Ilustrasi warga Barcelona menyaksikan pentas musik kenangan | (AP Photo/Emilio Morenatti)

Geni

Membangkitkan Kembali Tembang Legendaris

Album ini bertujuan untuk memperkuat ekosistem dan memperkaya khazanah musik Tanah Air.

OLEH SHELBI ASRIANTI

Sebagian lagu-lagu lawas dari era empat dekade silam masih kerap diputar. Namun, tidak semua generasi muda mengetahuinya. 

Yayasan Irama Nusantara bersama MLDSPOT berupaya melestarikan karya-karya legendaris yang berjaya pada masanya. Sebuah album mini bertajuk Lagu Baru dari Masa Lalu-Volume 1 hadir untuk penikmat musik. Karya ini berisi lima lagu legendaris era 1980-an yang diaransemen ulang dan dinyanyikan oleh delapan musisi Indonesia dari era sekarang.

Tembang pertama adalah "Walau dalam Mimpi" ciptaan David Mesakh yang dulu dipopulerkan oleh Ermy Kulit. Lagu tersebut dinyanyikan ulang oleh musisi perempuan beraliran pop eksploratif asal Bandung, Dhira Bongs, yang menyajikan lagu dalam gayanya sendiri.

Lagu "Senja dan Kahlua" milik grup musik Transs yang digawangi nama-nama terkenal, seperti Fariz RM dan Erwin Gutawa, kini dibawakan kembali oleh Kurosuke. Sementara, "Terbanglah Lepas" ciptaan almarhum Yockie Suryoprayogo dibawakan oleh putrinya, Aya Anjani, bersama Parlemen Pop.

Musisi Vira Talisa dan juara MLDJAZZPROJECT musim perdana, Adoria, berkolaborasi membawakan ulang lagu "Dunia yang Ternoda" dari Jimmie Manopo. Mondo Gascaro dan Andien mengemas duet Chrisye dan Vina Panduwinata dalam "Kisah Insani".

Butuh sebulan bagi Mondo mengaransemen ulang dan memproduksi "Kisah Insani" hingga menurutnya cukup baik sebagai karya daur ulang. "Kayak-nya jarang orang bisa menyanyikan lagu Chrisye yang worth seperti aslinya," ujarnya pada konferensi pers virtual, Rabu (16/6).

Penyanyi Andien Aisyah mengaku bersemangat karena sudah lama menantikan kolaborasi bersama Mondo. Setelah mengetahui lagu yang bakal dibawakan, Andien makin senang karena masih sering mendengarkan lagu-lagu lawas. 

Deretan karya kegemarannya adalah lagu-lagu almarhum Chrisye, Ismail Marzuki, tembang-tembang Lomba Cipta Lagu Remaja (LCLR), juga "Bayang-Bayang Jingga" yang dipopulerkan Kiki Maria. Dia juga suka menyanyikan lagu era dulu.

Meski begitu, sempat tebersit perasaan ragu yang membebani Andien saat hendak membawakan ulang "Kisah Insani". Pasalnya, Andien merasa vibe bernyanyinya sangat berbeda dengan sosok Vina Panduwinata yang membawakan lagu orisinalnya.

"Tapi, percaya 100 persen Mondo bisa mengaransemen dengan kece sehingga lagu ini jadi seperti milik Mondo dan gue," kata Andien yang puas dengan hasilnya. 

Cerita lain disampaikan Aya Anjani, putri dari almarhum musisi Yockie Suryoprayogo. Setelah sang papa tutup usia pada Februari 2018, Aya memang memiliki rencana untuk mengover salah satu lagu almarhum, tapi belum terlaksana.

Secara kebetulan, MLDSPOT dan Irama Nusantara menawarkan kolaborasi tersebut, meski dengan lagu berbeda dari yang dia rencanakan. Aya dan Randy MP dari Parlemen Pop pun didapuk membawakan ulang tembang "Terbanglah Lepas".

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Irama Nusantara (iramanusantara)

Kala membincangkan aransemen yang bakal mereka usung untuk versi anyar tersebut, kedua musisi sepakat untuk tetap mempertahankan nuansa kemegahan yang ada di lagu aslinya. Tidak banyak aspek yang mereka ubah.

Karena pandemi, Aya dan Randy berproses secara jarak jauh. Aya dari kediamannya sedangkan Randy dari studionya. "Enggak ada kendala karena awal ngomong sama Randy sudah satu visi," ujar Aya.

Bagi Randy, proyek itu sangat membanggakan karena Yockie adalah musisi idola yang memberikan banyak pengaruh terhadap musikalitasnya. "Sempat bingung mau diapain karena lagu aslinya sudah keren banget. Akhirnya memutuskan enggak banyak perubahan karena mau preserve musik pada era itu," kata dia.

Berbeda lagi dengan Dhira Bongs yang cukup banyak merombak lagu "Walau dalam Mimpi". Perubahan itu ada pada chord hingga tempo sehingga saat Dhira merampungkan sebulan produksi dan rekaman, lagu tidak terlalu mirip dengan aslinya.

Menurut Dhira, cukup sulit memodifikasi lagu yang sudah menempel kuat di ingatan pencinta musik sehingga dia banyak bereksperimen untuk memperlihatkan karakternya pada lagu. "Versi Tante Ermy Kulit riang gembira, versi gue jadi kayak beneran mimpi dan tidur dengan segala hypnagogic-nya," kata Dhira.

Perwakilan MLDSPOT, Goardan Saragih, menuturkan, album mini itu merupakan upaya melestarikan dan memopulerkan kembali lagu-lagu legendaris yang pernah berjaya di Indonesia. Ada apresiasi terhadap pencipta musik lawas, sekaligus memperkuat ekosistem dan memperkaya khazanah musik Tanah Air.

Album ini juga bertujuan menginspirasi pencinta musik di Indonesia. "Bisa menjadi pesan bagi generasi yang lebih muda bahwa Indonesia memiliki warisan musik yang sangat banyak dan dapat menjadi referensi untuk menciptakan karya berkualitas pada masa mendatang," ujar Goardan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by MLDSPOT (OFFICIAL) (mldspot)

Kolaborasi tidak terlepas dari rekam jejak Irama Nusantara sebagai lembaga nirlaba yang konsisten melakukan pengarsipan digital rilisan musik populer Indonesia sejak 2013. Data-data digital musik legendaris Indonesia diharapkan dapat terus diapresiasi dan diselebrasi.

Manajer Program Irama Nusantara, Gerry Apriryan, menjelaskan bahwa album mini bertema Indonesian City Pop. Tema tercetus dari temuan di berbagai kanal streaming musik digital bahwa sejak beberapa tahun terakhir pencinta musik di Indonesia sering memutar genre tersebut.

Tim pun memilih lima lagu andalan yang diklasifikasikan sebagai karya populer city pop dari akhir era 1970-an hingga paruh awal 1980-an. Selanjutnya, ada proses perizinan untuk mengover lagu karena karya tersebut diaransemen ulang dan dibawakan kembali oleh musisi berbeda.

"Delapan musisi ini dipilih karena karya mereka ada referensi ke sana (lagu era 1980-an), pasti paham estetikanya mau dibawa ke mana," kata Gerry. 

Tidak menutup kemungkinan, nantinya akan ada album volume kedua, ketiga, dan seterusnya. Proses mastering album dilakukan di Abbey Road Studios, London, Inggris, oleh Frank Arkwright. Visualisasi album dipercayakan kepada laboratorium fotografi analog (Lab) Rana dengan empat fotografer yang menerjemahkan tiap lagu menjadi karya fotografi analog. 

Karya-karya fotografi tersebut dipamerkan di A3000 Creative Compound, Kemang, Jakarta Selatan, pada 16-18 Juni 2021. Album mini Lagu Baru dari Masa Lalu - Volume 1 tersedia dalam format CD yang dijual seharga Rp 50 ribu serta sudah bisa diakses via kanal musik digital.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat