Greysia Polii dan Apriyani Rahayu merayakan kemenangan pada final ganda putra cabang badminton Olimpiade Tokyo 2020, Senin (2/8/2021). | AP/Dita Alangkara

Kisah Dalam Negeri

Raket Bekas dan Skipping Putus

Perjalanan panjang Apriyani Rahayu menuju emas Olimpade Tokyo 2021.

OLEH FITRIYANTO

Kediaman Amiruddin Pora di Kelurahan Lawulo, Kecamatan Anggaberi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, riuh rendah kemarin siang. Warga yang datang melonjak-lonjak dan berteriak kegirangan. "Kayak mau pecah ini rumah," kata Amiruddin. Putrinya Apriyani Rahayu akhirnya mencatatkan namanya dalam sejarah Indonesia, merebut medali emas perdana untuk sektor ganda putri.

"Sebelum main, saya yakin pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu akan menang telak. Saya tidak merasa deg-degan ketika pasangan ini turun ke lapangan," kata Amiruddin Pora dihubungi Antara dari Kendari, Senin.

Apriyani, kelahiran 29 April 1998, adalah anak bungsu dari empat bersaudara buah hati Amiruddin dan sang istri, almarhumah Sitti Jauhar. Sejak kecil, seperti dituturkan Apriyani melalui live video di Instagram beberapa waktu lalu, ayahnya adalah pendukung utamanya.

Tapi Amiruddin menilai, justru almarhumah Sitti yang punya banyak peran. "Karena mama dia pemain bulu tangkis, tenis meja, dengan voli yang dia gemari. Jadi itu bakat dari almarhumah mama-nya," kata Amiruddin.

Ia bercerita, sejak kecil anaknya dididik dan ditanam jiwa berani dan terus bersemangat oleh ibunya. 

@republikaonline

Tangis Haru Keluarga Pecah saat Apriyani Rebut Emas Olimpiade. ##olimpiadetokyo2020 ##emas ##apriyanirahayu ♬ suara asli - Republika

Amiruddin menuturkan, anaknya mulai senang bermain bulu tangkis sejak kecil sebelum masuk ke sekolah dasar. Bahkan saat itu ketika tak ada raket, Amiruddin kemudian merakit raket bekas dengan senar tali pancing demi mendukung bakat anaknya.

Tak sampai di situ, ia juga membuatkan lapangan khusus buat anaknya untuk bermain bulu tangkis bersama teman seusianya. Ia mengaku bangga anaknya bisa menorehkan nama baik Bangsa di kancah internasional. “Jangan cepat merasa puas dan jangan sombong," kata Amiruddin. 

Yuslan Kisra, seorang jurnalis koran daerah yang kini bekerja di Kementerian Pemuda dan Olahraga menceritakan pada 2012 mendapat kabar dari teman bermain bulu tangkisnya di Konawe. Kawannya menuturkan, ada anak yang mampu merebut tiga medali emas dalam ajang Pekan Olahraga Provinsi (Proprov) Sulawesi Tenggara 2012.

"Saya lalu bilang kalau mau sukses ya harus dibawa ke Jawa (Jakarta) masuk camp bulu tangkis (klub). Barulah pada 2013 Apriyani bisa dibawa ke Jakarta," kata Yuslan kepada Republika, kemarin.

photo
Greysia Polii dan Apriyani Rahayu merayakan kemenangan dengan pelatih Eng Hian Senin (2/8/2021). - (AP/Dita Alangkara)

Yuslan melanjutkan, dirinya sempat berbicara dengan para legenda seperti Candra Wijaya, Susi Susanti, dan Icuk Sugiarto. "Kemudian akhirnya pilihan jatuh kepada Icuk. Kebetulan kita lebih dekat dan akhirnya mempercayakan dibina di sana (Pelita Bakrie). Sebelum akhirnya pindah ke Jaya Raya dan masuk pelatnas hingga akhirnya seperti saat ini."

Ia ingat saat kali pertama membawa Apriyani ke klub Pelita Jaya di kawasan Kosambi, Jakarta Barat. "Di sana jam 05.00 pagi sudah mulai berlatih. Saya berangkat setelah shalat Subuh, jadi memang agak terlambat sampai di sana," ujar Yuslan mengenang.

Sampai di lokasi, tes pertama adalah stamina dengan skipping. "Karena skipping yang dimiliki Apriyani sudah tua, jadi saat tes talinya putus. Akhirnya pakai skipping saya kebetulan saya ada skipping di mobil saat itu."

Setelah itu, Apriyani dites melawan putri Icuk Sugiarto, Jauza Sugiarto. Apriyani kalah. “Wah jadi saya agak ragu akan kelanjutannya," kata Yuslan.

"Tetapi kemudian Icuk Sugiarto mendekati saya dan mengatakan bahwa Apriyani ini punya pukulan yang mematikan yang menjadi senjatanya dan itu harus diasah terus," tutur Yuslan melanjutkan.

Diwawancarai selepas menundukkan wakil Korea Selatan Lee So Hee/Shin Seung Chan di babak semifinal, Apriyani masih sukar memercayai perjalanannya.  "Sebelum berangkat saya sempat bilang, saya tidak pernah berpikiran main di Olimpiade secepat ini, tapi tiba-tiba sekarang saya ada di final," kata Apriyani dalam keterangan pers yang diterima Republika, Sabtu (31/7).

@republikaonline

Its Coming Home! Emas Bulu Tangkis ke Pangkuan Indonesia. ##bulutangkis ##olimpiadetokyo2020 ##indonesia ♬ suara asli - Republika

Ia tak lupa berterima kasih pada senior sekaligus pasangannya Greysia Polii yang nyaris pensiun. "Saya sempat bilang untuk jangan berhenti dulu, bermainlah dengan saya. Dari situ saya diyakinkan melalui motivasinya, kerja kerasnya setiap hari, ketabahannya, dan keinginannya untuk menjadi juara," kata Apriyani.

Sementara Greysia menjelaskan, kekompakan yang di lapangan tampak seperti telepati yang mereka tunjukkan bukan kebetulan. Ia mengatakan, hubungan yang sangat kuat di antara keduanya lebih dari sekadar komunikasi yang baik di lapangan. 

Ia menceritakan mereka selalu melakukan beberapa hal bersama di luar lapangan. Entah itu saat makan atauberistirahat. "Itu hal-hal kecil, tetap sangat memengaruhi permainan kami," kata Greysia kepada Reuters.

Kemudian ketika bertanding, keduanya saling mengingatkan agar tetap satu visi. "Untuk masuk ke ritme, pikiran, dan semangat yang sama. Kami seperti pasangan suami istri," ujar Greysia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat