Internasional
Cina Tuding NATO Terapkan Standar Ganda
NATO telah bergerak menghadapi ambisi militer Cina untuk pertama kalinya.
BEIJING — Pemerintah Cina menuding Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menerapkan standar ganda. Hal itu terkait komunike Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) NATO yang menyoroti perkembangan militer Negeri Tirai Bambu.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina Zhao Lijian mengatakan, dalam KTT terbarunya, NATO mendesak negara-negara anggotanya untuk meningkatkan pengeluaran militer. Akan tetapi, di sisi lain, NATO melayangkan tudingan tak berdasar terhadap perkembangan pertahanan nasional dan modernisasi milliter Cina. "Ini standar ganda yang khas," kata Zhao dalam konferensi pers pada Selasa (15/6), dikutip laman People’s Daily.
Dia mengungkapkan, pengeluaran militer per kapita Cina kurang dari seperlima NATO. Angkanya pun lebih rendah dari rata-rata global. Zhao pun mengomentari isi komunike KTT NATO yang menyebut Cina menimbulkan tantangan sistemik bagi dunia.
Dia menegaskan, Beijing tak menjadi ancaman bagi siapa pun. Zhao menjelaskan, hanya ada satu sistem dan satu jenis tatanan di dunia. Sistem internasional berpusat pada PBB, sedangkan tatanan internasional bersandar pada hukum internasional.
"Membentuk klik, mempraktikkan politik blok, dan memaksa negara lain untuk memihak antara kubu berdasarkan ideologi bertentangan dengan tren historis perdamaian, pembangunan, dan kerja sama. Itu pasti akan menjadi tidak populer dan pasti akan gagal," kata Zhao.
Dia menyebut NATO, dalam banyak kesempatan, membawa perang dan pergolakan ke dunia. Dalam hal ini, Zhao mengutip contoh perang yang dilancarkan terhadap Irak, Suriah, dan negara-negara berdaulat lainnya berdasarkan bukti palsu.
"Kami tidak akan pernah melupakan tragedi sejarah pengeboman Kedutaan Besar Cina di Yugoslavia. Ini adalah utang darah NATO kepada rakyat Cina," ujar Zhao.
Dalam pertemuan puncak para pemimpin negara di Brussels, NATO telah bergerak untuk menghadapi ambisi militer Cina untuk pertama kalinya. Negara tersebut dikatakan menghadirkan "tantangan sistemik" untuk aliansi keamanan transatlantik.
Dilansir dari Aljazirah, Senin (14/6), pernyataan ini dirilis dalam pertemuan puncak para pemimpin NATO di Brussel. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden juga telah mendesak aliansi kuat yang beranggotakan 30 orang itu untuk melawan kekuatan militer, politik, dan ekonomi Cina yang sedang berkembang.
View this post on Instagram
Bahasa itu muncul sehari setelah negara-negara kaya yang tergabung dalam Kelompok Tujuh (G-7) mengeluarkan pernyataan tentang dugaan pelanggaran hak asasi manusia di Cina dan Taiwan. Sikap itu pun akan menentukan jalan bagi kebijakan aliansi saat ini.
"Ambisi dan perilaku tegas Cina menghadirkan tantangan sistemik terhadap tatanan internasional berbasis aturan dan area yang relevan dengan keamanan aliansi,” demikian disebutkan dalam 79 poin komunike NATO.
Organisasi ini menuduh Beijing memperluas persenjataan nuklirnya dengan cepat dan tidak jelas dalam menerapkan modernisasi militernya. Termasuk menyoroti kerja sama militer Cina dengan Rusia dalam latihan di kawasan Euro-Atlantik sebagai perhatian.
"Kami menyerukan Cina untuk menegakkan komitmen internasionalnya dan untuk bertindak secara bertanggung jawab dalam sistem internasional, termasuk di ruang angkasa, dunia maya, dan domain maritim, sesuai dengan perannya sebagai kekuatan utama," begitu disebutkan dalam komunike tersebut.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.