Petugas gabungan melakukan razia nonyustisi PPKM Level 4 di Batas Kota Yogyakarta, Rabu (28/7/2021). Pada operasi ini petugas gabungan memeriksa kartu vaksinasi Covid-19 bagi warga dengan kendaraan berplat nomor luar Yogyakarta. | Wihdan Hidayat / Republika

Tajuk

IMF dan Jebakan Krisis Pandemi

Kecepatan dan kesigapan untuk bangkit dari pandemi akan menjadi langkah awal sekaligus lompatan jauh dari jebakan krisis.

Dana Moneter Internasional (IMF) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. IMF memprediksi, ekonomi Indonesia tumbuh 3,9 persen pada tahun ini. Angka tersebut lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang 4,3 persen.

Dalam laporan bertajuk IMF World Economic Outlook edisi Juli 2021, IMF mengungkap alasan koreksi ke bawah tersebut. Gelombang kedua pandemi Covid-19 yang menghantam Indonesia di antara penyebab melorotnya pertumbuhan ekonomi nasional.

Jumlah kasus positif Covid-19 yang kembali menanjak mulai pertengahan tahun berdampak pada krisis kesehatan masyarakat. Untuk menekan krisis kesehatan makin memburuk, pemerintah kemudian menarik rem darurat.

Sejumlah kebijakan diambil pemerintah guna meredam kenaikan kasus positif Covid-19. Mobilitas masyarakat menjadi penyebab kerumunan massa. Namun, kerumunan massa ini ternyata mengabaikan protokol kesehatan.

 
Gelombang kedua pandemi Covid-19 yang menghantam Indonesia di antara penyebab melorotnya pertumbuhan ekonomi nasional.
 
 

Tidak ada jalan lain bagi pemerintah untuk menekan kasus Covid-19 dengan menurunkan tingkat mobilitas masyarakat. Diambillah kebijakan pengetatan mobilitas, yakni Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Dua periode PPKM diterapkan: 3-20 Juli, 21-25 Juli, dan 25 Juli-2 Agustus. Selama periode 3-25 Juli diberlakukan PPKM Darurat, sedangkan pada 25 Juli-2 Agustus berganti istilah menjadi PPKM Level 4.

IMF mendasarkan proyeksi pertumbuhan ekonomi itu pada dampak berkurangnya mobilitas masyarakat. Proses produksi dalam rantai perekonomian memang seirama dengan seberapa tinggi mobilitas unsur perekonomian itu.

Meski sejatinya, tak hanya faktor mobilitas masyarakat yang memengaruhi geliat perekonomian. Ada beberapa faktor lain yang mendorong pertumbuhan ekonomi, semisal seberapa efisien dan efektif mobilitas masyarakat itu dalam rantai produksi.

Tak selamanya harus makin tinggi mobilitas masyarakat berdampak makin tumbuhnya perekonomian. Faktor tingkat keterampilan sumber daya manusia dalam proses produksi juga menjadi faktor lain pendorong perekonomian.

 
Tak selamanya harus makin tinggi mobilitas masyarakat berdampak makin tumbuhnya perekonomian.
 
 

Dalam laporan IMF mengenai Indonesia disebutkan, pandemi Covid-19 pada pukulan kedua jelas menghambat mobilitas masyarakat. Dampak lanjutannya, pemulihan ekonomi melambat.Prediksi IMF sejalan dengan Bank Pembangunan Asia (ADB).

ADB juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia turun dari 4,5 persen menjadi 4,1 persen. Versi ADB, faktor utama penurunan berasal dari tingginya kasus Covid-19 dan kebijakan penguncian mobilitas.

ADB semula memprediksi saat aktivitas masyarakat meningkat, dukungan kebijakan fiskal, dan permintaan ekspor meningkat mempercepat pemulihan ekonomi. Pemerintah kini justru mengambil kebijakan penguncian yang bisa menghambat pemulihan.

Kendati memproyeksikan adanya koreksi, IMF dan ADB satu suara mengenai prediksi pertumbuhan pada 2022. Ekonomi Indonesia diperkirakan menggeliat tahun depan seiring keberhasilan pengendalian pandemi Covid-19.

 
Bahwa dua pemulihan harus berjalan beriringan: pemulihan kesehatan dan pemulihan ekonomi.
 
 

IMF dan ADB juga memproyeksikan tak hanya Indonesia yang terdampak serangan pandemi gelombang kedua ini. Ekonomi negara tetangga juga terkoreksi pertumbuhannya.

Mengantisipasi perburukan sebagai dampak pengetatan kegiatan masyarakat, mesti dicarikan jalan keluarnya. Pemerintah mesti fokus pada pengendalian pandemi. Makin cepat tertangani, makin sehat masyarakat, makin cepat ekonomi pulih.

Untuk itu, program perlindungan kesejahateraan masyarakat yang terdampak pandemi harus tepat sasaran. Semua komponen kecil bersinergi dalam percepatan pemulihan ekonomi.

Akselerasi vaksinasi merupakan keniscayaan dalam upaya terbentuknya kekebalan komunitas. Setidaknya, 70 persen penduduk Indonesia harus sudah tervaksinasi. Masyarakat yang kebal dari penularan virus tentu menggeliatkan perekonomian rakyat.

Bahwa dua pemulihan harus berjalan beriringan: pemulihan kesehatan dan pemulihan ekonomi.

Dengan kekuatan pasar yang besar, jumlah penduduk keempat terbanyak sejagat, tentu menjadi potensi bagi Indonesia. Kecepatan dan kesigapan untuk bangkit dari pandemi akan menjadi langkah awal sekaligus lompatan jauh dari jebakan krisis. Jebakan krisis bisa disiasati dengan strategi yang matang. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat