Penumpang mengantre untuk menaiki bus di Chinhoyi, Zimbabwe, Senin (21/6). (ilustrasi) | EPA-EFE/AARON UFUMELI

Kisah Mancanegara

Warga Zimbabwe Dihantui Masalah Obesitas

Konsumsi sadza yang tinggi menyebabkan obesitas pada warga Zimbabwe.

OLEH LINTAR SATRIA

Obesitas ternyata juga menjadi masalah bagi negara berpendapatan rendah. Kegemukan berlebihan ternyata menjadi “hantu kesehatan” yang baru di Zimbabwe.

Laman Anadolu Agency, Selasa (27/7) melaporkan, seorang pejabat kesehatan yang tak bersedia disebutkan namanya mengatakan, beberapa tahun terakhir angka obesitas di Zimbabwe melonjak tajam. Mereka memperkirakan 18 persen dari 14,65 juta warga Zimbabwe mengidap obesitas.

Survei Demografi Kesehatan Zimbabwe 2015 menunjukkan, 35 persen perempuan mengalami obesitas, sementara laki-laki hanya 12 persen. Pemerintah Zimbabwe mengungkapkan, statistik terbaru sedang disiapkan.

Negara di Afrika ini mengalami masalah ekonomi selama berpuluh-puluh tahun. Lebih dari 90 persen populasinya pengangguran. Ini mendorong orang yang kurang mampu mengandalkan makanan tepung-tepungan untuk membuat mereka kenyang.

Pejabat Kementerian Kesehatan dan Perawatan Anak Zimbabwe Bernard Madzima mengatakan, konsumsi makanan tidak sehat meningkatkan angka obesitas di negara itu.

Pejabat kesehatan mengungkapkan, konsumsi sadza yang tinggi menyebabkan kelebihan berat badan pada masyarakat. Sadza adalah makanan yang terbuat dari jagung rebus, kaya pati dan karbohidrat. Pangan ini menjadi makanan paling populer di masyarakat pribumi Zimbabwe.

photo
Keluarga mengenakan masker membawa barang belanjaan di Harare, Zimbabwe (3/1/2021). - (EPA/AARON UFUMELI)

Mavis Nyoni yang berusia 33 tahun selalu makan sadza untuk konsumsi sehari-hari. Berat warga Mabvuku, pinggir Ibu Kota Harare, itu sudah 93 kilogram dan tergolong diabetes.

"Saya khawatir dengan berat badan saya. Saya tidak terlalu banyak makan. Saya selalu makan sadza, satu-satunya yang dapat kami beli untuk keluarga kami di sini," katanya.

Ibunya, Letiwe Nyoni (57 tahun) dan ayahnya, Petros Nyoni (61 tahun), juga kelebihan berat badan dan memiliki diabetes. "Sadza satu-satunya makanan yang dapat kami miliki karena kami tidak punya uang untuk membeli jenis makanan yang lain," kata Letiwe.

Sadza juga meningkatkan risiko penyakit lain, seperti diabetes dan kanker. Namun, bagi masyarakat Zimbabwe, sadza adalah makanan andalan. Banyak masyarakat Zimbabwe yang percaya obesitas pertanda hidup makmur.

"Kami cuma tahu bahkan ketika kami dewasa bahwa bila ada orang yang bertubuh besar, maka artinya orang itu memiliki banyak makanan," kata Petros.

Pakar nutrisi juga menemukan kaitan antara pengangguran dan meningkatnya angka obesitas di masyarakat. "Masyarakat tidak memiliki pekerjaan dan orang yang sama juga hanya memakan tepung karena hanya itu yang bisa mereka beli dan sisanya hanya duduk-duduk yang akhirnya berat badan mereka naik," kata pakar nutrisi di Harare, Jimson Hlongwane.

Sebanyak 50 persen perempuan di negara-negara seperti Ghana, Kenya, Niger, Sierra Leone, Tanzania, dan Zimbabwe mengalami obesitas walaupun mereka miskin dan negara mengalami kekeringan. Data itu berdasarkan laporan nutrisi masyarakat yang dirilis pada 2017.

Makanan cepat saji yang tumbuh besar di Zimbabwe dalam beberapa dekade terakhir juga mendorong angka obesitas di seluruh negeri. "Semua orang di kota juga mengembangkan kegemaran pada makanan cepat saji, seperti kentang dan ayam goreng," kata pejabat Kementerian Kesehatan Zimbabwe yang tidak bersedia disebutkan namanya.

"Makan-makanan semacam itu juga berkontribusi meningkatkan kasus kelebihan berat badan yang kami lihat di sekeliling kami," katanya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat