Bani Israel sepeninggal Nabi Sulaiman digambarkan menyimpang jauh dari tuntunan kitab suci. | AP

Tuntunan

Pembangkangan Bani Israel

Bani Israel sepeninggal Nabi Sulaiman digambarkan menyimpang jauh dari tuntunan kitab suci.

OLEH A SYALABY ICHSAN

 

Dia berfirman: ’Maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, mereka akan tersesat di bumi itu. Maka, janganlah engkau bersedih hati atas orang-orang yang fasik'.” (QS al-Maidah: 26).

Serangan sebelas hari Israel kepada Palestina seharusnya membuka mata setiap makhluk yang masih merasa menjadi manusia tentang sebuah kebiadaban dari negeri Zionis. Tidak perlu menjadi seorang Palestina bahkan menjadi seorang Muslim agar bisa menyadari itu.

Anda benar-benar cukup menjadi manusia. Kejahatan itu bahkan sudah lama disadari oleh para intelektual dari kalangan Yahudi sendiri. Tokoh-tokoh ternama seperti Noam Chomsky, Bernie Sanders, hingga sekelompok Rabi ortodoks yang menamakan diri sebagai Neturei Karta, tampil untuk melawan aksi terorisme Zionis Israel.

Karakter Bani Israel ini telah lama dijelaskan dalam Alquran. Israel digambarkan sebagai sebuah bangsa yang merusak. Allah SWT menjelaskan karakter mereka dalam QS al-Isra ayat 4-6: “Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam al-Kitab: 'Sesungguhnya kamu pasti akan membuat kerusakan di bumi dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar'.”

Pada ayat ke-5 disebutkan, ”Maka, apabila datang saat hukuman bagi yang pertama dari keduanya, Kami datangkan kepada kamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela masuk ke kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana."

Sementara, ayat ke-6 menjelaskan, “Kemudian, kami berikan kepada kamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantu kamu dengan harta kekayaan serta anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar.”

photo
Dua orang Ultra Yahudi Ortodoks melihat lokasi insiden saat perayaan Lag Baomer di Gunung Meron, Israel, beberapa waktu lalu. (AP Photo/Sebastian Scheiner) - (AP/Sebastian Scheiner)

Kerusakan Bani Israel di muka bumi sudah tak terhitung. Apa yang dijelaskan Alquran di atas mengenai dua kerusakan tersebut menjadi perwakilan dari yang terbesar. Prof Quraish Shihab dalam Tafsir Al Misbah menjelaskan, Bani Israel sepeninggal Sulaiman AS, raja sekaligus nabi, menyimpang jauh dari tuntunan kitab suci. 

Semasa zaman Nabi Musa AS, mereka bahkan menjadikan sapi sebagai sesembahan. Mereka meniru orang-orang Kan’an yang mendiami daerah sebelah barat yang terbuat dari tembaga dalam bentuk manusia berkepala lembu.

Patung ini duduk mengulurkan kedua tangannya bagaikan menanti pemberian. Berhala ini mereka namai Ba’l. Mereka mempersembahkan sesaji untuk patung tersebut.

“Dan ingatlah ketika Kami berjanji kepada Musa 40 malam, kemudian kamu menjadikan anak lembu (sebagai sembahan kamu) sesudahnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim. Kemudian, sesudah itu Kami maafkan kamu agar kamu bersyukur." (QS al-Baqarah: 51-52).

Dalam Perjanjian Lama. mereka bukan hanya menyembah berhala, bahkan menyembah bintang-bintang dan mempersembahkan anak kandung sebagai sesaji. Di tempat peribadatan yang suci, mereka menyediakan apa yang dinamai Kedeshoth, yakni wanita-wanita yang pekerjaannya menjual diri untuk memenuhi syahwat pria.

 
Dalam Perjanjian Lama. mereka bukan hanya menyembah berhala, bahkan mempersembahkan anak kandung sebagai sesaji.
 
 

Ada juga Kedeshim, yakni pelacur-pelacur lelaki. Untuk maksud tersebut, disediakan kamar khusus yang disebut sebagai petak-petak pelacuran bakti di rumah-rumah Tuhan itu. (Kitab Raja-Raja 23). 

Mereka juga dikenal sebagai kaum yang pembangkang. Coba simak bagaimana sikap mereka saat Allah memerintahkan untuk memasuki tanah yang disucikan (Baitul Maqdis) dalam QS al-Maidah ayat 21-22: “Hai kaum ku, masuklah ke tanah yang disucikan yang telah ditetapkan Allah bagi kamu, dan janganlah kamu lari ke belakang, sehingga kamu menjadi orang-orang yang merugi.”

“Mereka berkata, ’Hai Musa, sesungguhnya di sana ada kaum yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar darinya. Jika seandainya mereka keluar darinya, maka barulah kami akan masuk'.”

Dua orang di antara mereka pun — yang disebut sebagai Yusya Ibn Nun dan Kalib Ibn Yuqna (dua dari 12 naqib) — menyuruh Bani Israil untuk menyerbu kota itu melalui pintu gerbang. Mereka menyemangati jika Bani Israil bersama Allah pasti akan menang. Dua orang itu lantas menyuruh mereka untuk bertawakal.  Apa jawaban dari Bani Israil? 

“Mereka berkata: 'Hai Musa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada didalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami disini akan duduk menanti'.” (QS al-Maidah: 24). 

Mendengar sikap kaumnya yang durhaka, Nabi Musa AS berdoa kepada Allah untuk memisahkan mereka. “.. ’Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri bersama saudaraku. Sebab itu, pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik'.” (QS al-Maidah: 25).

photo
Wisatawan menuruni jalan di Gunung Musa, Kota Saint Catherine, Sinai Selatan, Mesir, 20 Maret 2021. Selama 40 tahun, bani Irael terkatung-katung di wilayah Mesir tersebut. - (EPA-EFE/KHALED ELFIQI)

Allah SWT mendengar doa Nabi Musa AS. “Dia berfirman: ’Maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama 40 tahun, mereka akan tersesat di bumi itu. Maka, janganlah engkau bersedih hati atas orang-orang yang fasik'.” (QS al-Maidah: 26).

Ketidakmampuan mereka masuk ke kota dan ketersesatan di padang pasir membuat mereka hidup terkatung-katung. Mereka tak memiliki pendirian dan kepastian sehingga bingung mau ke mana.

Mengomentari ayat ini, Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah-nya menjelaskan, keberadaan mereka selama 40 tahun mengisyaratkan bahwa generasi yang membangkang perintah itu adalah generasi yang telah mendarah daging kebejatan dalam dirinya sehingga tidak bisa diperbaiki lagi.

Rasyid Ridha bahkan menjelaskan, bangsa yang hidup dalam satu penganiayaan tersebut akan mendarah daging, bahkan menjadi naluri yang melekat dalam dirinya masing-masing.

Wallahu a'lam.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat