Hikmah Republika Hari ini | Republika

Hikmah

Kurban dan Pengorbanan

Ibadah kurban memberi pesan agar siap berkorban untuk solidaritas kemanusiaan.

Oleh MUHAMMAD KOSIM

OLEH MUHAMMAD KOSIM

Kurban berasal dari bahasa Arab qurban yang artinya mendekati atau menghampiri. Ibadah kurban dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah juga kepada sesama manusia karena telah berbagi sehingga kurban mendidik kesalehan ritual dan sosial.

Disyariatkannya ibadah kurban kepada umat Nabi Muhammad SAW tidak terlepas dari kisah Nabi Ibrahim AS. Allah SWT menguji kecintaan Nabi Ibrahim; antara Allah dan Ismail. Jika Ibrahim lebih mencintai Allah, ia harus menyembelih putranya, Ismail.

Ibn Athaillah al-Sakandari dalam al-Tanwir fi Isqath al-Tadbir menyatakan, “Seorang pencinta akan tenggelam dalam cintanya dan menyerahkan segala pilihan kepada kekasihnya. Pilihan sang kekasih adalah pilihannya.” Nabi Ibrahim pun membuktikan cintanya kepada Allah dengan mematuhi-Nya tanpa ragu.

Allah tak menyia-nyiakan kecintaan Ibrahim dengan tidak membiarkan Ismail menjadi korban dari spiritualitas cinta Ibrahim yang demikian tinggi. Allah mengganti Ismail dengan seekor kibas untuk disembelih.

Ali Syari’ati dalam kitab Hajj menyebutkan bahwa Ismail adalah simbol kecintaan seseorang terhadap duniawi. Ketika kecintaan duniawi melebihi cinta kepada Allah, di saat itulah kita telah menjadi korban dan memakan korban lain.

Disebut ‘korban’ karena ia telah menjadi objek penderita. Orang yang telah dikuasai oleh duniawi akan menderita selamanya. Bisa saja, secara lahiriah ia senang, tetapi hatinya tertawan oleh gemerlapnya dunia yang menjanjikan kebahagiaan sesaat. Kelak, pasti mereka menjadi korban akibat ulah mereka sendiri (QS al-An’am [6]: 44).

Kecintaannya pada duniawi membuatnya serakah, menghalalkan segala cara, zalim, dan menindas orang lain. Orang lain pun ikut menjadi korban atas keserakahan mereka. Pantas saja Allah SWT murka kepada mereka (QS at-Taubah [9]: 24).

Ibadah kurban melatih diri agar tidak tertawan oleh cinta duniawi. Bagi yang mampu, berkurbanlah karena Allah. Sebab, bukanlah darah dan daging itu yang akan mengundang keridhaan Allah, tetapi hanya ketakwaaanlah yang dapat mencapainya (QS al-Hajj [22]: 37).

Ibadah kurban mendidik kita untuk bertakwa yang didasari oleh keikhlasan dan kecintaan kepada Allah semata. Kecintaan kepada Allah itu juga diwujudkan dalam bentuk kecintaan kepada sesama manusia.

Terutama, di masa pandemi Covid-19 ini, menjadi peluang bagi orang yang mampu agar maksimal berbagi dan membantu orang-orang yang membutuhkan. Ibadah kurban memberi pesan pada kita agar siap berkorban untuk solidaritas kemanusiaan sesuai dengan ajaran Allah.

Ibadah kurban juga mengedukasi kita memiliki semangat berkorban dalam menegakkan agama Allah. Jika Ibrahim sanggup mengorbankan putranya, kita pun dituntut untuk mengorbankan Ismail-Ismail yang kita miliki.

Ismail itu bisa berupa suami/istri, anak/keturunan, pangkat dan jabatan, harta benda, serta hal-hal duniawi lainnya yang kita cintai. Semuanya harus digunakan untuk mendekat kepada Allah SWT. Berkurban dan berkorbanlah, tapi jangan menjadi korban nafsu duniawi yang mengorbankan orang lain.

Wallahu a’lam.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat