Dokter menunjukkan botol vaksin Astrazeneca yang telah terpakai di Jakarta, Senin (24/5/2021). | EPA/ADI WEDA

Nasional

Usia Peruntukan Astrazeneca Dikaji

Tiga orang dikonfirmasi meninggal usai divaksin Astrazeneca.

JAKARTA – Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) kini sedang mengkaji kelompok usia yang bisa menerima vaksin Astrazeneca. Kajian ini dilakukan terkait keamanan mengingat beberapa negara di dunia juga telah membatasi penggunaan vaksin ini di rentang usia tertentu.

“Vaksin Astrazeneca untuk kelompok usia berapa masih dikaji oleh ITAGI. ITAGI masih melakukan perbandingan dengan negara-negara lain,” kata Sekretaris Eksekutif ITAGI, Julitasari Sundoro, saat dihubungi Republika, Selasa (25/5).

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebelumnya merekomendasikan agar Astrazeneca tidak digunakan untuk usia di bawah 30 tahun. Masukan ini disampaikan oleh Ketua Satgas Covid-19 IDI Zubairi Djoerban mengacu pada pengalaman sejumlah negara dan fakta empiris terkait relatif banyaknya kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) usai divaksinasi dengan Astrazeneca.

Zubairi mengatakan, Inggris sudah menggunakan lebih dari 20 juta dosis vaksin Astrazenaca. Dari angka tersebut, fenomena KIPI yang muncul relatif banyak, yakni 262 kasus dengan kasus kematian 69 jiwa.

Tiga orang dikonfirmasi meninggal usai divaksin Astrazeneca. Satu di antaranya adalah Trio, pemuda berusia 22 tahun yang kini jenazahnya sedang dilakukan autopsi untuk mengetahui penyebab pastinya.

Kementerian Kesehatan memilih untuk menunggu rekomendasi resmi dari ITAGI serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terkait hal ini. Sementara vaksinasi menggunakan Astrazeneca terus berjalan di Tanah Air.

Komnas KIPI menyatakan Astrazeneca aman dan merekomendasikan bisa digunakan di wilayah Indonesia. Pemberian rekomendasi berdasarkan perhitungan proporsi laporan KIPI yang masih lebih rendah dibandingkan keberhasilan uji klinik vaksin ini tahap 1, 2, hingga 3.

“Kami masih merekomendasikan bahwa vaksin ini aman dan vaksin ini digunakan sampai hari ini,” kata Ketua Komnas KIPI Hindra Irawan Satari.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, pemerintah meyakini temuan KIPI berupa pembekuan darah langka pada orang yang usai menjalani vaksinasi Covid-19, tidak sepenuhnya berhubungan dengan vaksinasi itu sendiri. Dia menyebut, vaksin Covid-19 tidak menurunkan angka kematian atau angka kesakitan akibat penyakit yang sudah diderita penerima vaksin, selain Covid-19.

“Selain itu diketahui bahwa tromboemboli yaitu penyakit pembekuan darah di mana bekuan darah yang terbentuk di pembuluh darah terlepas dan terbawa aliran darah hingga menyumbang pembuluh darah lain seringkali terjadi,” kata Wiku.

Tromboemboli vena, kata Wiku, menjadi penyakit kardiovaskular ketiga paling sering terjadi di dunia. Analisis ini memunculkan kesimpulan bahwa bukan tidak mungkin penyakit tersebut muncul bersamaan dengan momen vaksinasi, namun tidak ada kaitannya dengan vaksinasi Covid-19.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat