Warga membawa paket bahan pokok gratis saat digelar pasar rakyat gratis di halaman Masjid Tua Katangka, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Selasa (10/8/2021). Pasar rakyat gratis untuk memperingati Tahun Baru Islam 1443 Hijriyah dan sambut HUT ke-76 Kemerd | ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/rwa.

Laporan Utama

Butuh Optimisme dan Akal Sehat di Tahun Baru Hijriyah

Untuk menghadapi musibah pandemi ini perlu optimisme dan akal sehat.

OLEH IMAS DAMAYANTI

 

Umat Islam di seluruh dunia menyambut Tahun Baru 1443 Hijriyah dalam suasana pandemi Covid-19. Untuk menghadapi musibah yang telah berlangsung satu setengah tahun ini perlu optimisme dan akal sehat.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir mengungkapkan, segenap Muslim mesti memperingati momentum bersejarah Hijriyah dengan rasa syukur sekaligus keprihatinan akibat wabah yang melanda. 

Dia pun mengajak semua pihak untuk menampakkan solusi dan keteladanan. “Tunjukkan solusi dan keteladanan, jangan menyepelekan pandemi dengan pandangan sempit nirperspektif Islam berkemajuan,” kata Haedar saat dihubungi Republika, Rabu (4/8).

Tahun baru Hijriyah, kata dia, boleh diperingati dengan syiar secara daring. Dia mengimbau kepada kaum Muslimin untuk menjauhi euforia dan aktivitas offline yang mengundang massa. Kegiatan ini dinilai berpotensi membuka rantai penularan wabah Covid-19 semakin luas.

Menurut Haedar, upaya untuk menjaga agama paralel dengan menjaga jiwa, akal, harta, dan keturunan dalam satu kesatuan tujuan syariat Islam. Hal demikian bukanlah sesuatu yang terpisah satu sama lain. “Kalau sebagian umat Islam masih tidak percaya Covid-19 dan vaksinasi, padahal dampaknya sangat luas dan mengancam jiwa dan keselamatan manusia, maka alam pikiran umat belum benar-benar hijrah,” kata dia.

 
Kalau sebagian umat Islam masih tidak percaya Covid-19 dan vaksinasi, maka alam pikiran umat belum benar-benar hijrah.
 
 

 

Dia  mengajak segenap Muslim untuk dapat memaknai hijrah dengan pemahaman dan sikap konstruktif. Umat Islam harus bisa meneladani hijrah Nabi  sebagai momentum untuk keluar dari ketertinggalan menuju kemajuan peradaban ke depan.

Haedar menyebut, Nabi Muhammad SAW dan umat Islam hijrah dari Makkah ke Madinah untuk memulai kehidupan baru yang lebih merdeka dalam mengemban risalah Islam rahmatan lil-alamin. Dalam kurun waktu 13 tahun di Yastrib, terbangun tatanan al-Madinah al-Munawwarah, kota peradaban yang tercerahkan.

Setelah Nabi Muhammad wafat, Islam pun menyebar dari peradaban Madinah ke seluruh dunia sehingga menciptakan era kejayaan selama lebih enam abad lamanya sebagai puncak kemajuan umat yang mencerahkan semesta. Islam dan umat Islam pun menjadi pencerah peradaban global yang menebar rahmatan lil-alamin.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Haedar Nashir (haedarnashirofficial)

Umat Islam sebagai kekuatan mayoritas, lanjut Haedar, dituntut mentransformasikan nilai hijrah bagi kemajuan Indonesia. Umat Islam dan bangsa Indonesia diberi karunia oleh Allah SWT berupa anah air, bangsa, dan negara yang kaya dan majemuk.

Untuk itu menurut dia, umat Islam sendiri sebagai mayoritas harus memberi teladan dalam memelopori perjuangan kemerdekaan dan banyak momen dinamika keindonesiaan sampai saat ini. Dia pun menyebut, umat Islam bisa sekaligus menjadi perekat integrasi nasional dan pembawa suluh kemajuan Indonesia.

Saat ini, dia menekankan, umat Islam Indonesia menyadari masih banyak ketertinggalan khususnya di bidang ekonomi dan penguasaan ilmu pengetahuan serta akses ekonomi-politik strategis. “Kesenjangan sosial dan kemiskinan melekat dengan mayoritas umat Islam. Sebagian karena faktor luar, tetapi sebagian lagi sebab internal. Umat Islam boleh kritis terhadap keadaan untuk perbaikan, lebih-lebih manakala memperoleh perlakuan yang tidak adil. Lakukan semuanya dengan elegan,” kata dia.

Pegiat filantropi, Muhammad Fuad Nasar mengungkapkan, Islam mewajibkan setiap Muslim untuk memelihara semangat optimisme dalam menatap masa depan. Sebagai agama Allah, kata dia, Islam adalah agama yang terus bertumbuh dan berkembang. Dia menilai, umat Islam tentunya harus memiliki spirit dan wawasan kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam itu sendiri.

Di tengah peradaban dunia yang goyah akibat krisis sistem nilai, umat Islam di Tanah Air dan luar negeri harus bangkit dengan jati diri. Dalam suasana pergantian tahun Hijriah, dia mengajak kepada setiap elemen umat Islam untuk melakukan upaya konkret dalam membangun kualitas umat dan kesejahteraan bangsa.

“Mari menggali nilai-nilai hijrah. Hijrah berpindah dari situasi yang tidak kondusif menuju situasi kondusif yang memberikan pengharapan di masa depan,” kata Sekretaris Ditjen Bimas Islam Kemenag tersebut dalam teks tertulis yang diterima Republika, Rabu (4/8).

Hijrah adalah salah satu prinsip terukir dalam Alquran yang menggambarkan bahwa kehidupan seorang Muslim tidak statis. Melainkan, ungkap dia, bergerak dinamis ke arah perubahan. Perubahan tersebut bukan sembarang perubahan, melainkan perubahan menuju kebaikan yang mendatangkan kemaslahatan.

photo
Anggota komunitas Sosial Gowa menyerahkan paket bahan pokok secara gratis kepada warga saat digelar pasar rakyat gratis di halaman Masjid Tua Katangka, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Selasa (10/8/2021). Pasar rakyat gratis dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam 1443 Hijriyah dan sambut HUT ke-76 Kemerdekaan RI tersebut untuk meringankan beban masyarakat. - (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/rwa.)

Ketua Umum Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) Muhmmad Jazuli Ambari mengatakan, memelihara semangat optimisme memang harus ditumbuhkan di masa pandemi yang berkepanjangan ini. Bagi umat Islam, kata dia, segala aktivitas harus diukur kepada niat dan tujuannya.

“Kita kembali kepada tujuan hidup kita itu apa. Setiap shalat kita selalu ulang-ulang kalimat inna shalati wa nusuki wa ma yahya wa ma mati lillahi ta’ala. Kita hidup dan mati hanya demi Allah SWT,” kata Jazuli saat dihubungi Republika, Rabu (4/8).

Karena itu, dia menjelaskan, aktivitas melelahkan yang dilakukan tenaga kesehatan di Indonesia dalam 1,5 tahun ini merupakan bentuk pengorbanan yang luar biasa. Namun demikian, apapun profesi seseorang maka baginya adalah tanggung jawab atas amanah yang diemban.

Dengan kodrat kematian yang pasti menghampiri kepada setiap makhluk, dia mengingatkan, hanya amal saleh yang dapat menjadi sebaik-baiknya bekal. “Semua yang kita lakukan, siapa pun kita, akan dimintai pertanggung jawaban. Maka kita harus lakukan sebaik-baiknya aktivitas dan tanggung jawab kita. Mudah-mudahan Indonesia segera sembuh,” ujar dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat