Sejumlah tenaga kesehatan memberikan penghormatan dengan menabur bunga ke mobil jenazah mendiang bidan Sri Wahyuni di Puskesmas Panarukan, Situbondo, Jawa Timur, Kamis (15/7/2021). Penghormatan tersebut diberikan kepada bidan Sri Wahyuni yang meninggal du | ANTARA FOTO/SENO

Bodetabek

Balada Penjemput Jenazah Pasien Covid-19 Isolasi Mandiri

Kasus Covid-19 di Kota Bekasi melonjak sejak Juni lalu.

Panggilan telepon call center penjemputan jenazah tak henti berdering. Hanya ada satu alasan orang menghubungi nomor itu. Kematian!  

Saat telepon dijawab, yang terdengar adalah tangisan, ratapan serta keputusasaan. Semua itu datang bertubi-tubi. Belum rampung panggilan pertama, panggilan kedua sudah menunggu antrean.

Seorang pelayan call center penjemput jenazah di Kota Bekasi, Rinto Butarbutar, menghadapi kondisi itu selama dua bulan terakhir ini. Kasus Covid-19 di Kota Bekasi memang melonjak sejak Juni lalu. Lantas, pada awal Juli 2021, pemda setempat menyediakan layanan penjemputan jenazah yang bermarkas di Stadion Patriot Candrabhaga.

Layanan ini gratis. Para relawan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi menjadi petugasnya. Rinto mengatakan, kematian akibat Covid-19 yang terjadi di rumah saat isolasi mandiri amat tinggi. Setidaknya, hal ini membuat mereka harus siaga selama 24 jam. 

“Di sini ada tiga shift, jadi memang 24 jam. Karena mereka yang meninggal saat isoman di rumah, tidak bisa dibiarkan menunggu terlalu lama,” ujar Rinto saat ditemui Republika di kantornya beberapa waktu lalu.

Getirnya proses penjemputan jenazah ini, tak berhenti di ujung telepon saja. Rinto menuturkan, sebelum ada layanan tersebut, ada warga yang keluarganya harus menunggu selama berjam-jam hanya untuk dievakuasi dari rumah.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by HUMAS BPBD KOTA BEKASI 2021 (bpbd.kotabekasi)

Ia pun bergumam, “Mati dalam kondisi pandemi memang memilukan”. Mereka bertemu ajal dalam napas yang sesak, melawan Covid-19. Ketika hanya jasadnya yang tersisa, mereka harus dijauhi pula. Tak ada yang mau mendekat. “Mereka meninggal dan tak ada berani mendekat. Jangankan mendekat, bahkan mereka ada yang dikucilkan tetangga, minta buru-buru agar dimakamkan,” cerita Rinto.

Kematian akibat pandemi memang memiliki risiko tinggi sehingga harus dimakamkan segera. Dengan disertai protokol pemulasaraan sesuai standar WHO. Tanpa pengajian, perpisahan dan juga penguburan seperti kematian pada umumnya.

Keluarga mereka yang gugur dalam pagebluk, seakan tak diizinkan menyelesaikan duka secara tuntas. Semua harus berlangsung cepat dan sesegera mungkin dimakamkan. 

Di tengah kondisi ini, ia menyayangkan kepada warga yang meminta buru-buru agar jenazah dipindahkan. “Minim empati,” katanya. “Ada yang nangis, mereka sedih karena ditinggal keluarga tapi mereka juga lebih sedih karena bingung harus bagaimana,” tambahnya.

Dinukil dari data Satgas Covid-19 Kota Bekasi, eskalasi peningkatan angka kematian isolasi mandiri di wilayah tersebut naik pada pekan pertama dan kedua Juli 2021. Setidaknya, hal itu tergambar pada grafik jumlah warga yang terlayani oleh ambulans jenazah isoman.

Pada 6 Juli 2021, jumlah jenazah yang meninggal saat isoman mencapai 27 orang. Meski sempat turun secara fluktuatif, tapi angka itu naik lagi pada 12 Juli 2021. Angka ini tentunya belum kumulatif secara keseluruhan yang mana dalam satu hari sempat ada 127 pemakaman dengan protokol Covid-19 di TPU Padurenan, Kota Bekasi. “Itu adalah hari-hari yang luar biasa buat kami, karena ambulans tidak berhenti-henti jalan terus,” tuturnya.

 
Itu adalah hari-hari yang luar biasa buat kami, karena ambulans tidak berhenti-henti jalan terus.
 
 

Ambulans yang beroperasi ada tujuh unit dengan jumlah relawan sebanyak 45 orang. Adapun prosedur penjemputan jenazah isoman adalah menghubungi call center lebih dulu.  Keluarga dari jenazah harus memenuhi beberapa persyaratan. Antara lain, KTP Kota Bekasi, Kartu Keluarga, surat hasil swab antigen/PCR, surat kematian dari puskesmas, dan juga persetujuan dari keluarga bersedia dimakamkan dengan protokol Covid-19.

Namun, Rinto mengaku dinamis saja pada hal-hal yang tak dapat dikendalikan di lapangan. “Misal ada yang meninggalnya tengah malam, ga mungkin kan kita harus tunggu dia bikin surat kematian di puskesmas dulu. Jadi, ya kita tetap makamkan sesegera mungkin. Suratnya bisa menyusul,” ujar dia.

Dengan tingginya beban kerja dan juga kondisi yang ada di lapangan ini, membuat Rinto berharap banyak kepada masyarakat. Setidaknya, masyarakat harus paham untuk tidak menciptakan risiko-risiko yang membahayakan keselamatan diri di tengah pandemi ini.

Menjadir petugas penjemput jenazah pasien isoman memiliki suka duka tersendiri. Mulai dari kekhawatiran terpapar, hingga makin mawas diri saat pulang ke rumah dan kembali ke keluarga.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by HUMAS BPBD KOTA BEKASI 2021 (bpbd.kotabekasi)

Namun, Allah menjanjikan pahala dan kemuliaan tak terhingga bagi mereka yang melakukannya. “Mengantarkan jenazah saja untuk Muslim kepada Muslim begitu tinggi keutamaannya, apalagi yang memakamkan sesuai dengan syariat Islam yang juga mempertaruhkan dirinya di situasi yang sangat berat sekarang ini,” kata KH Abdullah Gymastiar atau kerap disapa Aa Gym.

Aa Gym mengatakan, insya Allah mereka pejuang di garis depan yang terhormat. Mereka dimuliakan Allah SWT sepanjang ikhlas menjalani tugas.

Sementara itu, Pimpinan Pondok Pesantren Attaqwa Kabupaten Bekasi, KH Husnul Amal Mas’ud, mengatakan, pandemi mungkin saja hanyalah salah satu asbab kematian karena ajal telah ditentukan yang Mahakuasa. “Banyak orang siap berjuang untuk hidup, tapi lupa mempersiapkan mati. Padahal Allah telah berpesan untuk memperbanyak bekal mempersiapkan kematian,” kata KH Husnul.

Kiai Husnul mengutip QS al-Baqarah ayat 197, “Berbekallah, maka sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah Taqwa.”

Dia menambahkan, dengan kematian sahabat, kerabat, tetangga dan lain sebagainya, yang saat ini terdengar setiap hari, bahkan hampir setiap waktu, juga mengajarkan kita untuk makin mendekatkan diri kepada Allah.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat