Peneliti Utama Dr Nur Mahmudi Ismai | Istimewa/Nur Mahmudi Isma

Opini

Revolusi Industri Perikanan Indonesia

Pemerintah dan pemda bersama nelayan dan pelaku usaha melakukan revolusi industri perikanan

 

NUR MAHMUDI ISMA'IL, Peneliti Utama Teknologi Pasca Panen Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Pemerintah menetapkan target konsumsi perikanan per kapita tahun 2021 sebesar 58,08 kg dengan total ketersediaan ikan layak konsumsi 13 juta ton. Target tersebut akan dipenuhi melalui rencana total produksi perikanan sebesar 16,34 juta ton dari ikan tangkap 8,42 juta ton dan budidaya 7,92 juta ton.

Penangkapan 8,42 juta ton akan dilakukan dengan persiapan 1.151.045 buah perahu/kapal penangkap ikan (Statistik KKP 2019) untuk beroperasi. Hanya 360.385 buah kapal yang dipastikan menggunakan sistem pembeku dan pendingin yang terkontrol. Sisanya 790.660 buah perahu dilengkapi alat pendingin yang tidak terkontrol atau tidak ada alat pendingin sama sekali.

Dari 790.660 perahu itu, sebanyak 504.483 perahu dilengkapi dengan motor tempel. Sementara 286.177 perahu tidak dilengkapi motor apa pun. Banyak perahu tidak mendapat es balok atau flake ice yang cukup dan terjangkau harganya. Bahkan, tak tersedia es sama sekali karena tidak tersedia listrik yang memadai untuk mengoperasikan mesin es balok dan flake ice.

Akibatnya, diperkirakan akan terjadi food loss and waste ikan tangkap 2,44 juta ton. Indonesia perlu melakukan inovasi mesin produksi es yang unggul, terjangkau harganya, dan dapat dioperasikan tanpa tenaga listrik.

Tahun 2015 hingga 2017 telah dilakukan rekayasa ulang dan pembuatan prototipe unit Mesin Pembuat Bubur Es (MPBE) dengan teknologi scraped-surface slurry ice. Prototipe MPBE mampu mengolah air tambak insitu, air laut, dan air laut tiruan menjadi bubur es yang efektif digunakan untuk mendinginkan dan mengawetkan kesegaran ikan dan udang budidaya.

Meski prototipe MPBE sudah berhasil, tapi masih memiliki kelemahan mendasar, antara lain, awal terbentuknya kristal bubur es dan fraksi kristal bubur es yang terbentuk masih sama dengan contoh mesin komersial yang ada di pasar. Namun dengan ekosistem manufaktur Indonesia, secara komersial MPBE buatan Indonesia tidak akan kompetitif kualitas dan harganya.    

Dengan tekad melahirkan inovasi slurry ice machine/MPBE baru yang dapat memproduksi bubur es lebih cepat, lebih berkualitas, lebih mudah dimanufaktur, dan lebih murah harganya, penulis bersama tim PT Hikari Solusindo Sukses pada 2018 melepaskan desain prototipe MPBE yang didasarkan pada ekosistem manufaktur negara maju beriklim subtropis selanjutnya beradaptasi dengan ekosistem manufaktur Indonesia beriklim tropis.

Akhirnya rekayasa MPBE baru, dengan desain evaporator, kondensor, dan sistem kontrol elektronik yang berbeda dengan MPBE prototipe, MPBE baru berkapasitas produksi bubur es 1.500 kg/24 jam berhasil diproduksi serta dilakukan piloting untuk produksi massal. Hasilnya lebih unggul, slurry ice machine/MPBE baru dapat menghasilkan bubur es lebih cepat (hanya 2 menit), fraksi kristal bubur es yang terbentuk bisa di atas 90 persen, ukuran dan kapasitas produksi es bervariasi sesuai kebutuhan pengguna, dan dapat dioperasikan dengan motor penggerak berbahan bakar solar, bensin atau gas tanpa tenaga listrik.

Dengan memperhatikan kelebihan kualitas bubur es yang dihasilkan serta ekosistem daya dukung manufaktur Indonesia, slurry ice machine/MPBE baru yang selanjutnya diberi nama slurry ice machine Indonesia/MPBE Merah Putih diyakini dapat diproduksi secara komersial lebih kompetitif kualitas dan harganya.

 
MPBE Merah Putih diyakini dapat diproduksi secara komersial lebih kompetitif kualitas dan harganya.
 
 

 

PT Hikari Solusindo Sukses berhasil menguasai dan memproduksi inovasi slurry ice machine Indonesia dan siap mendukung pemerintah dan pemerintah daerah bersama nelayan dan pelaku usaha melakukan revolusi industri perikanan di seluruh Indonesia dengan memproduksi bubur es pada jumlah yang cukup dan harga terjangkau meski di wilayah terpencil yang tidak ada tenaga listrik.

Sekarang ditawarkan dalam 8 varian dengan 4 kapasitas produksi bubur es/24 jam sebesar 300; 600; 1.500; dan 3.000 kg yang dapat dipakai menangkap atau memanen ikan hingga 300; 600; 1.500; dan 3.000 kg ikan/hari.

MPBE Merah Putih lebih unggul dibanding buatan Jepang dan Cina karena, pertama, waktu pembentukan kristal bubur es jauh lebih cepat (2 menit versus 20-30 menit); kedua, fraksi kristal bubur es lebih banyak (>90 persen versus 30-40 persen); dan ketiga, harga per unit MPBE Merah Putih lebih murah. 

Kuasai teknologi slurry ice

Awal Juni 2021 Menteri PPN/Kepala Bappenas meyampaikan hasil kajian bersama antara Pemerintah Indonesia dan Inggris tentang food loss and waste yang terjadi di Indonesia pada 2000-2019. Hasilnya cukup mencengangkan bahwa dalam 20 tahun terakhir, bangsa Indonesia telah membuang atau menelantarkan makanan sebanyak 115-184 kg/kapita/tahun (23-48 juta ton/tahun) setara Rp 213 triliun-Rp 551 triliun.

Berbagai kajian pada dunia perikanan menunjukkan bahwa food loss and waste ikan tangkap sekitar 29 persen dan ikan budidaya sekitar 20 persen. Dalam Renstra KKP RI tahun 2020-2024, pemerintah menargetkan produksi perikanan 2021 sebesar 16,34 juta ton dengan volume ikan tangkap 8,42 juta ton dan ikan budidaya 7,92 juta ton.

Berarti pada 2021 diperkirakan akan terjadi food loss and waste ikan tangkap 2,44 juta ton dan ikan budidaya 1,58 juta ton, total menjadi 4,02 juta ton.  Dengan harga ikan Rp 16,6 juta/ton (2017), berarti Indonesia pada 2021 potensial kehilangan ikan sebesar 4,02 juta ton atau setara Rp 66,73 triliun.

 
Teknologi es balok dan flake ice yang dikuasai tidak memungkinkan nelayan dan pelaku usaha menyediakan es dalam jumlah cukup dan harga terjangkau.
 
 

 

Hal ini terjadi karena teknologi es balok dan flake ice yang dikuasai tidak memungkinkan nelayan dan pelaku usaha menyediakan es dalam jumlah yang cukup dan harga terjangkau. Indonesia harus berjuang menguasai teknologi pendingin yang unggul dan layak dioperasikan di wilayah perikanan terpencil di Indonesia.

Teknologi slury ice/bubur es sebagai pendingin dan pengawet produk perikanan mulai dikaji secara intesif dan sistematis pada awal 1980-an di Kanada, Eropa, dan Asia. Kesimpulannya, teknologi slurry ice/bubur es bukan hanya teknologi pendingin yang tiada tandingan, tetapi juga menjadi media pengawet yang sempurna.

Teknologi slurry ice telah dimasukkan dalam panduan dan peraturan resmi pengawetan ikan. Alasan utamanya, teknologi ini memiliki kapasitas penyimpan kalor yang tinggi, proses pendinginan yang cepat dan merata ke seluruh permukaan ikan hingga menghasilkan ikan berkualitas prima dan bertahan lebih lama.

Selain itu, permukaan partikel bubur es berbentuk bulat/halus membuat permukaan/kulit ikan tidak mudah luka/rusak sehingga nilai ekonomi ikan makin tinggi. Hingga tahun 2010, teknologi ini telah dipakai oleh 700 industri perikanan di dunia, sebagian besar di Islandia, Jepang, dan Norwegia.

Indonesia sebagai negara tropis yang menghadapi risiko kerusakan ikan sangat tinggi, tentu sangat berkepentingan untuk menguasai dan menerapkan teknologi slurry ice dalam industri perikanan.

 
Indonesia sebagai negara tropis yang menghadapi risiko kerusakan ikan sangat tinggi, sangat berkepentingan menguasai dan menerapkan teknologi slurry ice dalam industri perikanan.
 
 

Hingga saat ini, di Indonesia belum ada nelayan atau pelaku usaha perikanan menggunakan teknologi slurry ice. Meskipun unggul, tapi harga mesin dianggap mahal, nelayan dan pelaku usaha belum familiar, serta mesin slurry ice yang tersedia secara komersial tidak compatible dengan laut tropis.

Indonesia harus mampu menguasai teknologi slurry ice, harus mampu melahirkan inovasi slurry ice machine/MPBE yang lebih berkualitas dan kompetitif harganya untuk menyelamatkan potensi kehilangan ikan 4,02 juta ton atau setara Rp 66,73 triliun ini. 

Pada 2015, penulis bersama tim melakukan rekayasa ulang terhadap teknologi slurry ice/bubur es metode scraped-surface sebagai sebuah sistem pendingin.  Tim mengkaji, mendesain, dan membuat kondensor, evaporator serta sistem elektroniknya untuk menghasilkan sebuah MPBE dan menguji kemampuannya memproses air bergaram menjadi bubur es.

Kesimpulannya, tim berhasil melakukan rekayasa ulang membuat MPBE dengan metode scraped-surface untuk membuat bubur es dari air bergaram.  Selanjutnya, bersama Kemenristekdikti membangun prototipe MPBE untuk membuat bubur es dan digunakan untuk mendinginkan serta menjaga kualitas kesegaran ikan.

Kesimpulannya, prototipe MPBE mampu mengolah air tambak insitu, air laut, dan air laut tiruan menjadi bubur es. Bubur es yang dihasilkan efektif untuk mendinginkan dan mengawetkan kesegaran udang budidaya tambak dan ikan.

Pemerintah, pelaku usaha dan nelayan patut melirik penggunaan slurry ice dalam industri perikanan di Indonesia.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat