Ilustrasi kegiatan UMKM di masa pandemi. | Dok Telkomsel

Inovasi

Ketahanan Ekonomi Berkat Teknologi

Salah satu transformasi yang berhasil menolong UMKM adalah bergabung dengan online marketplace.

Dunia daring, menjadi semakin bergairah selama pandemi bergulir. Kegiatan ekonomi yang berlangsung di dunia maya, seakan menjadi napas baru, ketika aktivitas fisik kita dibatasi untuk mencegah penularan Covid-19.

NeuroSensum, perusahaan riset konsumen berbasis neurosains dan kecerdasan artifisial, memaparkan hasil studi kualitatif mengenai peran loka pasar dalam membantu UMKM bertahan selama pandemi. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan secara virtual ke sejumlah pelaku UMKM di Tanah Air, terungkap lini penjualan luring mereka mengalami penurunan.

Tren ini berbanding terbalik dengan penjualan daring mereka yang justru meningkat. Salah satu pedagang pakaian di Tanah Abang, Samuel mengungkapkan, saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diberlakukan sekitar triwulan 1 2020 bisnisnya terancam gulung tikar

Menurut Samuel, tanpa digitalisasi, terbuka kemungkinan besar usahanya akan langsung gulung tikar. “Waktu PSBB Tanah Abang ditutup, barang yang saya timbun sampai 10 meter, kalau nggak ada online saya bangkrut,” ujarnya.

Padahal, UMKM telah berjasa besar menyelamatkan Indonesia dari dua krisis ekonomi besar, yaitu krisis ekonomi 1998 dan 2008. UMKM, yang sejatinya adalah usaha dari rakyat untuk rakyat, sekali lagi diharapkan mampu membantu menahan laju penurunan pertumbuhan ekonomi di masa pandemi ini.

Associate Director Neurosensum Indonesia, Grace Oktaviana menjelaskan, dalam studi kali ini, Neurosensum menjumpai beberapa tantangan yang dihadapi oleh teman-teman UMKM. “Pandemi memang mempengaruhi sistem bisnis mereka, artinya mereka harus berpikir dengan cepat bagaimana bertransformasi secara digital. Salah satu transformasi yang berhasil menolong mereka adalah bergabung dengan online marketplace sehingga dari sisi penjualan mereka bisa bertumbuh,” ujar Grace.

Namun, di sisi lain ada pula tantangan yang dihadapi para pelaku UMKM di Indonesia. Dari temuan yang terkumpul, terdapat tiga tantangan utama yang masih jadi kendala bagi perkembangan mereka.

Dua di antaranya sejalan dengan temuan yang disoroti oleh Menteri Koperasi (Menkop) dan UKM, Teten Masduki. Pertama, adalah tantangan edukasi dan pendampingan.

Fitur-fitur yang ada di dalam aplikasi online marketplace perlu dioptimalkan penggunaannya agar penjual mendapat manfaat optimal dari platform yang digunakan. Terkait tantangan pendampingan ini, para pelaku UMKM merasa edukasi penjual, salah satunya yang diberikan oleh Shopee, merupakan bentuk pendampingan yang amat membantu.

Salah satu contoh riilnya adalah dukungan pemasaran produk melalui penjelasan bagaimana para UMKM ini dapat menganalisis tren melalui fitur di Shopee. Dengan demikian, para penjual dapat mengetahui produk apa yang sedang dan akan tren di pasar.

Kedua, yaitu tantangan dari sisi operasional untuk meningkatkan kapasitas produksi. Sebagaimana yang ditekankan oleh Menkop UKM, UMKM memerlukan fasilitas yang memadai untuk produksi dan penyimpanan barang dalam skala yang lebih besar.

Dengan volume penjualan yang terus meningkat dan perputaran pesanan yang cepat dari platform daring, pelaku UMKM perlu menyeimbangi dengan cara pencatatan stok dan pengemasan barang yang baik sehingga kepuasan pelanggan dapat terjaga. Seiring dengan bertambahnya jumlah pesanan, pelaku UMKM pun menemui kendala dalam mencari lahan baru untuk menyimpan stok dagang mereka.

Salah satu pedagang kerudung di Probolinggo, Alif mengungkapkan, ia saat ini mengalami kendala di pergudangan. “Gudangnya nggak muat. Rumah saya sendiri sudah full buat stok manual. Terus saya ngontrak di sebelah rumah punya saudara,” ujarnya.

Ketiga, UMKM juga harus dapat mengatasi tantangan dari segi sumber daya manusia (SDM). Pengembangan SDM tidak hanya dari sisi kuantitas, namun UMKM juga harus mempersiapkan SDM yang kompeten.

Tren Ramadhan

photo
Karyawan menata produk makanan yang dijual di M block Market, Jakarta, Ahad (14/3). M block market merupakan sebuah konsep toko kelontong yang berbeda dan unik yang meliliki misi untuk menjadi sebuah etalase premium yang memajukan brand lokal. M block market menjual 70 persen berbagai produk buatan dalam negeri dalam rangka mendukung program pemerintah mendukung kemudahan berusaha bagi UMKM.Prayogi/Republika. - (Prayogi/Republika.)

Saat Ramadhan, lokapasar menjadi salah satu tujuan para konsumen untuk berbelanja kebutuhan mendukung aktivitas selama puasa. Berbagai pelaku usaha telah mempersiapkan stok yang lebih banyak dan manpower untuk menghadapi pesanan yang seringkali membludak.

Berkaca pada Ramadhan  silam yang juga terimbas pandemi, aktivitas e-dagang menjelang bulan puasa 2021 kurang lebih sama. Marketplace, seperti Shopee, berupaya menaikkan pesanan dengan sejumlah promo dan gratis ongkir.

Setidaknya cara ini terbukti secara efektif meningkatkan order atau volume penjualan usaha mereka. Dengan meningkatnya volume penjualan, hal tersebut diharapkan memberi kontribusi positif terhadap perputaran roda ekonomi Indonesia.

Hasil Neurosensum Ramadhan Survey 2021 menyebutkan, sinyal peningkatan pembelian yang dilakukan oleh konsumen menjelang Ramadhan. Aktivitas belanja daring pada masa Ramadhan 2021 akan meningkat menjadi 37 persen dari tahun sebelumnya sebesar 33 persen.

Sebanyak 48 persen memilih belanja kebutuhan sehari-hari secara daring saat Ramadhan 2021, Sementara 33 persen konsumen membeli barang-barang selain barang kebutuhan sehari-hari.

Angka tersebut dipengaruhi oleh kecemasan konsumen untuk berbelanja luring dan memilih untuk tetap di rumah karena pandemi yang belum mereda. Selain itu, keberadaan kanal belanja daring kini juga menjadi cukup penting bagi keseharian konsumen.

Neurosensum Annual Ramadhan Spending Tracker 2021 menyebutkan, 82 persen konsumen berupaya menemukan barang yang mereka cari, 80 persen melakukan riset produk, 69 persen mencari diskon, dan 66 persen melakukan pembelian produk. 

Perempuan, Tulang Punggung Perekonomian 

Dalam beberapa tahun terakhir, industri UMKM di Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan, terutama dalam hal partisipasi para perempuan yang memulai usaha mandiri di berbagai bidang. 

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2018, jumlah UMKM yang dikelola perempuan mencapai 64,5 persen dari total UMKM yang ada di Indonesia, atau mencapai 37 juta UMKM. Angka ini diyakini terus meningkat, terlebih selama pandemi.

Berdasarkan laporan Women Will dari Google, 40 persen perempuan berusia 25-34 tahun di Indonesia saat ini, lebih memilih mendirikan perusahaan sendiri daripada bekerja di perusahaan milik orang lain. Senada, dalam riset Sasakawa Peace Foundation, Indonesia bersama Thailand dinobatkan menjadi negara penyumbang jumlah pengusaha perempuan tertinggi di Asia Pasifik. 

Jika partisipasi perempuan terus ditingkatkan hingga mencapai 20 persen, diperkirakan bahwa Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia (PDB) bisa meningkat signifikan hingga Rp26 ribu triliun atau USD 1,8 triliun pada 2030.

Kemajuan teknologi digital menjadi salah satu pendorong utama dari tren positif ini. Riset McKinsey memaparkan, UMKM yang dijalankan oleh para perempuan menghasilkan 35 persen pendapatan melalui lokapasar. Jumlah ini lebih besar dibandingkan porsi 15 persen dari luring. 

Josephine Siswanto selaku Owner and Managing Director of Less For More, dan Astri Zakiyyah, Owner of BWBYAZ, merupakan contoh perempuan Indonesia yang merasakan betul kemudahan memulai bisnis daring di era digital masa kini. Melalui kolaborasi bersama e-commerce enabler Sirclo, mereka berhasil membesarkan lini fesyennya dengan pertumbuhan pembelian yang konsisten. 

Menurut Josephine, walaupun saat ini sudah ada platform marketplace ataupun media sosial, kami percaya bahwa kehadiran website sangatlah penting untuk menjaga kepercayaan pelanggan dan menonjolkan identitas jenama secara lebih kuat. “Ketika pelanggan memiliki trust, maka mereka akan langganan jangka panjang, sehingga customer service benar-benar harus dioptimalkan untuk melayani dan menjawab pertanyaan mereka sebaik mungkin,” ujarnya. 

photo
Ilustrasi pemanfaatan fasilitas dari e-commerce enabler, Sirclo. - (Dok Sirclo)

Sirclo merupakan perusahaan e-commerce enabler di Indonesia yang membantu para jenama berjualan daring melalui ragam solusi, diantaranya Sirclo Store, Sirclo Commerce, dan Icube by Sirclo. Sirclo Store merupakan teknologi pembuatan toko daring instan, sekaligus memberikan solusi bagi jenama untuk memiliki situs resmi agar pelanggan dapat bertransaksi secara daring.

Seiring perkembangan kebutuhan untuk berjualan di berbagai kanal daring sekaligus, melalui satu dasbor manajemen yang terpadu, Sirclo Store kini memiliki fitur Marketplace yang dapat mengelola penjualan jenama di marketplace. Selain itu, ada pula fitur Chat Commerce yang terintegrasi dengan WhatsApp Business API.

Untuk memudahkan operasional sehari-hari, Josephine mengandalkan dua fitur Sirclo Store, yakni Website untuk mengelola penjualan daring dari situs resmi shoplessformore.com dan Marketplace untuk mensinkronisasi penjualan dari Tokopedia dan Shopee.

Sementara itu, Astri menggunakan fitur Website pada Sirclo Store untuk meningkatkan kepercayaan pelanggan, kredibilitas merek, serta jangkauan penjualan agar dapat menarik pelanggan dari luar negeri. Ia juga memanfaatkan fitur Chat Commerce untuk membantu tim di balik brand BWBYAZ agar dapat membalas pertanyaan pelanggan dengan lebih cepat dan efisien.

Sirclo telah mendukung lebih dari 100 ribu jenama untuk mengembangkan bisnisnya secara daring. Angka tersebut mencakup jenama dari skala UMKM hingga enterprise seperti Unilever, Reckitt Benckiser, L'Oréal, dan Levi's.

Menurut Founder dan Chief Executive Officer dari Sirclo, Brian Marshal, dari lima jenama tersukses di Sirclo Store saat ini, tiga di antaranya dimiliki oleh perempuan. “Ini merupakan kebanggaan bagi kami, dimana kami melihat para perempuan Indonesia dapat menjadi ujung tombak kemajuan UMKM berbasis digital,” ujarnya. 

Ia pun berharap akan semakin banyak perempuan Indonesia yang siap terjun menjadi entrepreneur dan mewujudkan ide-ide terobosan dan memulai usaha daringnya sendiri.  

Mempersiapkan Tools yang Tepat

photo
Warga menggunakan perangkat elektronik untuk berbelanja daring di salah satu situs belanja daring di Bogor, Jawa Barat, Rabu (24/2/2021). Asosiasi e-Commerce Indonesia (IDEA) menyebutkan peningkatan tren belanja daring di masa pandemi COVID-19 diharapkan bisa menjadi pendorong penguatan ekonomi Indonesia terutama dari sektor UMKM. - (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

Keberadaan online marketplace saat ini memiliki peran penting dalam pertumbuhan dan keberlanjutan UMKM di Indonesia. Dengan memanfaatkan fitur dan layanan yang disediakan oleh online marketplace, UMKM dapat terus tumbuh dengan lebih baik lagi.

COO Pempek Rama, Ruth Nathania menjelaskan, Pempek Rama dibangun oleh pasangan suami-istri dari Palembang di Bandung. Mereka telah melewati jatuh bangun dalam mengelola usaha ini selama 33 tahun.

Namun, semua sistem kasirnya masih ditulis di kertas. Menurutnya, hal tersebut sangat tidak efektif. Jadi, misalkan ada pelanggan yang mengambil kerupuk atau minum banyak berpotensi tidak terhitung.

Hal ini karena semuanya berdasarkan penglihatan mata saja. Tidak ada sistem yang kuat untuk lebih efektif.

Ruth kemudian  mengenal Qasir. Ia juga mulai mempelajari dan mencari tahu tentang Qasir. “Jadi orderan pertama datang, terus kita input semua orderannya, sudah kayak gitu. Mulai dikerjakan dan langsung di-payment,” ujarnya.

Dengan begitu, tidak ada barang yang terlewat untuk dihitung. Jauh sebelum pandemi, Ruth mengatakan Pempek Rama sudah memiliki pempek vakum.

Tetapi, masih kurang peminat sehingga Ruth terus mempromosikannya di Instagram dan WhatsApp.  Ketika pandemi, pempek vakum Pempek Rama mulai dilirik konsumen.“Dulu belum terlalu dilirik’, tapi waktu pandemi ini terus jadi orang ‘Pempek Rama ada pempek vakum lho’. Orang mau karena lebih higienis,” ujarnya menjelaskan.

Pengalaman bergelut dengan usaha di tengah pandemi juga dilakukan owner Cwi Mie Sam Ali, Fanni Supenda. Awalnya karena Fanni dan suami adalah orang Malang dan tidak memungkinkan mudik di saat pandemi.

Karena rindu dengan kampung halaman, akhirnya suami Fanni memasak cwi mie untuk dikonsumsi di rumah, Selain itu, hasil masakannya juga dibagikan ke beberapa teman dari Malang yang tidak bisa pulang kampung.

Teman-teman Fanni menyukai cwi mie tersebut dan justru mereka yang mendukung Fanni serta suami untuk membuka preorder. “Awalnya aku sama suami juga belum pernah bisnis kuliner, terus dari situ ya sudah Bismillah kita open PO untuk pertama kali dan waktu itu hanya untuk weekend saja. Alhamdulillah kan lama-lama permintaannya meningkat,” kenangnya.

Saat masa membuka pre-order, Fanni berpromosi melalui media sosial. Kemudian setelah memiliki kios, Fanni mulai menggunakan Qasir.

Menurutnya, waktu awal-awal pencatatan keuangan itu masih agak berantakan. Dimana uang untuk jualan, bercampur dengan uang prinadi.

Tapi, setelah pencatatan dilakukan di Qasir, Fanni jadi mendapat gambaran yang lebih jelas. Berapa uang yang masuk untuk usahanya karena tercatat lebih detail. “Fitur-fitur lainnya juga membantu. Misalkan, kita kan biasa menyediakan untuk makan siang atau untuk acara, itu sudah bisa ada struknya dan tampilannya bisa disesuaikan sama yang kita inginkan,” katanya lagi. 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat