Ibunda dari Rasheed Abu Arra menangisi jenazah anaknya yang gugur ditembak tentara Israel di Aqqaba dekat Tubas, Tepi Barat, pekan lalu. | REUTERS/Raneen Sawafta

Kabar Utama

Akankah Israel Terus Dibiarkan?

Pemerintah Indonesia mengajak OKI bersatu menghentikan agresi Israel terhadap Palestina.

Sudah sepekan Israel menggencarkan serangan militer ke Palestina. Meski sudah begitu banyak korban berjatuhan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tak menunjukkan gelagat mengendurkan serangan. Ia justru dengan tegas menyatakan, operasi militer belum selesai. 

"Kami masih di tengah-tengah operasi ini. Masih belum selesai dan operasi ini akan terus berlanjut selama diperlukan," kata Netanyahu dalam pidato yang disiarkan televisi, akhir pekan lalu. 

Dalam kesempatan itu, ia menyalahkan Hamas yang disebutnya memulai pertempuran dengan menembakkan roket ke Israel pada Sabtu (15/5). Netanyahu juga menyebut, terus berupaya menghindari korban sipil.

Ucapan Netanyahu untuk menghindari korban sipil tak sesuai kenyataan. Rudal Israel telah menghancurkan rumah-rumah warga, gedung perkantoran, hingga kamp pengungsian warga Palestina. Sebanyak 10 anggota keluarga Palestina yang terdiri atas dua wanita dan delapan anak tewas dalam serangan udara Israel ke kamp pengungsi Shati di Jalur Gaza. 

"Istri dan empat putra saya bernama Suheib, Yahya, Abdelrahman, dan Wisam, semuanya tewas. Tapi, tersisa satu putra saya yang masih bayi. Alhamdulillah, saya masih punya Omar," kata salah satu warga Palestina Mohammed al-Hadidi dikutip dari Aljazirah, Sabtu (15/5).

Kementerian Kesehatan Palestina menyampaikan, hingga Ahad (16/5), sebanyak 174 warga Gaza, 47 di antaranya anak-anak, meninggal akibat serangan Israel. Sementara, korban luka mencapai 1.200 orang.

Apa pun alibi yang dikeluarkan Israel atas serangan mereka, ini sudah melampaui batas-batas kemanusiaan. Dunia internasional, tak terkecuali Indonesia, tak bisa tinggal diam. 

Warga Palestina sangat menantikan dukungan. Jika tak ingin membantu karena permasalahan politik kedua negara, bantulah atas alasan kemanusiaan. 

photo
Warga Palestina menghadiri prosesi pemakaman  dua perempuand dan delapan anak-anak anggota keluarga Abu Hatab di Gaza City, Sabtu (15/5/2021). - (AP Photo/Khalil Hamra)

Presiden Joko Widodo telah bersuara dan meminta agar agresi Israel ke Palestina segera dihentikan. "Indonesia mengutuk serangan Israel yang telah menyebabkan jatuhnya ratusan korban jiwa, termasuk perempuan dan anak-anak. Agresi Israel harus dihentikan," ujar Presiden dalam cuitan di akun Twitter resminya, Sabtu (15/5) sore.

Kepala Negara dalam beberapa hari terakhir juga intensif berkomunikasi dengan sejumlah pemimpin dunia untuk membahas konflik antara Israel dan Palestina. 

Rudal saat sujud

Warga Gaza mengisahkan bahwa mereka hidup dalam ancaman terus menerus beberapa hari terakhir. Abeer Z Barakat, seorang warga Central Gaza, menuturkan, tak ada tidur nyenyak di Gaza belakangan. 

"Baru dua jam kami tidur, tiba-tiba 'bum!' jatuh bom Israel tak jauh dari rumah kami,” kata dia dalam wawancara dengan Republika, akhir pekan lalu. 

Ia juga menuturkan, sering kali roket Israel jatuh di Gaza pada waktu-waktu shalat wajib. "Pernah sekali waktu roket jatuh di dekat rumah kami saat kami sedang bersujud. Itu sujud paling indah yang pernah saya rasakan," kata Abeer menjelaskan ketenangan hatinya saat itu.

Mengingat ancaman itu, menurut Abeer, ia memilih tidur dengan hijab lengkap karena bom-bom militer Israel terus berjatuhan. Menurutnya, itu ia lakukan karena ingin tetap dalam keadaan tertutup jika meninggal tiba-tiba akibat serangan Israel. 

Abeer mengaku, tak ingin auratnya terbuka seandainya gugur dalam pengeboman dan disoroti dunia. "Kami belajar dari pengeboman 2014. Saat itu, perempuan dan gadis remaja terekam dalam piyama dan gaun malam saat pengeboman," Abeer melanjutkan. "Dan kami selalu berdoa, jika terbunuh, kami meninggal sebagai syuhada," ujarnya.

Dalam perbincangannya dengan Republika, ia juga menyangkal klaim Israel bahwa serangan ke Gaza merupakan reaksi dari Israel atas roket-roket Hamas. "Mulanya kami di Masjid al-Aqsha (pada penyerangan akhir Ramadhan lalu) meminta bantuan pimpinan di Gaza. 'Tolong kami, kami terkepung,’" ia menuturkan.

Ia melanjutkan, pimpinan Hamas kemudian menjawab permintaan tolong itu dengan ancaman bagi pasukan Israel untuk meninggalkan al-Aqsha sekurangnya pukul 18.00 pada Senin (7/5) jika tak mau roket meluncur ke Tel Aviv. Ultimatum itu tak digubris Israel sehingga roket diluncurkan dan dibalas pengeboman yang sejauh ini mengakibatkan seratusan korban jiwa, termasuk anak-anak. "Jadi, ini bukan reaksi. Ini kesempatan yang sudah mereka (Israel) tunggu- tunggu," kata Abeer.

photo
Asap dampak serangan udara Israel yang menyasar sebuah gedung di Kota Gaza, pekan lalu. - (AP Photo/Hatem Moussa)

Warga Indonesia yang berada di Gaza, Abdillah Onim, mengatakan, saling serang rudal antara Israel dan pejuang Palestina masih berlangsung. Di tengah banyaknya korban berjatuhan, bantuan kemanusiaan dari luar belum bisa masuk ke wilayah Jalur Gaza. 

Onim yang juga penggagas Nusantara Palestina Center (NPC) menyampaikan, kondisi di rumah sakit juga makin buruk. "Para petugas medis melayani pasien Covid-19 dan korban agresi Israel. Sebelumnya, sehari bisa ada 300 orang kasus baru dan lima sampai sepuluh orang yang meninggal,” ujar dia.

Ia mengatakan, NPC pada akhir pekan lalu telah menyalurkan bantuan obat-obatan yang bersifat sangat darurat di Rumah Sakit As-Syifa. Di antaranya, obat pembiusan, cairan infus, antibiotik, obat penghilang rasa sakit, dan lain-lain. 

photo
Perempuan Palestina memberi makan Omar Al-Hadidi, satu-satunya yang selamat di antara saudara-saudaranya yang gugur dalam pengeboman di Gaza, Sabtu, (15/5/2021). - (REUTERS/Mohammed Salem)

OKI bersatu

Pemerintah Indonesia mengajak Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk bersatu mengupayakan penghentian agresi Israel terhadap Palestina. Hal tersebut diserukan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat menghadiri pertemuan khusus OKI secara virtual pada Ahad (16/5).

Pertemuan itu dihadiri 16 menteri dan wakil menteri luar negeri negara-negara anggota OKI dan wakil dari negara OKI lainnya. Pertemuan digelar secara khusus untuk membahas agresi Israel di wilayah Palestina, khususnya, al-Quds al-Syarif atau Yerusalem dan Jalur Gaza.

Retno dalam kesempatan itu mengaku menyampaikan tiga langkah kunci. Retno menjelaskan, langkah pertama adalah memastikan adanya pertemuan dan persatuan di antara negara anggota OKI.

Menurutnya, persatuan di antara semua pemangku kepentingan di Palestina juga harus dikedepankan. Tanpa adanya persatuan, kata Retno, OKI tidak akan mampu menjadi penggerak bagi dukungan internasional untuk Palestina.

Langkah kedua, lanjut dia, OKI harus mengupayakan terciptanya gencatan senjata secepat mungkin. Menurut Retno, negara anggota OKI harus menggunakan pengaruhnya.

Adapun langkah ketiga adalah OKI didorong tetap fokus membantu kemerdekaan bangsa Palestina. Terkait hal ini, OKI diminta berupaya lebih keras untuk mendorong dimulainya kembali negosiasi multilateral. "Itu termasuk berpedoman pada parameter yang telah disetujui secara internasional dan dengan tujuan mencapai perdamaian berdasarkan prinsip solusi dua negara," kata Retno.

Negara-negara Islam saat ini sudah mulai bergerak. Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan dan Menlu Mesir Sameh Shoukry dikabarkan telah melakukan percakapan via telepon untuk membahas situasi di Jalur Gaza pada Sabtu (15/5). Mereka menyerukan agar Israel dan Hamas segera menerapkan gencatan senjata.

Menurut laporan Saudi Press Agency (SPA), Pangeran Faisal dan Shoukry sepakat gencatan senjata segera diperlukan. Selain itu, mereka meminta komunitas internasional melawan praktik agresif Israel terhadap rakyat Palestina.

UAE sebagai salah satu negara Arab yang telah membuka hubungan diplomatik dengan Israel mengungkapkan keprihatinan atas meningkatnya kekerasan antara Israel dan Palestina. “Kami menyampaikan belasungkawa kepada semua korban dan bergabung dengan yang lain untuk menyerukan penghentian segera kekerasan dan permusuhan,” kata Menlu dan Kerja Sama Internasional UEA Al-Nahyan dilansir Arab News. 

UEA meminta semua pihak untuk segera mengambil langkah-langkah, seperti gencatan senjata, memulai dialog politik, dan menahan diri secara maksimal.

Menteri Hak Asasi Manusia Pakistan Shireen Mazari mengecam serangan yang dilakukan Israel di Jalur Gaza. Mazari mengungkapkan bahwa kekerasan yang terjadi bukan sebuah konflik, melainkan pembantaian. Ia pun secara khusus menyebut nama Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam pernyataannya tersebut.

"Yang terhormat Sekretaris Jenderal (Sekjen PBB Antonio Guterres), ini bukan sebuah konflik, melainkan sebuah pembantaian," ujar Mazari melalui akun Twitter pribadinya, seperti dilansir Middle East Monitor.

Pada Jumat, Guterres menyerukan deeskalasi dan penghentian peperangan yang terjadi antara Palestina dan Israel. Guterres mengatakan, ada terlalu banyak warga tak bersalah yang harus gugur dalam konflik ini.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat