Hikmah Republika Hari ini | Republika

Hikmah

Kebaikan di Atas Kebaikan

Kebaikan tetaplah kebaikan di mana pun dan kapan pun.

Oleh HASAN BASRI TANJUNG

 

OLEH HASAN BASRI TANJUNG

 

Sejatinya, kebaikan tetaplah kebaikan di mana pun dan kapan pun. Nilai-nilai kebaikan tersebut tidak pernah pudar oleh perubahan, sejak dahulu kala hingga akhir zaman. Sebab, segala kebaikan bersumber dari Yang Maha Baik yakni Allah SWT dan dicontohkan oleh manusia terbaik, Nabi Muhammad SAW (QS al-Ahzab [33]: 21).

Sifat dan bentuk kebaikan itu pun dirangkai dalam ayat-ayat suci Alquran yang disebut al-asma al-husna (nama-nama yang baik) bagi Allah SWT (QS al-A’raf[7]:180). Ketika nama-nama tersebut termanifestasi dalam sikap dan perbuatan, maka manusia akan berakhlak karimah sesuai misi utama kenabian (HR Ahmad).

Oleh karena itu, tujuan pendidikan dalam Islam adalah untuk melahirkan orang-orang baik (ash-shalih). Yakni, pribadi yang mengenal dan taat kepada Allah SWT, mencintai Rasulullah SAW, memuliakan ulama, serta memberi manfaat bagi alam semesta.

Sebab itu pula, ketika orang tua menyekolahkan anak harus dengan niat yang benar. Jangan sampai kelak mereka menjadi orang kaya tapi rakus, pintar tapi penipu dan berkuasa tapi sombong. Akan tetapi, menjadi orang kaya yang dermawan, pintar lagi jujur, dan berkuasa juga rendah hati.

Sesuatu yang baik akan bernilai kebaikan ketika berada pada orang baik (hasan). Akan tetapi, nilai kebaikan tersebut akan menjadi lebih baik lagi manakala berada di tangan orang-orang pilihan (ahsan). Prof KH Didin Hafidhuddin dalam buku, Fiqh Harta (2016), mengutip hadis riwayat Imam Ad-Dailami dari Umar bin Khattab, bahwa Nabi SAW, menyebutkan enam kebaikan yang utama, yakni:

Pertama, keadilan (al-‘adl) itu baik, akan tetapi lebih baik jika berada di tangan umara. Sebab, manakala keadilan berada di tangan penguasa, akan mendatangkan kemaslahatan yang luas bagi masyarakat (QS an-Nahl [16]: 90).

Kedua, kedermawanan (asy-syakha') itu baik, akan tetapi lebih baik manakala berada di tangan orang kaya. Sebab, jika orang kaya dermawan akan memberdayakan atau mengangkat derejat hidup orang-orang miskin (QS al-Baqarah [2]: 148).

Ketiga, kecermatan (al-wara’) itu baik, akan tetapi lebih baik bilamana ada pada ulama. Sebab, ketika ulama bisa menjaga diri dari syubhat (perkara antara halal dan haram), maka akan memuliakan dirinya dan menjadi teladan bagi umat (QS Fatir [35]: 28).

Keempat, kesabaran (ash-shabru) itu baik, akan tetapi lebih baik ketika ada pada orang miskin. Sebab, jika orang-orang miskin tidak tahan menanggung derita dan kesusahan, maka akan menimbulkan keresahan (QS al-Baqarah [2]: 153).

Kelima, tobat (at-taubah) itu baik, akan tetapi lebih baik jika ada pada pemuda. Sebab, taubat bagi pemuda atas segala dosa dan kesalahan akan berdampak positif bagi masa depan umat yang lebih baik (QS al-Maidah [5]: 39).

Keenam, rasa malu (al-haya') itu baik, akan tetapi lebih baik ketika ada pada perempuan. Sebab, jika rasa malu sudah sirna di pada kaum hawa, maka fitnah dan kemaksiatan akan merajalela di tengah masyarakat (HR Ahmad).  

Akhirnya, pendidikan dalam keluarga dan sekolah mestinya melahirkan generasi yang baik. Orang bijak berkata, “Menjadi orang penting itu baik, tetapi lebih penting menjadi orang baik”.

Allahu a’lam bish-shawab.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat