Petugas memeriksa suhu tubuh seorang anak sebelum memasuki kawasan perbelanjaan di Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (24/6/2021). Sejumlah lembaga penelitian bidang kesehatan memperingatkan kerentanan anak terinfeksi COVID-19 yang saat ini berasio 1 : 9 kasus | ANTARAFOTO/BASRI MARZUKI

Internasional

WHO: Covid-19 Varian Delta Menyebar di 104 Negara

Sebanyak 3,46 miliar dosis vaksin telah diberikan secara global untuk mencegah penyebaran Covid-19, termasuk varian Delta.

JENEWA – Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan Covid-19 varian Delta yang lebih menular telah menyebar di 104 negara. Hal itu menjadi salah satu faktor melonjaknya kasus dan kematian akibat Covid-19.

“Varian Delta menyebar di seluruh dunia dengan kecepatan tinggi, mendorong lonjakan baru dalam kasus Covid-19 dan kematian,” kata Ghebreyesus dalam sebuah pernyataan yang diunggah di laman resmi WHO pada Senin (12/7).

Dia mengungkapkan, di tempat-tempat dengan cakupan vaksinasi tinggi, varian Delta tetap menyebar cepat. “Terutama menginfeksi orang yang tak terlindungi dan rentan serta terus memberikan tekanan pada sistem kesehatan,” ujarnya.

Ghebreyesus mengatakan di negara-negara berpenghasilan rendah, para tenaga kesehatan berjuang keras untuk merawat pasien-pasien Covid-19 di tengah kurangnya pasokan oksigen serta alat pelindung diri. Menurutnya, vaksin memang bukan jalan keluar tunggal dari pandemi. Namun kehadirannya sangat dibutuhkan. “Ini jelas lebih buruk di tempat-tempat yang memiliki sangat sedikit vaksin, tapi pandemi belum berakhir, di mana pun,” ucapnya.

Dia pun menyoroti masalah kesenjangan global dalam pasokan vaksin. Ghebreyesus berpendapat, saat ini distribusi vaksin masih belum adil dan merata. “Beberapa negara dan wilayah sebenarnya memesan jutaan dosis booster, sebelum negara lain memiliki persediaan untuk memvaksinasi petugas kesehatan mereka dan yang paling rentan,” katanya.

Sejauh ini WHO telah mencatatkan 187,23 juta kasus Covid-19. Pandemi telah membunuh lebih dari 4 juta orang di seluruh dunia. Sebanyak 3,46 miliar dosis vaksin telah diberikan secara global. 

Vaksin campuran

Strategi vaksinasi Thailand terhadap virus corona akan menggunakan campuran vaksin vektor virus AstraZeneca dan vaksin Sinovac, kata Menteri Kesehatan Anutin Charnvirakul, Senin.

Rencana tersebut, apabila terealisasi, akan menjadi kombinasi vaksin China dan vaksin negara Barat pertama yang diumumkan secara terang-terangan.

Langkah itu bertujuan untuk meningkatkan perlindungan terhadap varian yang lebih menular, katanya kepada awak media. "Ini untuk memperkuat perlindungan terhadap varian Delta dan membentuk tingkat imunitas yang tinggi melawan penyakit," kata Menteri Anutin.

Thailand dan negara-negara tetangganya, seperti Indonesia, melaporkan bahwa sejumlah petugas medis dan garda terdepan yang sudah disuntik vaksin virus nonaktif Sinovacterpapar virus corona.Mayoritas petugas medis dan garda terdepan Thailand diberikan suntikan Sinovac setelah Februari, sementara vaksin vektor virus dari AstraZeneca AZN.L tiba pada Juni.

Gejala varian delta pada anak

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wilayah Kalimantan Barat dr Rifka, MM memberikan peringatan kepada masyarakat untuk mewaspadai dan dapat mengenali gejala Covid-19 varian Delta yang diketahui sangat mudah menginfeksi anak-anak. "Saat ini, Covid-19 varian Delta menjadi kekhawatiran besarkarena dengan mudah bisa menginfeksi anak-anak," katanyadi Ponianak, Senin.

Covid-19 varian Delta diyakini memiliki kemampuan untuk menginfeksi anak dengan lebih kuat, karena ini berkaitan dengan mekanisme perlindungan kekebalan silang yang disebabkan coronavirus. Yang awalnya kategori anak lebih terlindung justru kini menjadi kurang terlindungi terhadap varian baru (increased susceptibility in children).

"Untuk itu, perlu pencegahan yang maksimal, termasuk menggunakan masker yang tepat dan benar, dan yang terpenting tidak membiarkan anak-anak keluar rumah jika tidak darurat," kata Rifka.

Ia menambahkan para orangtua harus belajar untuk mengenali gejala Covid-19 pada anak, seperti demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, sakit kepala, mual/muntah, diare, lemas dan sesak nafas.

Kemudian mewaspadai gejala lainnya, seperti anak jadi banyak tidur, napas cepat, ada cekungan dada, hidung kembang kempis, saturasi oksigen kurang dari 95 persen, mata merah, ruam, leher bengkak, demam lebih dari tujuh hari, kejang, tidak bisa makan dan minum, mata cekung, dan terjadi penurunan kesadaran.

Kemudian alat yang perlu disediakan di rumah ketika isolasi mandiri seperti termometer (pengukur suhu) dan oxymeter (alat pengukur saturasi dan nadi). Lalu obat-obatan antara lain, obat demam, multivitamin, zinc, dan vitamin D. "Tentu semua ini diberikan setelah dilakukan pemeriksaan dokter. Jangan sembarangan mengkonsumsi obat apalagi anak-anak karena harus ada dosis khusus sesuai berat badan," kata Rifka.

Selama melakukan isolasi mandiri anak, sebaiknya tetap menerapkan protokol kesehatan. Antara lain menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan, kemudian menerapkan etika batuk dan bersin. Orang tua juga mesti rutin memeriksa suhu tubuh anak saat pagi dan sore hari. Lalu memeriksa saturasi oksigen dan nadi dan pantau laju napas. "Berikan anak makanan bergizi, jika bayi lanjutkan pemberian ASI. Lakukan desinfeksi ruangan," katanya.

Usai isolasi gejala yang muncul itu akan hilang selama kurun waktu 14 hari."Dianjurkan tes usap ulang 10-14 hari setelah H1 gejala. Bila tidak bisa 'swab' lakukan penambahan hari isolasi 10+3 hari sampai bebas gejala," katanya.

Pada penderita anak dengan gejala kronik tentu masa isolasi lebih panjang disesuaikan dengan gejala karena masa menular pun lebih panjang, sehingga dokter yang menentukan kapan selesai isolasi. Ia menyatakan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat bahwa jumlah anak yang terpapar Covid-19 terus bertambah.

Bahkan, data kematian anak akibat Covid-19 masih menjadi tertinggi di dunia.Dia juga menyarankan agar anak-anak benar-benar tetap di rumah. Aktivitas yang dilakukan seperti berjemur yang kemudian didukung dengan mengkonsumsi makanan bergizi, dan air putih. "Intinya, jaga aman, iman, dan imun," demikian Rifka.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat