Mahasiswa memegang surat kabar yang menampilkan peringatan peristiwa Tian An Men di Victoria Park, Hong Kong, Jumat (4/6/2021). Pemerintah Cina melarang peringatan peristiwa pembunuhan pengunjuk rasa prodemokrasi di Beijing pada 1989 tersebut. | AP/Vincent Yu

Internasional

Rakyat Hong Kong Khawatirkan Kebebasan Pers

Keputusan penutupan diambil 'karena keadaan yang berlaku di Hong Kong saat ini'.

 

HONG KONG -- Surat kabar prodemokrasi Hong Kong Apple Daily akan mencetak satu juta eksemplar di edisi terakhirnya pada Kamis (24/6). Koran itu ditutup setelah digerebek polisi dan para pemimpin serta wartawannya ditangkap.

Sejumlah warga Hong Kong menanggapi berita akan ditutupnya Apple Daily. "Bila Apple Daily tidak dapat bertahan, maka tidak ada kebebasan pers. Bila organisasi yang kuat juga bisa kehilangan suara, saya pikir organisasi media yang lain juga takut," kata pekerja manajemen bangunan, Johnny Ku, Rabu (23/6).

Uni Eropa juga menanggapi berita berhentinya operasi Apple Daily. "Penutupan operasi Apple Daily di Hong Kong jelas menunjukkan Undang-Undang Keamanan Nasional yang diterapkan Beijing digunakan untuk melumpuhkan kebebasan pers dan berekspresi," kata juru bicara Uni Eropa.

"Penutupan surat kabar ini jelas merusak kebebasan media dan pluralisme, yang mana sangat penting bagi setiap masyarakat yang bebas dan terbuka, pengikisan kebebasan pers juga bertentangan dengan aspirasi Hong Kong sebagai pusat bisnis internasional," tambahnya.

photo
Warga membeli surat kabar Apple Daily di Hong Kong, pada 2020 lalu. - (EPA-EFE/JEROME FAVRE)

Apple Daily mengumumkan Kamis menjadi edisi terakhir mereka. Pengumuman ini disampaikan setelah pemilik, sejumlah pemimpin, seorang kolumnis, dan reporter koran itu ditahan pihak berwenang Hong Kong.

Media yang sudah berusia 26 tahun itu mencampurkan gosip-gosip selebriti dengan investigasi penyalahgunaan kekuasaan. Ditutupnya organisasi media yang besar memicu kekhawatiran mengenai kebebasan pers dan hak sipil di kota yang dikuasai Cina itu.

Agustus tahun lalu, kantor redaksi Apple Daily digerebek polisi. Pemiliknya Jimmy Lai yang juga vokal pada pemerintah Cina ditahan atas dugaan berkolusi dengan pasukan asing. Pekan lalu 500 petugas polisi kembali menggerebek kantor redaksi koran tersebut lalu menahan lima orang petingginya.

Foto-foto dan video yang memperlihatkan petugas polisi duduk di kursi wartawan dan memasukan bahan-bahan laporan jurnalistik ke dalam sebuah truk membuat seluruh media di Hong Kong khawatir.

"Terima kasih pada semua pembaca, pelanggan, klien iklan dan masyarakat Hong Kong selama 26 tahun yang penuh cinta dan dukungan, kami di sini ingin mengucapkan selamat tinggal, jaga diri kalian baik-baik," kata Apple Daily dalam salah artikel di situsnya, Rabu.

photo
Pendiri Apple Daily Jimmy Lai Chee-Ying (kiri), dan mantan anggota perlemen Leung Kwok-Hung, (kanan)), menjelang pengadilan di Pengadilan West Kowloon, Hong Kong, pada 15 October 2020. - (EPA-EFE/JEROME FAVRE)

Mereka mengatakan keputusan ini berdasarkan 'keamanan karyawan dan sumber daya manusia'. Dalam pernyataannya perusahaan induk surat kabar itu, Next Digital mengatakan keputusan menutup harian dengan 600 jurnalis itu diambil 'karena keadaan yang berlaku di Hong Kong saat ini'.

Cabang Apple Daily Taiwan sudah berhenti cetak bulan lalu tapi masih beroperasi di daring. Sebab mereka harus membiayai diri sendiri. Pekan lalu polisi membekukan aset perusahaan yang memiliki hubungan dengan Apple Daily dan menangkap lima orang eksekutifnya. Rabu ini polisi menangkap seorang kolumnis yang diduga berkolusi dengan negara atau pasukan asing.

Polisi mengatakan lusinan artikel Apple Daily mungkin melanggar undang-undang keamanan nasional yang Beijing berlakukan tahun lalu. Ini pertama kalinya pihak berwenang Hong Kong menyatakan berita di media melanggar undang-undang.

Organisasi pers, hak asasi manusia dan negara-negara Barat mengecam penggerebekan polisi ke kantor Apple Daily, pekan lalu. Selasa (22/6), Pemimpin Kota Hong Kong Carrie Lam membantah kritikan Amerika Serikat (AS) mengenai penggerebekan Apple Daily.

Dia mengatakan media tidak boleh 'menggulingkan' pemerintah. "Jangan mencoba meremehkan pelanggaran Undang-Undang Keamanan Nasional, jangan mencoba mempercantik aksi-aksi yang membahayakan keamanan nasional," kata Lam seperti dikutip Deutsche Welle.

photo
Sampul Apple Daily menampilkan penangkapan konglomerat media Jimmy Lai pada 11 August 2020. - (EPA-EFE/JEROME FAVRE)

Sanggahan Lam atas kritikan ini disampaikan dalam konferensi pers mingguannya. Menyoroti kritikan dari AS, dia mengatakan pada wartawan, tuduhan AS salah dan menggunakan standar ganda.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan AS sangat prihatin undang-undang keamanan digunakan secara 'selektif' dan 'bermotif politik'.

Sementara itu pemerintah Cina mengecam kritikan tersebut sebagai intervensi. Pemerintah Hong Kong dan Cina sudah berulang kali mengatakan kebebasan pers dihargai tapi tidak absolut.

Surat kabar pro-Beijing Wen Wen Poi dan Ta Kung Pong menerbitkan edisi khusus pada Rabu ini. Mereka menggambarkan Jimmy Lai sebagai 'binatang seperti anjing', seorang 'pengkhianat' dan tukang sol sepatu yang tunduk pada Amerika Serikat.

Apple Daily terus ditekan sejak Lai ditangkap tahun lalu dengan dakwaan melanggar undang-undang keamanan nasional. Beberapa bulan setelah legislasi itu diloloskan untuk menghentikan gelombang unjuk rasa pro-demokrasi di Hong Kong.

"Emosi saya seperti cuaca, hujan, saya sangat sedih, karena surat kabar itu sudah saya baca sejak muda," kata salah seorang warga Hong Kong yang bekerja di bidang pendidikan, Maria Tse.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat