Asma Nadia | Daan Yahya | Republika

Resonansi

Faudah di Palestina

Faudah berkisah tentang satuan elite kontra antiteror Israel yang beroperasi di Tepi Barat Palestina.

Oleh ASMA NADIA

OLEH ASMA NADIA

Entah kebetulan atau bagaimana, di saat media massa ramai memuat berita kebiadaban di Palestina, tiba-tiba saja sebuah serial berjudul Faudah muncul di beranda televisi internet langganan kami.

Sekalipun judulnya berbahasa Arab, film ini adalah karya rumah produksi Israel dan dianggap salah satu seri televisi Israel paling sukses dan diminati pemirsa dunia.

Walaupun produksi serial tersebut berlangsung tahun 2015 sampai 2019, akan tetapi tetap kontekstual untuk mengetahui secara garis besar bagaimana operasi rahasia Israel beraksi di Palestina.

Faudah berkisah tentang satuan elite kontra antiteror Israel yang beroperasi di Tepi Barat Palestina. Satu hal yang menarik yang tidak ditemukan di film seri  lain apalagi Hollywood, Faudah cukup memberi gambaran cukup nyata, tentu saja dari sudut pandang Israel.

 
Diberitakan, film Faudah bahkan kini dijadikan tontonan wajib Israel Defense Force untuk lebih memahami Bahasa Arab slang yang update.
 
 

Dari film ini kita bisa melihat bagaimana intelijen Israel sangat piawai menyusup masuk sampai jantung paling dalam di pergerakan di Tepi Barat. Akan tetapi sebagaimana judulnya, Faudah yang berarti chaos, tidak semua operasi berjalan lancar, seringkali yang terjadi justru kekacauan atau chaos di lapangan.

Digambarkan seluruh anggota tim antiteror sangat mahir berbahasa Arab layaknya penduduk asli hingga mereka mudah berbaur ke masjid, shalat berjamaah, hapal al-Fatihah dan ayat-ayat Alquran bahkan mampu menjadi imam shalat jika dibutuhkan. Dalam catatan beberapa serangan udara, pilot Angkatan Udara Israel bisa dengan mudah menyusup teritori negara Arab dan menjawab pertayaan menara wilayah Arab setempat dengan bahasa Arab yang fasih.

Diberitakan, film Faudah bahkan kini dijadikan tontonan wajib Israel Defense Force untuk lebih memahami Bahasa Arab slang yang update.

Bahasa Arab memang menjadi salah satu dasar kemampuan yang harus dimiliki tentara Israel khususnya untuk menyusup. Mereka pandai mengiming-imingi orang hingga rela berkhianat dengan pancingan uang dan fasilitas.

Kemampuan intelijen Israel dalam melakukan infiltrasi memang sangat luar biasa. Hingga bukan hal mustahil jika pada realita, Israel berupaya menyisipkan agen di antara petinggi militer di beberapa negara Arab.

Yang jelas, saat terjadi perang Israel dan Suriah, Israel mampu menghancurkan lebih dari 900 pesawat Suriah yang saat itu dikenal sebagai salah satu negara Arab terkuat. Sementara Israel hanya kehilangan satu atau dua pesawat. Semua terjadi karena intelijen Israel di Suriah sudah tahu koordinat semua pesawat Suriah berada.

 
Film ini juga menunjukkan betapa jumlah korban di Palestina selalu lebih banyak dari Israel. 
 
 

Di film Faudah dengan mudah seorang agen menjadi teman dekat, pacar, bahkan masuk dalam jaringan pergerakan. Film ini juga menunjukkan betapa jumlah korban di Palestina selalu lebih banyak dari Israel.

Setiap kali mereka gagal menangkap atau membunuh satu target, dengan mudah anggota pasukan elite tersebut menembaki kerumunan massa yang marah atas aksi mereka. Dan kesewenangan ini digambarkan berulang, tidak hanya pada satu dua adegan, di mana mereka membunuh massa yang sebenarnya tidak terlibat pertikaian, dan cuma bereaksi terhadap kekacauan yang para intel ciptakan.

Juga bagaimana satuan elite tidak berusaha keras meminimalisasi jumlah korban dari pihak sipil, selama misi berhasil dan teman satu tim tidak menjadi korban. Sedangkan nyawa orang lain (baca: penduduk Palestina) sama sekali bukan menjadi perhatian.

Cukup banyak adegan yang selaras dengan cuplikan berita maupun berbagai video viral di warganet yang menjelaskan bagaimana angka korban tindak kekerasan ketika bentrokan terjadi termasuk pekan terakhir di Palestina, bila dibandingkan kerugian di antara keduanya sangat berjarak.

Korban jiwa di Gaza mencapai 230 dan 65 di antaranya anak-anak. Di Tepi Barat 24 korban jiwa, tiga di antaranya anak-anak. Sedangkan di pihak Israel korban meninggal 12 dan dua di antaranya anak-anak.

Korban luka di Gaza mencapai 1.710, di Tepi Barat 4.824, sedangkan di pihak Israel korban luka 796 orang. Pengungsi di Gaza mencapai 72 ribu orang dan tidak ada pengungsi di Tepi Barat atau Israel.

Tentu saja sebuah film tidak bisa dijadikan sebagai referensi solid, terlebih Faudah hadir sebagai bagian dari propaganda yang mendiskreditkan Palestina dan Islam. Pihak Israel ditunjukkan sangat beradab ketika menginterogasi lawan, sedangkan di sisi lain orang-orang Palestina digambarkan demikian brutal.

Serta beberapa detail yang tidak menunjukkan keislaman yang wajar, seperti komandan Palestina yang membunuh pimpinan pejuang lain hanya karena ingin menikahi wanita, shalat dengan celana pendek di atas lutut, atau musimah yang bunuh diri karena masalah sepele, dan sebagainya.

 
Terlepas berbagai kekurangannya, sebagai Muslim, menarik mencermati taktik juga sederet propaganda di baliknya. 
 
 

Terlepas berbagai kekurangannya, sebagai Muslim, menarik mencermati taktik juga sederet propaganda di baliknya. Berharap sekali, keluarga Muslim yang menonton bisa menjelaskan distorsi informasi atau realita bagi anggota keluarga yang mungkin menonton. 

Berharap juga film serinya bisa memantik ide para pembuat film Muslim di berbagai belahan dunia untuk merespons dengan karya. Warna Pictures -- sebuah rumah produksi di Tanah Air, sempat mengangkat isu anak-anak Palestina lewat film Hayya yang meraih Excellence Award dari Sinematek Indonesia, Yayasan Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail. Sebagian adegan diambil langsung dari Negeri Baitul Maqdis. 

Semoga lebih banyak isu kemanusiaan atau realita di lapangan atas perjuangan saudara-saudara kita di Palestina, bisa disuarakan dan menghasilkan karya yang menggugah kecintaan dan pembelaan lebih hebat untuk Palestina. 

Bagian dari edukasi yang khususnya dibutuhkan bagi anak dan remaja kita hingga semoga tak ada lagi yang justru menjadikannya konten yang melecehkan, alih-alih membangun empati terhadap musibah kemanusiaan yang terjadi di sana dan menggerakkan berbagai gelombang demonstrasi di segenap penjuru dunia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat