zooming picture showing Palestinian children sit on an unexploded missile fired by Israeli warplanes, after israeli airstrikes, in Gaza City, 19 May 2021. Clashes erupted 06 May over the forced eviction of six Palestinian families from their homes in Shei | EPA/MOHAMMED SABER

Laporan Utama

Bom Israel Mengguncang Seperti Gempa

Rudal-rudal Israel bahkan mengincar bangunan hasil sumbangan masyarakat Indonesia.

 

Ini betul-betul mengentakkan hati kita. Anak dan perempuan betul-betul jadi korban

Anak-anak dan perempuan menjadi korban teror Israel. Serangan rudal dapat kapan saja mencabut nyawa mereka. Abeer Z Barakat, seorang ibu sekaligus dosen di Gaza, Palestina, yang pernah belajar di Malaysia menyebut kondisi semakin buruk.

Korban terus bertambah karena bom meledak di mana-mana. “Ada yang kehilangan usahanya, rumahnya, anak-anak, keluarga. Kondisinya sangat rumit,” ujar Abeer saat berbincang dengan Republika lewat aplikasi daring. 

Dia menggambarkan, saat ini tidak ada kehidupan di Gaza. Warga merasa ketakutan dan mengurung diri di dalam rumah. Kondisi ini berbeda saat menghadapi pandemi Covid-19. Warga bisa duduk di rumah dengan nyaman dalam karantina.

Menurut dia, bom mengguncang tanah seperti gempa bumi. Dia pun mengaku kerap ketakutan sebelum dan dalam tidur, bahkan saat terjaga selepas tidur ketika menjalankan aktivitas di rumah. 

“Saya tidur dengan memakai jilbab, berjaga-jaga jika bom mengenai kami dan kami meninggal, kami dalam keadaan tertutup (satr). Kami berdoa kepada Allah, jika ada apa-apa terjadi, misalnya harus meninggal tiba-tiba, kami tetap dalam keadaan satr,” ungkap dia.

Abeer meminta komunitas internasional tak hanya bersimpati, tetapi berempati. Menurut dia, meski warga Indonesia tak bisa datang langsung ke Palestina, ada banyak cara untuk membantu mereka. Untuk menebar kepedulian, ada media sosial yang bisa menggerakkan dengan kuat. Abeer menegaskan, media sosial dan media konvensional punya peran besar menggerakkan hati masyarakat dunia. 

Kedua, Abeer meminta umat Islam tidak berhenti mendoakan rakyat Palestina. “Jangan berhenti doakan kami dan jangan bilang kami sudah berdoa lebih dari 70 tahun kemudian jenuh,” ujar dia.

 
Media sosial dan media konvensional punya peran besar menggerakkan hati masyarakat dunia. 
 
 

Ketiga, Abeer mengungkapkan, mereka butuh dukungan finansial untuk membangun rumah dan usaha. Dia pun mengundang lembaga-lembaga filantropi untuk datang membangun Palestina. “BSMI, misalnya, sejak 2008-2009 mereka membawa dokter sebagai spesialisasi mereka ke sini. Membangun rumah sakit, sekolah, dan kebutuhan lainnya yang warga Palestina butuhkan,” kata dia.

Jika bisa datang ke Masjid al-Aqsha, Abeer meminta umat Islam untuk shalat dan berdoa di dalamnya. Dia berharap agar Masjid al-Aqsha jangan sampai kosong.

Rudal-rudal Israel bahkan mengincar bangunan hasil sumbangan masyarakat Indonesia. Pimpinan Rumah Tahfidz PPPA Daarul Quran Gaza, Abdillah Onim, mengatakan, serangan pesawat tempur Israel telah menghancurkan Rumah Tahfidz Daarul Quran di Gaza, awal pekan ini. Dia menjabarkan serangan pertama yang tidak terlalu menghancurkan Rumah Tahfidz Daarul Quran Gaza kemudian dilanjutkan dengan serangan berikutnya.

Pada serangan terakhir, kerusakan terjadi hingga 85 persen dari bangunan yang ada. Setidaknya, kata Abdillah Onim, terdapat 12 roket yang diluncurkan Israel ke gedung tempat anak-anak Gaza mempelajari dan menghafalkan Alquran itu.

“Alhamdulillah, tidak ada korban jiwa dari anak-anak penghafal Alquran kami, tapi ada satu ayah santri yang wafat akibat serangan yang menghantam wilayah tempat tinggalnya,” kata dia.

photo
Petugas media Palestina sedang merawat anak perempuan di ruang gawat darurat Rumah Sakit Shifa, Kamis (13/5/2021). Anak perempuan itu terluka akibat serangan bom Israel ke Kota Gaza. Bom Israel menghancurkan rumah dia. - (AP Photo/Khalil Hamra)

Ketua Adara Relief International Sri Vira Chandra mengatakan, Israel mencoba menghancurkan Palestina dari seluruh dimensi. Kebiadaban mereka dilakukan dari dimensi sosial, ekonomi, kesehatan, bahkan regenerasi. Dia menyebut Israel telah merampas, mengusir dengan cara mengirim tentara-tentaranya kepada warga Palestina, dan mengusir mereka dari rumahnya sendiri.

Berdasarkan catatan Adara Relief, sejak awal agresi, terdapat 1.450 serangan udara yang dilakukan Israel kepada warga Palestina. Agresi militer yang dilancarkan Israel, kata dia, tak hanya diberikan kepada pusat militer Palestina, tetapi juga mengenai penduduk sipil dengan menyerangnya dengan gempuran roket-roket. “Jadi, Israel ini memberikan agresi bukan hanya pada pusat militer, tetapi juga kepada penduduk sipil dengan roket mereka,” kata Sri Vira dalam live streaming, awal pekan ini.

Berdasarkan data, lebih dari 1.005 unit bangunan yang rusak. Di antaranya terdapat 132 gedung dan apartemen yang telah rusak secara total. Hal itu mengakibatkan lebih dari 15 ribu warga Palestina dan Gaza yang kehilangan tempat tinggal.

Akhir pekan lalu saja, kata dia, terdapat 200 orang syuhada menjadi korban dan di antaranya terdapat 59 anak dan 35 perempuan. “Ini betul-betul menghentakkan hati kita. Anak dan perempuan betul-betul jadi korban,” kata dia.

Wafatnya para syuhada dan deretan anak-anak dalam daftar tersebut menambah jumlah yatim di Palestina. Menurut dia, serangan Israel itu tentunya mengakibatkan kerugian yang dialami Palestina tak sedikit. Lebih dari 210 juta dolar AS kerugian yang dialami Palestina. “Angka kemiskinan di Gaza itu sudah sangat tinggi, jumlahnya lebih dari 96 persen,” kata Sri Vira.

 
Akan ada banyak pasien di rumah sakit, baik itu orang dewasa maupun anak-anak yang sedang dalam perawatan intensif akan kesulitan.
 
 

Dia membandingkan kondisi Palestina sebelum agresi militer Israel, yaitu listrik hanya dinyalakan selama 3-4 jam saja. Pihaknya pun menduga bahwa saat ini, dengan kondisi yang semakin panas di Palestina, listrik sudah dipastikan mati total. Artinya akan ada banyak pasien di rumah sakit, baik itu orang dewasa maupun anak-anak yang sedang dalam perawatan intensif akan kesulitan.

Sri Vira pun mengajak bagi masyarakat Indonesia dan dunia untuk menengok isu Palestina sebagai panggilan kemanusiaan. Dia menekankan, membantu Palestina saat ini adalah upaya membantu sebuah bangsa yang negaranya sedang dihancurkan dari muka bumi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat