
Nasional
Jemput Bola Vaksinasi Lansia Diperlukan
ITAGI dan Komnas KIPI menyatakan vaksin Covid-19 untuk lansia aman.
JAKARTA – Capaian vaksinasi Covid-19 untuk kelompok lanjut usia (lansia) sampai saat ini masih jauh dari target. Pemerintah pun diminta untuk mengubah metode vaksinasi khusus terhadap lansia untuk mengakselerasi capaian mengingat data menunjukkan kelompok ini paling fatal akibatnya jika terpapar Covid-19.
Epidemolog dari Universitas Indonesia, Syahrizal Syarif, mengusulkan agar vaksinasi orang lansia dilakukan dengan jemput bola atau mendatangi langsung para lansia di kediamannya. Metode ini dianggap lebih efektif dan memudahkan lansia itu sendiri. “Cakupan vaksinasi lansia harus aktif atau mendatangi sasaran,” kata Syahrizal kepada Republika, Ahad (30/5).
Per Ahad (30/5), baru 3.294.841 orang dari kelompok lansia yang telah menerima dosis pertama dari 21.553.118 orang yang ditargetkan. Sementara dosis kedua yang sudah diberikan untuk kelompol ini sebanyak 2.177.631 dosis.
Syahrizal optimis, vaksinasi lansia melalui jemput bola dapat dilakukan. Metode ini tak terhambat oleh keterbatasan jumlah tenaga kesehatan (nakes) karena bisa dibantu otoritas lokal. “Untuk vaksinasi cukup dua nakes dan harus melibatkan RT atau bidan desa dan kader kesehatan untuk identifikasi lansia di wilayah kerja mereka,” ujar dia.

Angka kematian pada lansia usia 60 tahun ke atas akibat Covid-19 mencapai 49,4 persen atau jadi yang tertinggi di antara kelompok usia lainnya. Sementara dari kelompok lansia yang terpapar Covid-19, lebih dari 50 persen meninggal. Karena memiliki risiko tinggi jika terinfeksi Covid-19, perlindungan kepada lansia jadi penting dan harus jadi prioritas.
Selain itu, Syahrizal merekomendasikan agar screening komorbid bagi lansia ditiadakan. Ia mendapati banyak lansia di daerah yang takut vaksinasi karena pemahaman yang salah dan dampak dari kegiatan screening komorbid. Alhasil, kondisi ini menghambat cakupan vaksinasi Covid-19.
“Kemenkes harus berani mengubah kebijakan screening. Hanya di Indonesia lansia jika mau divaksin di-screening. Di luar negeri sesuai anjuran WHO justru tambah banyak komorbid harus divaksin. Banyak lansia tidak mau divaksin karena takut komorbid,” ujar Syahrizal.
Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) meminta masyarakat jangan takut membawa anggota keluarganya yang telah berusia lanjut untuk mendapatkan vaksin Covid-19. “Karena sejauh pelaksanaan vaksinasi Covid-19, kelompok lansia justru memiliki Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang sangat rendah,” kata Ketua ITAGI Sri Rezeki S Hadinegoro.

Ia mengatakan, gejala yang dialami pascapenyuntikan sifatnya ringan dan mudah diatasi, sehingga para anak diimbau untuk tidak perlu khawatir orang tuanya divaksin. Manfaat vaksinasi, kata dia, jauh lebih besar dibandingkan risikonya.
Menurut Sri, efek samping kedua vaksin, yakni Sinovac maupun AstraZeneca, cukup ringan. Dia menyebut tidak ada yang masuk rumah sakit (RS) atau sampai meninggal dunia. "KIPI pada lansia ini justru sangat-sangat sedikit dibandingkan yang dewasa/muda,” katanya.
Sebagai salah satu pihak yang ikut terlibat dalam penentuan jenis vaksin yang akan digunakan dalam program vaksinasi nasional, Sri menegaskan, pemerintah tentunya akan menyediakan vaksin Covid-19 yang aman, bermutu, dan berkhasiat untuk melindungi seluruh masyarakat.
Hal senada disampaikan Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Hindra Irawan Satari. Dia mengatakan, kesadaran masyarakat lansia cukup baik karena mengetahui masuk dalam kelompok rentan. Namun, sayangnya terkadang justru dari pihak keluarga yang tidak mengizinkan lansia untuk divaksinasi.

“Karena ternyata (keluarga) memperoleh informasi yang kurang tepat atau pihak yang tidak berwenang terkait imunisasi atau vaksinasi,” ujar dia.
Sebagai lansia, Hindra mengaku telah menerima vaksin dua dosis. Padahal, ia memiliki gangguan irama jantung, penderita hipertensi, kolesterol juga sempat tinggi, hingga asam urat. “Alhamdulillah sehat, saya sudah dua kali divaksinasi, jadi jangan ragu-ragu,” kata Hindra.
Menurutnya, meski memiliki penyakit penyerta, lansia tetap bisa divaksin. Sebab, dia melanjutkan, divaksin lebih baik daripada tidak divaksin. “Jika ada KIPI mudah-mudahan sifatnya ringan dan dapat ditolerir namun manfaat vaksinasi jauh lebih besar maka sama-sama kita divaksin,” ujar dia.
Ketakutan Berubah Jadi Kegembiraan
Ni Ketut Resni kaget ketika mendengar informasi dari perangkat desa tentang vaksinasi. Namanya masuk daftar salah satu penerima dari beberapa warga berusia lanjut. Tak hanya kaget, ketakutan juga dirasakan perempuan 62 tahun asal Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan tersebut.

Namun, ketakutan dan kebingungan itu seketika saja. Ketidaktahuannya tentang vaksinasi Covid-19 dan bagaimana cara untuk mengaksesnya seketika sirna. Sebab, petugas melakukan penjemputan lansia dari rumah ke puskesmas untuk divaksin, hingga kemudian diantarkan pulang kembali. Langkah antar jemput diberikan agar menciptakan rasa aman dan nyaman.
“Awalnya takut sama vaksin, apalagi katanya vaksin Covid-19 kan sakit. Sebelumnya juga dikira sendiri ke puskesmas, ternyata bidan desa bilang tunggu di rumah saja dan kita dijemput, saya juga tidak sendiri jadi tidak grogi lagi," ungkap Ni Ketut Resni, di Luwu Timur, Ahad (30/5).
Para lansia di wilayah kerja Puskesmas Burau dijemput oleh jajaran Babinsa, Bhabinkamtibmas, perangkat desa, bidang desa, dan kader posyandu. Ni Ketut berkisah bahwa proses vaksinasi tidak menghadirkan lagi takut. Apalagi, setelah mendapat pelayanan yang baik para petugas Puskesmas Burau.
“Waktu divaksin, kita dijemput ibu bidan, sama mobil desa dan yang bawa sekretaris desa. Pelayanannya sangat baik sekali, padahal pas dipanggil takut sekali, tapi kami didampingi petugas, bidan, dan petugas kesehatan di sana,” kata perempuan yang berdomisili di Bonepute, Kecamatan Burau.
Rasa senang yang telah dirasakan Ni Ketut bersama lansia lainnya seolah meluluhkan rasa sakit saat disuntik, pun juga efek vaksin Covid-19. Ia merasa sehat dan hanya lapar serta mengantuk setelah divaksin. Selain pelayanan yang baik, pihak Puskesmas Burau menyediakan beragam gimik untuk menarik perhatian lansia.
“Ada bingkisan tupperware dikasih kepala puskesmas, terima kasih banyak Ibu. Senang semua lansia di sini, pokoknya kami sangat senang," tambahnya.
Pelayanan serupa tidak hanya diterima Ni Ketut saat hendak melakukan vaksinasi Covid-19. Pelayanan prima bagi lansia telah dirasakan setiap bulan, setiap tanggal 12, lansia dijemput untuk mendapat layanan pemeriksaan rutin setiap bulan sekaligus melakukan senam lansia di Puskesmas Burau.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.