Iona Annora Nurani Anindia (11), seorang yatim piatu akibat Covid-19 didampingi kerabatnya di Jagiran Gang I, Tambaksari, Surabaya, Kamis (5/8/2021). Menko PMK Muhadjir Effendy menyatakan pendataan anak yatim piatu telah berjalan. | Istimewa

Kabar Utama

Pendataan Yatim Piatu Mendesak

Menko PMK Muhadjir Effendy menyatakan pendataan anak yatim piatu telah berjalan.

JAKARTA -- Pandemi membuat ribuan anak-anak Indonesia diperkirakan menjadi yatim piatu karena salah satu atau kedua orang tua mereka meninggal akibat terpapar Covid-19. Pemerintah didesak menyegerakan pendataan agar langkah-langkah perlindungan bisa dilakukan.

"Kita berharap dalam bulan ini sudah terlihat data nasional laporan dari dinas sosial maupun dinas PPPA (Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak)," ujar Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jasra Putra, saat dihubungi Republika, Kamis (5/8).

Satu-dua pekan yang lalu, kata Jasra, KPAI diundang dalam rapat kementerian/lembaga oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK). Temanya membicarakan persoalan anak yang ditinggalkan orang tua akibat terpapar Covid-19. Data kematian yang dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri dapat mengonfirmasi data kematian akibat Covid-19 yang diumumkan setiap hari.

"Angka kematian terus naik, data terakhir hampir di angka 100 ribu. Jika kita hitung seperempat saja yang memiliki usia anak sampai 18 tahun, kemungkinan 25 ribu anak yang ditinggalkan orang tuanya," kata Jasra.

Selanjutnya, pemerintah perlu melakukan asesmen untuk memberikan perlindungan pengasuhan anak dan dukungan kebutuhannya. Misalkan, apakah sang anak masih memiliki keluarga inti sampai derajat ketiga. Kemudian, apakah keluarganya memiliki penghasilan tetap atau justru kehilangan sumber pemasukan karena pandemi Covid-19.

photo
Bupati Madiun Ahmad Dawami (kiri) berbincang dengan penerima bantuan sosial di Pendopo Muda Graha, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Senin (2/8/2021). Pemkab Madiun membagikan bantuan sosial bahan pokok kepada 810 anak yatim piatu, 525 orang penyandang disabilitas, 60 orang eks penyandang psikotik dan 100 orang lanjut usia guna meringankan beban saat pandemi Covid-19. - (ANTARA FOTO/Siswowidodo)

"Kalau datanya itu sudah terpilah, mapping-nya, hasil asesmennya lebih detail, masyarakat juga bisa berperan untuk membantu atau katakanlah menguatkan hal-hal yang perlu didukung," tutur Jasra.

Situasi tersebut penting dipotret agar pemerintah dapat merespons cepat. Pengasuhan anak memang diutamakan kepada keluarga terdekat. Sementara pengasuhan di panti asuhan atau lembaga lainnya harus menjadi pilihan terakhir, apalagi di tengah pandemi Covid-19 seperti ini.

Apabila keluarga sang anak tidak memiliki sumber penghasilan, maka pemerintah perlu segera menyusun skema bantuan yang menyasar keluarga tersebut. Pemerintah harus memastikan dapat memberi perlindungan kepada anak.

Anak yang ditinggalkan orang tuanya juga perlu diberi pendampingan oleh psikolog, "Anak nanti bertanya ibu atau bapaknya atau keduanya ke mana. Kapan mereka hadir lagi. Ini butuh pendampingan, memastikan bagaimana di samping keluarga kita kuatkan, keluarga juga mendukung, kemudian ada pengawasan," jelas Jasra.

Sejauh ini, pendataan yatim piatu akibat Covid-19 masih sporadis di daerah-daerah. Pemprov DI Yogyakarta, misalnya, telah mencatat 150 anak kehilangan orang tua mereka dua pekan belakangan.

Di Jawa Timur, pemprov mencatat sedikitnya 5.000 anak kehilangan orang tua selama pandemi. Di Jawa Tengah dan DKI Jakarta, instruksi pendataan baru dikeluarkan.

Sedangkan menurut Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Provinsi Jawa Barat, Siska Gerfianti, pihaknya saat ini baru memiliki data kasus anak aparatur sipil negara (ASN) di Jabar yang kehilangan orang tuanya. "Per hari ini data di kami ada 66 anak terdampak karena meninggalnya ASN di Jabar yang merupakan orang tua mereka sebanyak 35 orang ASN. Kalau data dari kabupaten/kota masih direkap," ujar Siska kepada Republika, Kamis (5/8).

Menurut Siska, anak ASN yang kehilangan orang tuanya berusia tujuh hingga 28 tahun. Ada pula yang masih dalam kandungan. Saat ini, kata dia, kabupaten/kota yang sudah melakukan terobosan terkait anak yang kehilangan orang tua akibat Covid 19 ini baru Karawang dalam bentuk bantuan beasiswa. 

Studi yang dilansir Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), Bank Dunia, Badan Kesehatan Dunia (WHO), dan sejumlah universitas ternama dunia pada Juli lalu memperkirakan dengan estimasi minimum bahwa ada satu juta anak di seluruh dunia kehilangan orang tua akibat pandemi. Dari jumlah itu, sekitar 26 ribu di Indonesia. Mengingat perkiraan itu dilakukan pada periode Maret 2020 hingga Mei 2021, jumlah sebenarnya berpotensi jauh lebih banyak.

Hal ini diamini Camat Sumpiuh, Kabupaten Banyumas, Ahmad Suryanto. Ia menyebutkan, sejak Januari hingga Juli 2021, tercatat 20 anak yatim, piatu, dan yatim piatu akibat Covid 19. "Yang tidak tercatat, mungkin lebih dari itu karena kita tidak mendata secara khusus," kata dia kepada Republika, Kamis.

Sedangkan usia anak yang ditinggalkan orang tuanya beragam. Ada yang sudah berusia belasan tahun, tapi ada juga yang masih dua hingga tiga tahun. "Anak-anak yatim yang orang tuanya meninggal akibat Covid 19 ini tersebar di hampir seluruh desa di wilayah Kecamatan Sumpiuh," kata dia.

photo
Aisyah Alusa (kedua kanan) didampingi para tenaga kesehatan meninggalkan Rumah Lawan Covid-19 tempat dia diisolasi dan dirawat di Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (30/1/2021). Aisyah (10) yatim piatu yang orang tuanya meninggal akibat Covid-19 yang kini sebatang kara dinyatakan sembuh dari Covid-19 dan selanjutnya dititipkan di Dinas Sosial KotaTangerang Selatan. - (MUHAMMAD IQBAL/ANTARA FOTO)

Di pihak lain, Menko PMK Muhadjir Effendy menyatakan bahwa pendataan telah berjalan. "Saya telah meminta deputi IV (Kemenko PMK) untuk melakukan koordinasi pendataan bersama kementerian terkait," kata Muhadjir saat dihubungi Republika, Rabu (5/8).

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak Perempuan dan Pemuda Kemenko PMK Femmy Eka Kartika Putri menambahkan, hasil pendataan itu membutuhkan proses. Kemenko PMK berharap pendataan tidak terlalu lama. "Karena di lapangan juga harus ada petugas yang menangani (pendataan), khususnya di tingkat desa," ujar Femmy.

Kementerian Sosial menyatakan akan melibatkan tim dari Balai Sosial di setiap daerah dan tim psikososial dari setiap dinas sosial kabupaten/kota untuk mendampingi anak-anak yang berstatus yatim piatu akibat Covid-19. Pelibatan tim dari Balai Sosial dan tim psikososial ini juga didampingi pihak keluarga dekat sang anak.

Dirjen Rehabilitasi Sosial Harry Hikmat mengatakan, Kemensos telah meningkatkan layanan rehabilitasi sosial melalui 41 balai yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebanyak 41 balai sosial ini akan membantu mendampingi anak yang ditinggal wafat salah satu atau kedua orang tuanya katena Covid-19. 

MUI: Bantu Yatim Piatu

Komisi Perempuan Remaja dan Keluarga (PRK) Majelis Ulama Indonesia (MUI) prihatin dengan anak-anak yatim dan piatu yang orang tuanya meninggal akibat Covid-19. Sehubungan dengan itu, MUI menilai, anak-anak yatim dan piatu akibat pandemi Covid-19 perlu dibantu.

photo
Seorang santri yang terkonfirmasi positif Covid-19 berjemur di Pondok Pesantren Yatim dan Dhuafa Al Kasyaf, Kampung Sukamaju, Cileunyi, Kabupaten Bandung, Rabu (16/6/2021). Sebanyak 54 santri dan guru di pondok pesantren itu terkonfirmasi positif Covid-19 setelah menjalani uji usap antigen dan PCR. Akibatnya ponpes tersebut ditutup sementara serta santri dan guru yang terkonfirmasi positif Covid-19 diwajibkan isolasi mandiri. Foto: Republika/Abdan Syakura - (REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA)

"Saya sangat prihatin dengan kondisi ini karena saya saksikan sendiri di sebelah cucu saya yang baru lahir, ada bayi-bayi yang lahir prematur dan ibunya wafat setelah melahirkan. Sementara ada ayahnya yang juga wafat dan ada yang masih terpapar Covid-19," kata Ketua Komisi PRK MUI Siti Ma'rifah kepada Republika, Kamis (5/8).

Ma'rifah juga berharap ibu-ibu hamil dapat segera memperoleh vaksin. Tentu sebelum itu harus sudah dikaji dulu oleh para dokter soal keamanannya. Karena kasus ibu hamil yang terpapar Covid-19 banyak terjadi, bahkan ada yang tidak bisa diselamatkan, baik ibu maupun bayinya.

Ia menerangkan, memang belum ada data yang pasti soal jumlah ibu hamil yang terpapar Covid-19 dan bayi serta anak-anak yang menjadi yatim atau piatu karena Covid-19. Untuk itu, harus didata nama dan alamatnya. Seperti yang terjadi di Jawa Timur, banyak anak yang ditinggal mati orang tuanya karena Covid-19.

"Untuk itu, seluruh stakeholder harus melakukan upaya pemulihan psikososial terpadu bagi anak-anak, dengan didampingi pendamping psikolog untuk asesmen dan penguatan psikis selama pandemi berlangsung," ujarnya.

Ma'rifah menyampaikan, Komisi PRK MUI, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, serta instansi atau lembaga terkait, termasuk masyarakat atau keluarga anak, akan berkoordinasi untuk mengatasi hal tersebut. Selain itu, harus juga dilakukan bimbingan terkait peningkatan kapasitas anak yatim atau piatu, dengan edukasi dan pelatihan kewirausahaan.

Edukasi dan pelatihan ini bisa dilakukan oleh badan dan lembaga terkait, seperti UPTD Dinas Sosial. "Dan yang tidak kalah penting adalah bimbingan keagamaan agar mereka (anak-anak yatim atau piatu karena Covid-19) kuat menghadapi musibah ini," ujar Ma'rifah.

Ia mengingatkan, pemerintah harus membantu terpenuhinya hak-hak sipil mereka, seperti akta kematian orang tua, kartu keluarga, kartu identitas anak atau KTP bagi yang sudah berusia 17 tahun.

"Insya Allah ikhtiar ini dapat sedikit meringankan beban anak-anak ini, terutama masalah kejiwaan dan trauma anak. Kita berdoa semoga pandemi Covid-19 ini cepat berlalu," kata Ma'rifah.

Direktur Utama Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Arifin Purwakananta menegaskan, fenomena melonjaknya jumlah yatim piatu baru akibat pandemi benar adanya. “Memang, jumlah anak-anak yatim yang ditinggal meninggal, baik oleh bapak, ibu, maupun keduanya karena pandemi ini sudah sangat banyak. Kami berkomitmen dan sudah melaksanakan suatu program sebetulnya, kepedulian untuk membantu mereka,” kata Arifin kepada Republika, Kamis (5/8).

Pada bulan lalu, menurut dia, Baznas melakukan koordinasi tingkat nasional yang berkaitan dengan penanggulangan pandemi Covid-19. Berdasarkan pantauan Baznas tingkat pusat ataupun daerah, fenomena melonjaknya anak yatim piatu akibat pandemi benar-benar terjadi dan harus segera ditanggulangi. Di beberapa daerah, jumlah yatim piatu baru meningkat tinggi, salah satunya ada di Jawa Timur.

Guna memberikan bantuan kepedulian terhadap anak yatim piatu itu, Arifin menyebut bahwa Baznas telah membuat program peduli yatim "Yatim Baznas". Program ini merupakan penggalangan dana yang pengalokasiannya akan disalurkan kepada anak-anak yatim.

Sebelum program ini dibentuk, dia menjelaskan, Baznas pada tahun lalu telah membentuk program bantuan beasiswa bagi anak-anak yatim dari kalangan tenaga kesehatan (nakes). “Karena pada awal tahun pandemi, banyak sekali nakes yang meninggal dunia dalam menanggulangi Covid-19,” kata dia.

Kini dengan munculnya fenomena melonjaknya yatim piatu baru akibat pandemi dari beragam elemen masyarakat, pihaknya pun akan memperluas program beasiswa yatim. Rencananya, Baznas akan memberikan beasiswa bagi yatim dan bantuan kehidupan untuk mereka.

Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi menyatakan, setiap anak yang terdampak akibat pandemi Covid-19, tetap berhak mendapatkan perhatian pemerintah. “Upaya pendampingan anak-anak itu tidak sekadar fisik, tetapi harus juga dari sisi psikis,” ujar pemerhati anak itu. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat