Dalam menghadapi wabah Covid-19, berprasangka baik kepada Allah harus selalu diutamakan. Sudah ratusan ulama atau kiai yang wafat diduga kuat akibat terpapar Covid-19. | DOK REP Putra M Akbar

Khazanah

Pedihnya Ditinggal Ulama

Sudah ratusan ulama atau kiai yang wafat diduga kuat akibat terpapar Covid-19.

OLEH IMAS DAMAYANTI, MUHYIDDIN

Rentetan berita wafatnya para ulama tak kunjung usai. Pada masa pandemi ini, mereka seperti berlomba menghadap Ilahi.

Sederet nama besar seperti KH Abdul Rasyid Abdullah Syafii, Prof Baedhowi, KH Mohammad Siddik, hingga KH M Lutfi Fathullah meninggal dalam waktu berdekatan. 

Nama terakhir dikenal sebagai ulama hadis. Belakangan, Kiai Lutfi aktif di dunia filantropi sebagai ketua Baznas Bazis DKI Jakarta. Kiai Lutfi meninggal dunia pada Ahad (11/7) karena terpapar Covid-19. Ustaz Yusuf Mansur mengungkapkan, almarhum merupakan sosok yang berkontribusi besar terhadap proses digitalisasi hadis pada era digital ini.

“Mudah-mudahan KH Lutfi ketemu dengan Allah dan Rasulullah seperti yang beliau idam-idamkan selama ini kalau ngajar hadis,” kata Ustaz Yusuf.

Dia juga mengutip perkataan Kiai Lutfi yang pernah mengatakan bahwa dengan mengajar setidaknya satu hadis, hal itu maka akan membuat Rasulullah SAW senang. Tak hanya itu, Ustaz Yusuf juga mengingatkan bahwa berpulangnya ulama dari sisi umat Islam adalah pengingat pentingnya menjalankan kewajiban manusia kepada Allah SWT dan sekitarnya. 

Nama lainnya yakni Ketua Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah, Prof Baedhowi yang meninggal pada Ahad (4/7) akibat terpapar Covid-19 dan sakit jantung. Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir turut menyampaikan ucapan duka atas meninggalnya prof Baedhowi.  

Haedar mengungkapkan, Prof Baedhowi dikenal sebagai pemikir sekaligus praktisi yang memahami dunia pendidikan secara mendalam dan luas, baik ketika masih di Kemendikbud maupun di Persyarikatan Muhammadiyah.

"Beliau betul-betul menekuni dan mencintai pendidikan secara total, sehingga hidupnya dihabiskan untuk berkhidmat memajukan pendidikan," ucap Haedar. 

Ketua Umum Rabhithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) PBNU KH Abdul Ghaffar Rozin atau yang akrab dipanggil Gus Rozin mengungkapkan, angka kematian kiai sejak pandemi hingga per 4 Juli sudah berada di 595 jiwa. “Dan per hari ini sudah bertambah lagi sangat banyak,” ucap Gus Rozin, beberapa waktu lalu.

Gus Rozin mengimbau kepada pesantren di seluruh Indonesia untuk memperketat protokol kesehatan. Karena, menurut dia, sudah ratusan ulama atau kiai yang wafat diduga kuat akibat Covid-19.

“Jika pendidikannya di dalam kompleks, laksanakan dengan prokes ketat, jangan pulangkan santri, batasi keluar masuk guru dan tamu,”ujar dia. 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (republikaonline)

Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Ustaz Syamsul Hidayat menjelaskan, sejatinya kematian  didatangkan Allah sebagai sebuah nasihat yang terbaik bagi umat manusia. Kematian juga merupakan ujian yang didatangkan agar menjadi pertanda dan juga pengingat.

“Kita diingatkan bahwa kita harus menjaga diri sendiri dan menjaga keselamatan orang lain. Tak lupa, pendidikan juga sangat penting untuk mengingat jasa-jasa ulama,” kata Ustaz Syamsul saat dihubungi Republika, Rabu (14/7).

Dia menambahkan, berpulangnya ulama jika ditelisik berdasarkan hadis Nabi adalah sebuah ujian dan pertanda dari Allah SWT. Sejatinya Allah mencabut ilmu—khususnya ilmu agama—yang menjadi pedoman umat manusia di muka bumi. Menurut dia, ilmu agama merupakan pelajaran dan pedoman untuk dijalankan. Karena itu,  kata dia, ulama harus dijaga agar fungsi penyelenggaraan pendidikan agama bisa berkembang dan meregenerasi kalangan sesudahnya.

Menurut dia, wafatnya ulama merupakan pertanda bahwa Allah mencabut ilmu-Nya dari muka bumi. Bukan berarti Allah mencabut ilmu dengan telanjang mata, tapi mencabut orang-orang yang berilmu terlebih dahulu. Ustaz Syamsul pun khawatir hanya tersisa orang-orang yang tidak berilmu yang berpotensi menyesatkan orang lain.

Untuk itu, dia menjelaskan, wafatnya para ulama perlu dimaknai sebagai ajang untuk merekatkan kembali niat dalam  pendidikan. Menurut dia, untuk menyiapkan pendidikan terbaik bagi generasi penerus merupakan ikhtiar dalam menghidupkan jasa-jasa ulama yang sudah berpulang agar ilmu dan cahaya Allah tetap menerangi bumi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat