KH Muhammad Siddik bersama tim DDII bertemu tim redaksi Republika di Kantor Republika sebelum pandemi Covid-19 | Republika/ Yasin Habibi

Khazanah

Kiai Siddik di Mata Para Ulama

Kiai Siddik sosok ulama yang jejak kiprahnya terukir indah di tingkat nasional dan internasional.

 

Umat Islam di Indonesia baru saja kehilangan ulama yang jejak kiprahnya terukir indah di tingkat nasional maupun internasional. Para tokoh dan ulama di Tanah Air mengenangnya sebagai sosok yang bersahaja, tapi berani dan penuh semangat dalam berdakwah.

Dia adalah KH Mohammad Siddik, yang wafat di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta, Selasa (29/6) sore. Kiai Siddik berpulang pada usia 78 tahun dan dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kampung Gedong, Jakarta Timur, Selasa (29/6) malam. Kepergiannya meninggalkan jejak harum dalam ingatan umat dan para ulama di Tanah Air.

Kiai Siddik pernah menjabat sebagai ketua umum Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia (DDII) periode 2015-2020. Ketika memimpin DDII, ia salah satu ulama yang berani menyuarakan hak-hak minoritas Muslim yang tertindas di negara lain. Bahkan, ia dengan gamblang menentang para pelaku penindasan tersebut.

Ketua Umum DDII periode 2020-2025 KH Adian Husaini mengenang Kiai Siddik sebagai ulama yang semangat dan keberaniannya seperti singa yang terus mengaum. Karena ia tidak berhenti dalam menyuarakan kebenaran meski telah berusia senja.

"Bahkan, saya sering menyebut Bapak Siddik ini seperti orang yang sedang puber perjuangan. Karena luar biasa (perjuangan beliau), kami yang lebih muda kalah semangat dan kalah aktif dengan beliau," kata Kiai Adian kepada Republika, Selasa (29/6) malam.

Kiai Adian menceritakan, Kiai Siddik pernah operasi jantung di Malaysia dan pernah beberapa kali masuk rumah sakit. Namun, beliau tetap penuh semangat dalam berdakwah meski usianya sudah 78 tahun. Hal itulah yang membuatnya kagum.

Di mata Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Amirsyah Tambunan, Kiai Siddik adalah seorang tokoh yang mempunyai reputasi nasional dan internasional. Pada era 1970-an, beliau bekerja di United Nations Children's Fund (Unicef), New York, AS. Kemudian, sekitar 1976 dia ditugaskan menjadi wakil kepala Unicef Kathmandu, Nepal.

Setelah berkiprah di Unicef, Kiai Siddik pindah ke the Islamic Development Bank (IDB) Jeddah, Arab Saudi. Jabatan terakhirnya di IDB adalah direktur eksekutif. Ia juga pernah menjadi regional director of IDB for Asia and Pacific di Kuala Lumpur, Malaysia.

"Beberapa kali saya diajak berbicara soal keumatan dan kebangsaan (oleh Kiai Siddik). Dengan bersahaja beliau terus berkiprah memberikan solusi atas problem bangsa saat ini," kata Buya Amirsyah mengenang Kiai Siddik.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyebut, Kiai Siddik memiliki pergaulan yang luas dan merupakan sosok yang rendah hati. Ia juga sosok yang gigih dan berpendirian kuat dalam menunaikan amanat dan berdakwah Islam.

"Beliau sering ke Menteng Raya 62, menemui PP Muhammadiyah untuk bersilaturahim memperbincangkan masalah keumatan dan kebangsaan, tanpa terjadwal secara resmi. Beliau pernah menyampaikan pesan, 'Dengan dakwah kita selamatkan dan kita bangun Indonesia'," ujar Haedar.

Sementara, Wakil Ketua Umum PP Persatuan Islam (Persis) Ustaz Jeje Zaenudin mengenang, Kiai Siddik punya ketegasan dan istiqamah dalam pendirian.

Ustadz Jeje mengatakan sering bersama almarhum di berbagai forum selama Dewan Da'wah ada di bawah kepemimpinannya. Ia menyimak berbagai pandangan almarhum yang menurutnya menunjukkan keluasan pergaulan dan dedikasinya kepada umat.

"Dedikasinya kuat dalam pengkhidmatan kepada umat terutama melalui program-program dakwah yang dicanangkan beliau di Dewan Da’wah.”

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat