Masjid Islamic Center Samarinda merupakan masjid terbesar kedua di seluruh Asia Tenggara, yakni setelah Masjid Istiqlal Jakarta. | DOK KEMENAG

Arsitektur

Masjid Islamic Center Samarinda, Permata di Tepi Mahakam

Masjid Islamic Center Samarinda terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Istiqlal.

OLEH HASANUL RIZQA

 

 

Islam telah mengakar di tengah masyarakat Kalimantan Timur sejak ratusan tahun silam. Bila merujuk Hikayat Kutai, persebaran agama ini sampai ke daerah berjulukan Benua Etam tersebut pada akhir abad ke-16.

Pada abad ke-17, raja Kutai Kartanegara yang telah memeluk Islam mengizinkan orang-orang Bugis dari Sulawesi untuk membuka perkampungan di sekitar Sungai Mahakam. Pemimpin mereka, Lamohang Daeng Mangkona, lantas menamakan daerah tersebut sebagai Sama Rendah. Itulah cikal bakal Kota Samarinda, yang kini menjadi ibu kota Provinsi Kalimantan Timur.

Pada masa kolonialisme, Samarinda merupakan salah satu basis perjuangan kaum Muslimin dalam menentang penjajahan. Sesudah Indonesia merdeka, kota seluas 718 km persegi itu terus menjadi sebuah pusat dakwah. Berbagai kegiatan keislaman dilakukan, serta banyak pula tokoh ulama yang lahir di sana.

Masjid Islamic Center Samarinda (MICS) menjadi ikon syiar Islam yang dibanggakan masyarakat kota setempat dan Provinsi Kalimantan Timur umumnya. Masjid yang berlokasi di Kelurahan Teluk Lerong Ulu, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, itu tak jauh dari tepi Sungai Mahakam.

Dengan luas bangunan utama yang mencapai 43.500 meter persegi, rumah ibadah ini merupakan masjid terbesar kedua di seluruh Asia Tenggara, yakni sesudah Masjid Istiqlal Jakarta.

photo
Masjid Islamic Center Samarinda berlokasi dekat dengan tepian Sungai Mahakam, sungai terpanjang kedua se-Indonesia. - (DOK ANTARA Rony Muharrman)

MICS mulai dibangun pada 2000. Pencanangannya dilakukan di Bontang, Kalimantan Timur, oleh presiden Indonesia kala itu, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Adapun peletakan batu pertama mulai dilakukan pada 5 Juli 2001 oleh presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri.

Perlu waktu kira-kira tujuh tahun untuk menuntaskan pembangunan tempat ibadah ini. Akhirnya, pada 16 Juni 2008 masjid tersebut dibuka secara resmi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Secara keseluruhan, kompleks MICS menempati area seluas kurang lebih delapan hektare. Dahulu, lahan tersebut merupakan bekas kawasan penggergajian kayu milik PT Inhutani I. Tanah itu lalu dihibahkan kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur untuk dibangun sarana dan prasarana ibadah di atasnya.

Bangunan pokok MICS terdiri atas beberapa bagian, yaitu lantai bawah (10.235 meter persegi), lantai dasar (10.270 meter persegi), ruang utama (8.185 meter persegi), serta balkon (5.290 meter persegi). Sementara, bangunan penunjangnya seluas 7.115 meter persegi.

Kemegahan MICS tampak dari sisi eksterior maupun interiornya. Dari kejauhan, pengunjung dapat melihat sebanyak tujuh menara yang menjulang di kompleks masjid. Salah satunya memiliki tinggi 99 meter. Angka 99 itu dipilih karena itulah jumlah nama-nama Allah yang terbaik (asmaul husna). Menara Asmaul Husna ini terdiri atas 15 lantai. Masing-masing lantai itu dibangun setinggi enam meter.

photo
Masjid Islamic Center Samarinda atau MICS memiliki beduk yang cukup besar. Beduk Dua Meter, demikian namanya, terbuat dari terbuat dari pohon bengkirai utuh. - (DOK WIKIPEDIA)

MICS memiliki beragam simbol unik yang terdapat pada bagian-bagian bangunannya. Misalnya, Beduk Dua Meter. Benda yang dibunyikan sebagai tanda menjelang azan itu berukuran cukup besar. Kulit sapi yang dijadikan beduk tersebut memiliki luas 2 meter dengan diameter sekira empat meter. Adapun kayunya terbuat dari pohon bengkirai yang utuh.

Selanjutnya, Menara Rukun Iman. Ini sebutan bagi keenam menara selain Menara Asmaul Husna di MICS. Disebut rukun iman karena bagian bangunan itu berjumlah enam, seperti halnya jumlah pernyataan yang wajib diyakini setiap Muslim.

Menara-menara itu bercorak khas modern. Bentuknya yang bertingkat-tingkat dan semakin mengecil di pucuknya mirip dengan menara di Masjidil Haram maupun Masjid Nabawi, Tanah Suci.

photo
Masjid Islamic Center Samarinda, MICS, memadukan gaya arsitektur Arab, Turki, dan Andalusia. - (DOK ANTARA Rony Muharrman)

Memasuki bagian dalamnya, MICS juga menyimpan bagian-bagian yang sarat simbolisme. Sebagai penghubung antara lantai dasar dan lantai utama, ada Tasbih Anak Tangga. Disebut demikian karena jumlah anak tangganya adalah 33 buah. Ini melambangkan jumlah bacaan tasbih yang dilafalkan seseorang kala berzikir.

Setelah melewati Tasbih Anak Tangga, pengunjung akan disambut serambi yang sangat mewah. Bagian ruangan itu menjadi lokasi Beduk Dua Meter. Keindahannya semakin anggun dengan cahaya dari lampu kristal yang menggantung di langit-langit.

Ada pula lampu-lampu dinding yang bertuliskan kaligrafi huruf Arab. Masjid ini dilengkapi elevator, lift, serta jalur khusus penyandang disabilitas sehingga mereka dapat mencapai lantai yang lebih tinggi dengan relatif mudah.

Jamaah akan merasakan sensasi damai saat beribadah di MICS. Ruangan utama masjid ini menampilkan kesan yang menenteramkan, tetapi tak kalah elegan dari sisi eksterior. Penggunaan material granit pada lantai semakin menegaskan kesan mewah itu. Warna krem muda pada lantai tersebut berpadu serasi dengan dinding mihrab yang berwarna gelap.

photo
Sisi interior Masjid Islamic Center Samarinda. - (DOK Islamic Center)

MICS merupakan pusat aktivitas dakwah dan ibadah Islam di Samarinda. Berbagai sisi, baik arsitektur maupun lokasi masjid ini yang strategis, begitu mendukung fungsi tersebut. Dilihat dari segi rancang bangunnya, kompleks tempat ibadah ini memadukan beragam ekspresi budaya, mulai dari Spanyol, Arab, hingga Turki.

Gaya Andalusia tampak dari lorong-lorong masjid yang mirip dengan bangunan Alhambra. Adapun penampilan khas Timur Tengahnya terlihat dari ruangan di lantai dua. Banyak pula kaligrafi ayat-ayat suci Alquran yang terdapat pada sisi dalam dan luar bangunan.

 
Dilihat dari segi rancang bangunnya, kompleks tempat ibadah ini memadukan beragam ekspresi budaya, mulai dari Spanyol, Arab, hingga Turki.
 
 

Sebagai ikon kebudayaan Islam di Kalimantan Timur, MICS selalu ramai pengunjung. Setiap hari, tak kurang dari 500 orang berkunjung ke masjid ini. Mereka berasal dari dalam maupun luar provinsi. Bagaimanapun, situasi pandemi Covid-19 mengharuskan jamaah untuk terus menerapkan protokol kesehatan. Di antaranya adalah memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.

Sebagai sarana pendukung, MICS dilengkapi dengan sejumlah fasilitas. Umpamanya, Taman Kanak-kanak (TK) al- Fath, klinik bersalin, kantin, dan asrama dengan 50 kamar untuk tamu dari luar daerah.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat