinggi sehingga sangat tertolong untuk mengurangi sesak napasnya. Selanjutnya, ia dipindahkan ke ruangan ICU VVIP al-Falah dan ditangani lebih intensif.

Setelah 13 hari dirawat di ICU, Prof Adi dipindahkan ke ruangan isolasi Multazam. Secara keseluruhan, alumnus Universiti Sains Malaysia itu menjalani perawatan selama 23 hari di RSIJ CP.

“Menurut saya, alhamdulillah, RS Islam (Jakarta) Cempaka Putih sangat profesional. Para dokter dan tenaga kesehatannya tidak kenal lelah, bergantian setiap shift mengurus setiap pasien,” katanya.

Secara pribadi, Prof Adi bersyukur telah dipertemukan dengan dokter dan tenaga kesehatan yang telah merawatnya dengan sangat baik di RSIJ Cempaka Putih. Hingga akhirnya, ia dinyatakan sembuh dan dapat menjalani pemulihan mandiri di rumah.

“Saya juga mengapresiasi dan mengucapkan jutaan terima kasih kepada seluruh managemen (direktur dan jajaran) RSIJ karena memberikan layanan terbaik kepada pasien Covid. Terima kasih. Jazakumullah khairan khatsiran.”

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat