Keluarga memanjatkan doa saat prosesi pemakaman jenazah pasien Covid-19 di TPU khusus Covid-19 Rorotan, Jakarta Utara, Selasa (13/7). Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada Senin 12 Juli 2021 hingga Selasa 13 Juli 2021 pukul 12.00 | Republika/Thoudy Badai

Khazanah

Hukum Kirim Stiker Doa untuk Orang Wafat

Doa harus diucapkan hingga terdengar.

OLEH ROSSI HANDAYANI 

Di tengah banyaknya berita duka yang disampaikan melalui media sosial, sebagian orang memilih cara praktis dalam menunjukkan rasa simpati atau belasungkawa. Yakni, mengirim stiker bertuliskan ‘’Innalillahi wainna ilahi rajiun’’, al-Fatihah, atau doa lainnya.

Dalam pandangan agama Islam, bagaimana hukum mengirim stiker semacam ini? Apakah doa dengan cara demikian akan sampai kepada orang yang wafat?

Ketua Bidang Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta, Dr KH Fuad Thohari MA menjelaskan, doa yang dikirim untuk orang yang sudah meninggal bisa sampai dan bermanfaat untuk mayit. Akan tetapi apabila doa-doa tersebut hanya berbentuk stiker atau teks bacaan tanpa diucapkan terlebih dahulu sebelum dibagikan, maka tidak dikatakan sebagai doa dan tidak ada manfaatnya  bagi mayit.

"Kalau langsung copas (copy paste) stiker tapi lisan tidak mengucapkan, ini tidak bermanfaat. Sebelum di-share dibaca dahulu dalam hati, diikuti dengan gerakan lisan," kata Kiai Fuad kepada Republika, Rabu (14/7).

Tak hanya saat ada berita duka, banjir stiker juga biasanya terjadi saat ada kabar membahagiakan seperti ulang tahun, promosi jabatan, dan sebagainya. Ada stiker bertuliskan "selamat", "mubarak", dan lainnya.

Sementara, bila ada berita teman atau anggota grup sakit, langsung bertebaran stiker doa atau ucapan yang berakar kata syafaa (semoga Allah menyembuhkan), yang seringkali penulisan dhomir (kata ganti)-nya salah. Misalnya, mendoakan kawan atau saudara laki-laki yang sakit dengan membagikan stiker bertuliskan, syafaakillah. Sementara kawan perempuan yang sakit, malah dikirim  doa atau stiker bertuliskan syafaakallah.

"Tampaknya karena buru-buru atau tidak mengerti, doa dalam stiker yang dikirim tidak dibedakan, apakah yang sakit itu laki-laki atau perempuan," kata Kiai Fuad.

Penggunaan stiker untuk dhomir mukhatabah, dhomir ghoib mufrad mudzakkar, atau dhomir ghobah mufrad muannats, mestinya menyesuaikan peruntukkannya sesuai kaidah gramatika Arab (ilmu Nahwu).

Kiai Fuad juga menyampaikan, tata cara zikir atau berdoa, baik doa untuk diri sendiri maupun mendoakan orang lain (masih hidup atau sudah wafat), ketentuannya banyak dijelaskan ulama. Para ulama menjelaskan bahwa zikir dan doa itu tidak cukup dangan hati. Akan tetapi disertai dengan menggerakkan lisannya hingga (kalau pendengarannya atau situasinya normal) dia mampu mendengarkan doa atau zikir yang dibaca tersebut.

"Ini pendapat mayoritas ulama. Tentu ada ulama yang  tidak mensyaratkan, misalnya pendapat penulis kitab Khaziinat al  Asraar, Jaliilah al Azkaar yakni Syekh Sayid Muhamad Haqqi al-Nazili," katanya.

Dalam kitab  al-Adzkar karangan Syaikhul Islam Imam al-Nawawi halaman 16 disebutkan, "Ketahuilah bahwa zikir yang disyariatkan dalam shalat dan ibadah lainnya, baik yang wajib ataupun sunah, tidak dihitung dan tidak dianggap kecuali diucapkan, sekiranya ia dapat mendengar yang diucapkannya sendiri apabila pendengarannya sehat dan dalam keadaan normal (tidak sedang bising dan sebagainya)."

Begitu pula kitab Al Mausu'ah al-Fiqhiyah (21/249) menyebutkan, "Zikir yang wajib atau sunah, di dalam shalat atau yang lain, tidak bisa mendapatkan pahala kecuali dilafazkan oleh orang yang berzikir tersebut dan (suaranya) terdengar, jika pendengarannya normal."

Kiai Fuad juga mengingatkan agar saat membaca doa, janganlah sedang di dalam toilet, tempat sampah, tapi di tempat normal. "Doa untuk mayit sampaikan dengan ungkapan doa yang baik, baca doa dengan lisan sebelum dikirim baru kemudian di-share untuk kasih support," katanya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat