Vaksinator menyiapkan vaksin Covid-19 saat Program Vaksinasi Covid-19 Mahasiswa di Kampus Telkom University, Kabupaten Bandung, Senin (21/6/2021). | REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA

Opini

Bukan Kampus Follower

Kita bukanlah follower perubahan global, melainkan bagian yang ikut mengubah situasi global.

YONTIVER, Kepala PKSPL IPB dan Dosen MSP FPIK IPB

Meminjam istilah Alex Ross, industri masa depan adalah yang menguasai data. Namun konteksnya sedikit berbeda, di sini penulis ingin menyampaikan opini tentang masa depan kampus dan kampus masa depan yang kemungkinan tanpa mahasiswa. 

Tentu bukan kondisi ini yang ingin didorong dalam kampus merdeka. Gagasan kampus merdeka tentu bukan bermaksud memberikan kebebasan kampus dari kepenatan melayani sisi akademik mahasiswa melainkan menjadi ruang lebih inklusif dalam menangguk iptek.

Euforia kampus merdeka bukan mendisrupsi peran kampus sebagai pusat interaksi insan ilmiah dalam mencari pemecahan masalah, pendalaman nilai kehidupan, dan pengembangan inspirasi berbasis penghayatan akal budi. 

Belum sampai pada pencapaian sesungguhnya, kini kampus dihadapkan pada disrupsi melalui revolusi industri, RI 4.0 sehingga RI 4.0 terlihat sebagai insturmen penguat peran kampus. Satu hal yang harus kita pahami, RI 4.0 bukanlah tujuan melainkan media yang perlu dikelola.

 
Saat ini, yang tak siap dalam instrumen 4.0  akan menjadi kampus usang tanpa mahasiswa. 
 
 

Saat ini, yang tak siap dalam instrumen 4.0  akan menjadi kampus usang tanpa mahasiswa. Namun, peran instrumen TI masih terlihat powerfull menguasai data dan informasi kampus. 

Boleh kita bilang, hari ini semua kampus dengan data dan informasi yang dimilikinya, menyerah tanpa syarat pada Google dan Youtube. Mulai dari kehadiran mahasiswa, materi kuliah, ujian, layanan akademik, penggalian inovasi sains, sampai hasil publikasi dan peringkat kampus.

Kalau sudah seperti ini, apa yang menjadi milik bangsa? Di mana kedaulatan iptek kita, di mana keunggulan kita dalam mengelola informasi dalam kontek kampus, masihkan kampus berdaulat? Terus apa lagi yang diperjuangkan kampus untuk tetap eksis saat ini?

Kampus masa depan

Lalu, seperti apa model kampus masa depan? Era Covid-19  adalah fase disrupsi kedua setelah RI 4.0. Kampus mulai dikelola mesin bahkan banyak hal dilakukan robot. Kebahagiaan wisudawan, mulai digantikan robot saat wisuda karena disrupsi Covid-19.   

Kehadiran mesin industri pendidikan mendistorsi peran manusia, mempersempit lapangan kerja, dan memunculkan kesenjangan baru karena hanya orang tertentu menguasai teknologi dan informasi. Akibatnya, ekonomi terpolarisasi pada segelintir pemilik serta pengelola teknologi dan data. Ini akan mengubah polarisasi ekonomi dan politik.

 
Kampus mulai dikelola mesin bahkan banyak hal dilakukan robot. Kebahagiaan wisudawan, mulai digantikan robot saat wisuda karena disrupsi Covid-19. 
 
 

Dalam konteks Indonesia, apa yang perlu dikelola kampus untuk mengendalikan industri 4.0?  Ada empat poin yang penting diperhatikan, yakni keberadaan perempuan (gender), keberadaan pemuda, keberadaan tanah dan air, serta budaya dan nilai.

Kampus masa depan adalah yang memberikan perhatian lebih besar pada perempuan dan anak-anak.  Kedua insan inilah pencetak generasi sehat dan berkualitas.  Ketika informasi masuk, informasi tidak mampu membedakan mana konsumsi dewasa dan anak-anak.

Akibatnya, banyak generasi muda masuk jurang kedewasaan tanpa batas (pre-mature) karena mengonsumsi informasi dewasa.  Kampus masa depan adalah yang mampu mengelola perempuan dengan baik untuk menghasilkan generasi dan SDM berkualitas.

Kedua, keberadaan pemuda adalah gambaran calon pemimpin masa depan. Kampus diperlukan untuk menyiapkam pemuda yang penuh gagasan. Pemuda yang hidup ikut arus (follower) akan tenggelam dalam derasnya aliran RI 4.0.

Ketiga, penguasaan tanah dan air menjadi vital. Kampus yang mengajarkan cara mengelola tanah, air beserta isi dan yang bergantung pada keduanya menjadi pilihan masa depan. Sebab, mereka akan mengajarkan untuk mencari hidup dan penghidupan dari dua lingkungan itu.

Lebih 270 juta rakyat Indonesia dari 7,7 miliar penduduk di seluruh dunia hidup dan perlu pangan dan air. Kampus yang menguasai iptek terkait  tata kelola tanah, tanaman di atasnya, tata kelola air menjadi pemenang dalam menguasai pangan dan air manusia masa depan.

 
Semoga, pemerintah sadar, bangsa ini pemilik aset di mana ada perempuan, anak-anak, pemuda, dan memiliki tanah dan air yang harus diformulasi menjadi kekuatan kampus masa depan. 
 
 

Bagian keempat, kampus yang mengajarkan budaya dan nilai. Budaya dan nilai ini ter-deliver dalam RI 4.0 tanpa penjiwaan.  Kita bisa saja menyaksikan video berisi empati terhadap seseorang, belum tentu nilai itu masuk dan melekat dalam manusianya.

Karena jiwa manusia tersebut akan larut dalam penghayatan tanpa penjiwaan ketika berhadapan dengan manusia lainnya.  Semangat, jiwa, dan nilai serta budaya adalah bagian pemersatu manusia pada masa mendatang. 

Kampus masa depan, hadir dengan keempat hal di atas dan memiliki data semuanya dalam giga data kampus.  Bukan kampus yang menjadi follower, penyewa ruang memori dari robot informasi sehingga membuat orang frustrasi karena gaya mekanistik yang dianggap maju.

Semoga, pemerintah sadar, bangsa ini pemilik aset di mana ada perempuan, anak-anak, pemuda, dan memiliki tanah dan air yang harus diformulasi menjadi kekuatan kampus masa depan. 

Kita bukanlah pengikut perubahan global, melainkan bagian yang ikut mengubah situasi global. Kita harus mampu menjadikan RI 4.0 sebagai instrumen memperkuat kampus dan bangsa hingga kuat dengan nilai yang dijiwai oleh setiap insannya dan bukan menjadi follower

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat