Petugas medis merawat pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di ruang rawat Pinere Rumah Sakit Umum Daerah-Cut Nyak Dhien (RSUD-CND) Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Senin (31/5/2021). | ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

Kabar Utama

Indonesia Siaga Hadapi Kenaikan Kasus Covid-19

Kenaikan jumlah kasus Covid-19 akan mencapai puncak pada akhir Juni.

JAKARTA – Dampak tingginya mobilitas masyarakat saat libur Lebaran terhadap penyebaran Covid-19 semakin terlihat. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, angka keterisian tempat tidur pasien Covid-19 saat ini telah mencapai 25 ribu tempat tidur dari sebelumnya sekitar 20 ribu tempat tidur terisi.

Kasus aktif Covid-19 pun kembali menembus angka 100 ribu. Kondisi tersebut telah disampaikan Menkes kepada Presiden Joko Widodo saat rapat terbatas mengenai perkembangan Covid-19, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (31/5). Menkes mengatakan, total kapasitas tempat tidur secara nasional sebanyak 72 ribu tempat tidur.

"Mengenai keterisian, kita sempat sampai di titik terendah sekitar 20 ribuan tempat tidur yang terisi. Sekarang sudah naik angkanya sekitar 25 ribu tempat tidur yang terisi atau naik sekitar 20-25 persen,” kata Budi. Kendati demikian, Budi memastikan, pemerintah masih memiliki kapasitas tempat tidur di rumah sakit yang cukup untuk menampung lonjakan pasien.

Budi mengingatkan, kenaikan kasus Covid-19 belum mencapai puncak. Berdasarkan pengalaman di setiap libur panjang tahun lalu, kenaikan jumlah kasus dampak dari libur Lebaran akan mencapai puncak sekitar 5-7 pekan atau pada akhir Juni. “Kemungkinan akan adanya kenaikan kasus diperkirakan akan sampai puncaknya di akhir bulan ini,” kata Budi.

 

Budi menambahkan, angka keterisian tempat tidur tidak merata di setiap daerah. Sejumlah daerah yang memiliki tingkat keterisian tempat tidur yang tinggi, yakni di Aceh, sebagian daerah di Sumatra Barat, Kepulauan Riau, Provinsi Riau, Jambi, sebagian besar Jawa Tengah, Kalimantan Barat, dan juga beberapa daerah di Sulawesi.

Mengingat mulai naiknya keterisian tempat tidur (BOR), kata Budi, Presiden Jokowi meminta agar daerah memastikan protokol kesehatan tetap dijalankan. “Sekarang trennya lagi naik, tapi kalau kita disiplin, insya Allah, harusnya semuanya bisa kita atasi dengan baik,” ujar dia.

Ia menambahkan, angka kasus aktif juga kembali menyentuh hingga lebih dari 100 ribu kasus. Kendati demikian, kenaikan kasus aktif ini masih jauh di bawah angka puncak kasus yang pernah terjadi pada awal tahun ini, yakni sekitar 170 ribu kasus. “Sehingga arahan Bapak Presiden adalah dipastikan seluruh daerah tetap menjalankan disiplin prokes, 3M dengan baik,” ujarnya.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil melaporkan, BOR di rumah sakit Jabar mengalami peningkatan cukup signifikan, yakni dari 30,6 persen pada pekan lalu menjadi 38,2 persen. "Ini adalah imbas dari libur dan mudik yang bocor. Sudah kita upayakan dan mudah-mudahan menjadi pelajaran bahwa apa yang dulu kita upayakan memang sebenarnya untuk menghindari hal-hal seperti ini," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil.

photo
Seorang keluarga pasien melihat dari jendela kaca keluarganya yang dirawat di ruang isolasi Covid-19 di Rumah Sakit Soesilo, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Selasa (1/6/2021).  - (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)

Emil mengaku telah meminta rumah sakit rujukan Covid-19 di Jabar yang sudah terisi hingga 70 persen untuk menambah kapasitas tempat tidur. "Rumah Sakit yang sudah di ambang batas, seperti RS Al Ihsan kemudian RS Santosa, RS Immanuel sudah ada yang 70 persen hingga 90 persen," katanya.

Selain itu, Emil mengingatkan, Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Garut harus terus menekan kasus aktif dan meningkatkan rata-rata kesembuhan pasien Covid-19. Sebab, kata dia, kasus aktif di ketiga daerah tersebut terbilang tinggi, sedangkan tingkat rata-rata kesembuhan masih rendah.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by DINKES JABAR || #74BARJUARA (dinkesjabar)

Di daerah lainnya, Penanggung Jawab Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Surabaya, I Dewa Gede Nalendra, mengungkapkan bahwa per 31 Mei 2021 pihaknya merawat 101 orang pasien terkonfirmasi positif Covid-19. Jumlah itu terdiri atas 59 pekerja migran yang baru kembali dari perantauan dan 42 pasien umum.

Nalendra menjelaskan, berdasarkan data relawan pendamping RSLI, pada pekan sebelum lebaran Idul Fitri 1442 H, jumlah hunian rata-rata pasien umum sejumlah 18 orang. Pada pekan pertama Lebaran bahkan sempat mengalami penurunan menjadi 13 orang. Kemudian, jumlah itu meningkat pada pekan kedua pasca-Lebaran menjadi 23 orang dan naik lagi menjadi 34 orang pada pekan ketiga.

"Dengan jumlah tersebut, berarti (pasien umum) di RSLI telah mengalami kenaikan 250 persen dibandingkan pekan pertama Lebaran," ujar Nalendra, Selasa (1/6). Nalendra mengingatkan, kenaikan jumlah pasien tersebut harus menjadi peringatan bagi semua pihak. Semua pihak diharapkan lebih waspada dan mempersiapkan diri untuk kondisi terburuk, khususnya dalam penanganan pasien Covid-19.

Nalendra juga mengingatkan pentingnya menjalankan protokol kesehatan secara ketat dan tidak menggantungkan diri sepenuhnya pada vaksinasi. Ia juga mengajak semua pihak untuk berupaya menjaga dan meningkatkan imunitas melalui makan makanan sehat, olahraga, serta menjalani kehidupan secara riang gembira.

“Intinya tetap menjalankan protokol kesehatan, utamanya 5M. Jalani hal tersebut hingga pandemi Covid-19 di Indonesia dinyatakan selesai,” ujar Nalendra.

Ketua Pelaksana Program Pendampingan Keluarga Pasien Covid-19 RSLI Radian Jadid menambahkan, kenaikan pasien umum pada pekan ketiga pasca-Lebaran mencapai 250 persen. Berdasarkan data relawan pendamping, sejumlah pasien yang masuk didominasi asisten rumah tangga (ART) yang kembali ke majikannya di Surabaya.

"Mereka dites swab PCR terlebih dahulu, kemudian ternyata terkonfirmasi positif Covid-19," ujarnya.

Jangan terlena 

Satgas Penanganan Covid-19 mencatat terjadi kenaikan kasus positif sebesar 56,6 persen pada dua pekan setelah Idul Fitri 2021. Namun, angka itu masih lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan yang terjadi pada rentang waktu sama pasca-Lebaran tahun lalu, yakni 65,5 persen.

photo
Pasien Covid-19 berolahraga di kawasan karantina Rusunawa Bakalankrapyak, Kudus, Jawa Tengah, Selasa (1/6/2021). Rusunawa dengan kapasitas 75 tempat tidur itu untuk karantina pasien Covid-19 yang melonjak pasca Lbaran di wilayah itu. - (ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho)

Angka kematian akibat Covid-19 pun tercatat menurun. Pada dua pekan setelah Lebaran tahun ini, angka kematian dilaporkan turun 3,52 persen. Kondisi itu jauh berbanding terbalik dengan periode dua pekan setelah Lebaran 2020 lalu dengan kenaikan angka kematian 66,34 persen.

"Data perbandingan ini menunjukkan bahwa dampak pada kenaikan kasus yang ditimbulkan pada pasca-Lebaran tahun ini tidak setinggi pada Lebaran 2020 lalu," kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam keterangan pers, Selasa (1/6).

Kendati demikian, satgas meminta masyarakat tidak lengah dan terlena dengan fenomena lonjakan kasus Covid-19 pasca-Lebaran 2021 yang tidak separah tahun lalu. Wiku menyebutkan, dampak dari peningkatan mobilitas warga selama libur Lebaran lalu masih bisa terlihat dalam beberapa pekan ke depan.

"Namun, saya tetap ingatkan, jangan terlena dengan perkembangan ini. Ini baru dua pekan pasca-Lebaran. Dampaknya masih akan terlihat dalam beberapa pekan ke depan," kata Wiku.

Cara untuk tetap menjaga stabilnya penambahan kasus Covid-19, menurut Wiku, adalah dengan menjaga kepatuhan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan, peningkatan kapasitas tes, serta tetap menjaga kualitas layanan fasilitas kesehatan. "Maka perkembangan bisa saja tetap stabil. Namun, jika kita memilih untuk abai prokes maka bukan tidak mungkin kenaikan kasus akan lebih tinggi dari tahun lalu," kata Wiku.

Lonjakan kasus yang tidak separah tahun lalu juga bisa dilihat dari penambahan kasus per provinsi. Pada periode pasca-Lebaran 2020 lalu, Provinsi Jawa Tengah mencatatkan lonjakan kasus tertinggi, yakni sampai 368 persen. Disusul Sulawesi Selatan yang naik hingga 280 persen, Kalimantan Selatan, naik 99 persen, Jawa Timur naik 45 persen, dan DKI Jakarta naik 33,2 persen.

Sedangkan, pada periode dua pekan pasca-Lebaran tahun ini, kenaikan kasus tertinggi masih dialami Jawa Tengah. Namun, angkanya lebih rendah. Jawa Tengah tercatat mengalami kenaikan kasus 103,2 persen. Kepulauan Riau menyusul di posisi kedua dengan kenaikan kasus 103 persen. Kemudian, Riau naik 69 persen, DKI Jakarta naik 49,5 persen, dan Jawa Barat naik 25 persen.

Perbaikan juga terlihat dari Provinsi Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan yang tahun ini tidak masuk dalam lima besar lonjakan kasus tertinggi. Padahal tahun lalu, dua provinsi tersebut bertengger di lima besar. Wiku melihat fenomena ini sebagai bukti bahwa masyarakat dan pemerintah daerah sudah belajar banyak dalam setahun terakhir terkait dengan adaptasi kebiasaan baru.

"Ini modal kita untuk terus produktif dan aman dari Covid-19 selama berada dalam kondisi pandemi," kata Wiku. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat