Anak-anak Palestina bermain di lahan sekolah yang disediakan oleh PBB setelah rumah mereka hancur lebur akibat serangan militer Israel di kawasan pinggiran Kota Gaza, Jumat (14/5/2021). | AP Photo/Khalil Hamra

Tema Utama

Anak-Anak tak Luput Jadi Target Bom Israel

Rudal-rudal teroris telah membunuh anak-anak Palestina dalam pekan-pekan ini.

OLEH ANDRIAN SAPUTRA

Rudal-rudal teroris telah membunuh anak-anak Palestina dalam pekan-pekan ini. Israel telah membuat 41 anak Palestina gugur hanya pada pekan lalu. Jumlah itu manambah setidaknya 3.000 anak Palestina yang telah dibunuh oleh Israel selama 20 tahun terakhir. Keberanian mereka melampaui usianya. Kita semua punya kewajiban untuk menyelamatkan mereka.

Serangan teror Israel ke Palestina lebih dari sepekan terakhir telah merenggut ratusan jiwa warga sipil, termasuk anak-anak. Militer Israel tak segan melepaskan tembakan peluru tajam ke anak-anak Palestina yang memprotes pendudukan pemukim Yahudi di tanah mereka.

Apa yang menimpa Rashid Abu Arreh, seorang remaja Palestina berusia 16 tahun, membuktikan itu. Rashid tewas setelah ditembak tentara Israel di Tubas, sebelah utara Nablus, pekan lalu.

Seperti dilansir Aljazirah, Kementerian Kesehatan Palestina langsung mengonfirmasi kematian Abu Arreh. Penembakan terjadi ketika tentara Israel menginvasi wilayah Tubas yang berujung bentrok dengan penduduk lokal. 

Bentrok yang terjadi memicu tentara Israel melepaskan tembakan hingga mengenai Abu Arreh. Menurut keterangan medis, ia seketika meninggal setelah terkena dua tembakan di bagian leher dan dada.

Selain Tepi Barat, Israel juga mengincar Jalur Gaza. Rudal-rudal negara teror ini meledakkan kamp pengungsi Shaati pada Sabtu (15/5) pekan lalu. Sepuluh warga tewas, delapan di antaranya anak-anak. 

photo
Petugas media merawat bocah Palestina yang terluka akibat serangan militer Israel di Kota Beit Lahiya, utara Jalur Gaza, Senin (10/5/2021). - (AP Photo/Mohammed Ali)

Saksi mata, Mohammed Al Hadidi, mengatakan, istri dan empat anaknya tewas. Mereka adalah Suheib (14 tahun), Yahya (11), Abdelrahman (8), dan Wisam (6). Mereka sedang bersilaturahim ke sanak famili dalam rangka merayakan Idul Fitri. Jet-jet tempur Israel setidaknya menembakkan lima rudal ke arah kamp Shaati. 

Dilansir kantor berita Palestina, WAFA, Kementerian Kesehatan Palestina mengonfirmasi penambahan korban sipil akibat serangan Israel. Tercatat hingga Selasa (18/5), total korban sipil meninggal dalam pengeboman di jalur Gaza sebanyak  217 jiwa, termasuk 63 anak-anak, 36 wanita, dan 16 orang tua lanjut usia. Sebanyak 1.500 orang terluka, termasuk 450 anak-anak dan 295 wanita yang 50 orang di antaranya dalam keadaan kritis. 

photo
Seorang anak Palestina menangisi jenazah abangnya, Ahmed Al-Shenbari, yang terbunuh dalam pengeboman yang dilakukan militer Israel di Jalur Gaza Senin (10/5) malam hingga Selasa (11/5) pagi. Sedikitnya 24 warga Palestina gugur akibat pengeboman saat itu, termasuk sembilan anak-anak. - (REUTERS/Mohammed Salem )

Aljazirah mengutip data Kementerian Informasi Palestina mencatat sudah lebih dari 3.000 anak-anak Palestina yang dibunuh oleh pasukan Israel selama 20 tahun terakhir. Dalam dua dekade terakhir, anak-anak Palestina telah mengalami serangkaian serangan mematikan, baik yang terjadi di jalur Gaza, pos pemeriksaan, ketika penggerebekan militer, dan saat pengusiran dari rumah dan tanah mereka.

Aljazirah juga mencantumkan nama-nama anak yang menjadi korban serangan brutal Israel. Nama-nama seperti Said Odeh (16), Attalah Rayyan (17), Ali Ayam Abu Saleh (15), hingga Sabreen al Kiswani (12) menjadi bukti kebrutalan tentara Zionis Israel.

Para remaja ini juga menorehkan namanya dengan tinta emas sejarah perjuangan bangsa Palestina. Tidak sedikit di antaranya yang tewas setelah ikut berunjuk rasa menentang pendudukan negeri Zionis.

republikaonline

Penuh Nyali, Gadis Cilik Palestina tak Gentar Lawan Israel. ##Palestina ##palestine ##freepalestine ##savepalestine original sound - Republika

Dengan fakta tersebut, Direktur Eksekutif Unicef Henrietta Fore menyeru kedua negara untuk agar mengakhiri kekerasan ."Kekerasan, pembunuhan, dan kebencian harus dihentikan," kata Fore, seperti dilansir Forbes

Unicef mencatat ada 38 ribu orang Palestina mengungsi. Serangan Israel membuat mereka terpaksa tinggal di penampungan darurat di atas Kota Gaza. Sebanyak 40 sekolah dan 4 fasilitas kesehatan di Jalur Gaza juga mengalami kerusakan parah. 

photo
Anak-anak Palestina duduk di atas bekas rudal yang dijatuhkan dari jet tempur Israel setelah serangan ke Kota Gaza, Rabu (19/5/2021). - (EPA/MOHAMMED SABER)

Dosen asal Gaza yang kini mengajar di salah satu kampus di Indonesia, Dr Ahmed Mohammed Omar Al Madani, menyebut makin banyak korban berjatuhan, terutama anak-anak Palestina, sejak penyerangan tentara Israel ke Masjidil Aqsha. Menurut Omar, tentara Israel  tak senang melihat warga Palestina shalat di al-Aqsha dan meramaikan kompleks al-Aqsha saat Ramadhan. 

Korban juga bertambah karena banyak warga Palestina, terutama di Desa Sheikh Jarrah, yang menolak pengusiran paksa dari rumah mereka. Tentara Israel tak segan menyerang warga Palestina yang terus memprotes upaya menjadikan kawasan Sheikh Jarrah sebagai permukiman Yahudi. Menurut Omar, kesewenang-wenangan Israel itu membuat perlawanan warga Palestina, tak terkecuali anak-anak, yang berujung banyaknya jatuh korban.  

republikaonline

Baru saja umumkan gencatan senjata Jumat pagi (21/5), polisi Israel kembali menyerang warga Palestina di Kompleks Masjid Al Aqsa, Palestina. original sound - Republika

"Konflik ini dimulai oleh tentara Israel dengan menyerang orang shalat di Masjidil Aqsha. Anda juga paham bahwa tentara Israel melindungi orang Yahudi yang menyerang orang-orang kami. Dan mereka mengusir kami dari Sheikh Jarrah," kata Omar A Madani kepada Republika, beberapa waktu lalu.

Kebiadaban Israel, katanya, telah mempersatukan warga Palestina dari berbagai penjuru. Terlebih orang-orang Palestina yang berada di Yerusalem, Tepi Barat, dan Jalur Gaza. Menurut Omar, serangan Hamas yang meluncurkan roket ke wilayah Israel adalah respons sebagai pembelaan terhadap orang-orang Palestina yang diserang Israel karena melawan ketika hak-hak mereka dirampas. 

Di sisi lain,  banyak anak yang menjadi korban karena tak bisa menyelamatkan diri ketika roket menghujani Kota Gaza. Serangan Israel kali ini yang diklaim menargetkan pasukan Hamas, menurut Omar, berbeda dengan serangan sebelumnya karena tidak diawali peringatan kepada warga sipil untuk meninggalkan gedung atau wilayah sekitar.

 
Kebiadaban Israel telah mempersatukan warga Palestina dari berbagai penjuru. Terlebih mereka yang berada di Yerusalem, Tepi Barat, dan Jalur Gaza.
 
 

Omar melihat banyak negara telah bereaksi atas banyaknya korban warga Palestina yang berjatuhan. Berkali-kali PBB pun menggelar pertemuan membahas penyelesaian konflik Palestina-Israel.

Tak terkecuali Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (Unicef) yang menyoroti semakin bertambahnya angka kematian anak Palestina akibat serangan Israel. Dia menilai semua itu masih belum menemui hasil karena besar dan kuatnya kendali Amerika Serikat di dunia internasional. 

Omar juga menilai pertemuan negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) beberapa waktu lalu dinilai belum cukup efektif dalam mewujudkan kemerdekaan Palestina.

"Ya, mereka (OKI) membantu kami, mereka mendukung Palestina secara finansial, medis, makanan, air. Tapi, bisakah menekan Israel, menghentikannya di Gaza? Mereka tidak bisa,” ujar dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat