Pejalan kaki menyeberangi jalan di Shinjuku, Tokyo, Jepang, Kamis (3/6). Olimpiade Tokyo 2020 akan tetap digelar meskipun situasi pandemi Covid-19 masih belum berakhir. REUTERS/Androniki Christodoulou SEARCH | REUTERS/Androniki Christodoulou

Olahraga

Olimpiade Tokyo tanpa Penonton

Para atlet Olimpiade Tokyo sudah terbiasa tampil tanpa keramaian penonton.

TOKYO — Sejumlah badan olahraga menyatakan kekecewaan atas keputusan penyelenggara Olimpiade 2020 yang melarang kehadiran penonton selama penyelenggaraan pesta olahraga dunia itu pada 23 Juli-8 Agustus 2021 di Kota Tokyo, Jepang. Namun, badan-badan olahraga itu memahami situasi yang dihadapi Jepang dalam memerangi penyebaran Covid-19.

Jepang mengumumkan status darurat Covid-19 pada Kamis (8/7). Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mengatakan, keputusan itu penting untuk mencegah Tokyo menjadi pusat penyebaran virus korona saat penularan varian delta menular sangat cepat. Masyarakat diminta tidak berkumpul di jalan untuk menyaksikan perlombaan seperti triathlon, meski sebagian kecil penonton masih diperbolehkan melihat pertandingan di luar kawasan metropolitan Tokyo.

Kirab obor Olimpiade Tokyo dimulai dengan acara berskala kecil, sehari setelah penyelenggara memutuskan untuk menggelar pertandingan tanpa penonton di hampir semua venue karena lonjakan kasus Covid-19. Kyodo melaporkan pada Jumat (9/7), kirab obor dilakukan dua pekan sebelum pembukaan Olimpiade.

Gubernur Tokyo Yuriko Koike membuka acara kirab obor menandai dimulainya estafet selama 15 hari. Kirab obor sebagian besar tidak akan dilakukan di jalan umum saat ibu kota Jepang itu berjuang melawan lonjakan kasus Covid-19.

Badan Atletik Dunia (World Athletics) mengatakan, para atlet sudah terbiasa berkompetisi di stadion yang kosong, tapi sebenarnya atlet akan senang melihat keriuhan penggemar di Tokyo.

"Ini mengecewakan bagi siapa pun. Melihat atlet-atlet terbaik dunia saling bersaing adalah peristiwa yang jarang terjadi," demikian pernyataan World Athletics dilansir Reuters, Jumat (9/7). "Kami tentu harus memahami dan terikat dengan keputusan yang dibuat pemerintah mana pun karena virus ini berdampak berbeda pada negara dan kawasan, dan mereka memiliki informasi dan pengetahuan sendiri untuk menyikapinya."

Federasi Hoki Internasional (FIH) mengaku sudah berharap pertandingan di dua arena bakal disaksikan langsung oleh 5.000 dan 2.500 penonton. "Meskipun kami menyesalkan, situasi kesehatan saat ini tak memungkinkan laga digelar dengan kehadiran penonton. Kami memahami dan mendukung sepenuhnya keputusan yang telah diambil."

Presiden Federasi Renang Internasional (FINA) Husain Al-Musallam mengatakan, organisasinya menargetkan minimal 50 persen kapasitas duduk di arena renang terisi oleh penonton. "Namun, keputusan itu tentu ada di tangan penyelenggara Tokyo 2020 dan otoritas Jepang," kata Al-Musallam.

Asosiasi Atletik Jerman mengatakan, keputusan penyelenggara Olimpiade 2020 beralasan dan pantas jika melihat kondisi pandemi. "Olimpiade jangan mempercepat penularan secara nasional, apalagi jadi tempat penularan global."

Kebijakan melarang penonton menjadi langkah drastis Pemerintah Jepang karena pekan lalu para pejabatnya masih bersikeras Olimpiade 2020 aman digelar jika dihadiri penonton. Meski tidak mengalami ledakan Covid-19 seperti negara-negara lain, Jepang sudah mencatat 810 ribu kasus dan 14.900 kematian akibat penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus korona jenis baru tersebut.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat