Petugas kesehatan mengarahkan sejumlah peneliti WHO yang tiba di Pusat Pengendalian Penyakit di Hubei, beberapa waktu lalu. | AP/Ng Han Guan

Internasional

Pasien Nol Covid-19 Mungkin Staf Lab Wuhan

WHO kembali mendesak Cina untuk membagikan data mentah dari kasus awal virus Covid-19.

JENEWA – Penyelidik Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan, pasien nol dari pandemi Covid-19 mungkin saja adalah pekerja laboratorium di Wuhan, Cina. Sebelumnya hasil penyelidikan awal WHO telah mengesampingkan kemungkinan tentang kebocoran laboratorium sebagai penyebab menyebarnya Covid-19.

“Seorang karyawan (laboratorium) yang terinfeksi di lapangan saat mengambil sampel termasuk dalam salah satu hipotesis yang mungkin. Di sinilah virus berpindah langsung dari kelelawar ke manusia,” kata Peter Embarek, kepala delegasi ilmuwan internasional yang diutus WHO ke Cina untuk menyelidiki asal-usul Covid-19, saat diwawancara saluran publik Denmark, TV2, Kamis (12/8).

Dalam film dokumenter bertajuk “The mystery of the virus - a Dane in search of the truth in China” yang disiarkan TV2, Embarek menceritakan tentang detail penyelidikan asal-usul Covid-19 yang dipimpinnya di Wuhan. Namun hingga 29 Maret 2021, hipotesis tentang kebocoran laboratorium sebagai penyebab menyebarnya virus tetap masih lemah.

“Hingga 48 jam sebelum misi berakhir, kami masih belum setuju untuk menyebutkan hipotesis laboratorium dalam laporan tersebut,” ujar Embarek.

Delegasi WHO memperoleh izin mengunjungi dua laboratorium tempat penelitian dilakukan pada kelelawar. Embarek mengungkapkan, selama kunjungan tersebut timnya diperkenankan mengajukan pertanyaan atau mewawancarai para peneliti di sana. “Tapi kami tidak memiliki kesempatan untuk berkonsultasi dengan dokumentasi apa pun,” ucapnya.

Menurut Embarek, tidak ada kelelawar yang hidup di alam liar di wilayah Wuhan. Dia berpendapat, satu-satunya orang yang mungkin mendekati kelelawar yang dicurigai sumber virus SARS-Cov-2 penyebab Covid-19 adalah karyawan atau pegawai laboratorium.

Sementara, WHO kembali mendesak Cina untuk membagikan data mentah dari kasus awal virus korona yang pertama kali muncul di pusat Kota Wuhan. WHO pada Kamis (12/8) mengatakan, sangat penting untuk memahami asal-usul virus untuk mencegah pandemi di masa depan. 

Sebuah tim ilmuwan dari WHO melakukan kunjungan ke Wuhan pada Januari tahun ini sebagai bagian dari misi untuk melacak asal-usul virus korona. Mereka merilis laporan pada Maret lalu. Namun laporan itu tidak menarik kesimpulan tegas tentang apa yang telah terjadi.

Laporan tersebut mencantumkan sejumlah hipotesis, yaitu virus korona kemungkinan berasal dari kelelawar yang kemudian menular ke manusia. Sementara teori bahwa virus korona bocor dari laboratorium sangat tidak mungkin.

Laporan tersebut mendorong seruan baru untuk penyelidikan lebih dalam tentang asal-usul virus. Selain itu, Cina diminta lebih transparan untuk memberikan data  tentang virus tersebut.

Bulan lalu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengusulkan tahap kedua penyelidikan untuk memasukkan studi lebih lanjut di Cina serta audit laboratorium.

Teori kebocoran laboratorium telah membuat Cina geram. Cina mendesak WHO untuk melakukan penyelidikan yang diperluas ke negara lain.

"WHO menegaskan kembali bahwa pencarian asal-usul SARS-CoV-2 tidak boleh menjadi tindakan untuk saling menyalahkan, saling menuding, atau menyalahkan secara politis,” ujar WHO, dilansir Aljazirah, Jumat (13/8).

“Sangat penting untuk mengetahui bagaimana pandemi Covid-19 dimulai, untuk memberi contoh dalam menetapkan asal-usul semua peristiwa yang penularannya berasal dari hewan ke manusia di masa depan,” kata WHO menambahkan.

WHO mengatakan, Cina dan sejumlah negara anggota lainnya telah mengusulkan penyelidikan fase kedua. Mereka juga meminta agar dilakukan studi lebih lanjut dari hipotesis bahwa asal usul virus korona berasal dari kebocoran laboratorium. 

“Saat meninjau laporan studi fase satu, WHO menetapkan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang cukup untuk mengesampingkan hipotesis apa pun. Oleh karena itu, penting untuk memiliki akses ke semua data. WHO hanya fokus pada sains, memberikan solusi dan membangun solidaritas," kata WHO.

Wuhan adalah rumah bagi dua laboratorium penelitian dengan keamanan tinggi. Institut Virologi Wuhan diketahui melakukan penelitian tentang kelelawar.

Di pihak lain, Cina menolak seruan WHO untuk melakukan penyelidikan baru tentang asal-usul Covid-19. Beijing menyatakan bahwa penyelidikan awal tentang asal-usul Covid-19 yang dilakukan bersama WHO dan para ahli asal negaranya sudah cukup.

Beijing menilai, seruan untuk penyerahan data lebih lanjut bermotif politik daripada kepentingan ilmiah. "Kami menentang penelusuran politik dan mengabaikan laporan bersama yang dikeluarkan setelah kunjungan tim ahli WHO ke Wuhan pada Januari. Kami mendukung penelusuran ilmiah,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Cina Ma Zhaouxu.

Dia menekankan, kesimpulan dan rekomendasi laporan bersama WHO-Cina diakui oleh komunitas internasional serta komunitas ilmiah. “Pekerjaan penelusuran global di masa depan harus dan hanya dapat dilakukan lebih lanjut berdasarkan laporan ini, daripada memulai yang baru,” ujar Ma.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat