Warga Palestina di Yerusalem saat hendak memasuki kawasan suci Masjid al-Aqsha, beberapa hari lalu. | DOK REUTERS Ammar Awad

Internasional

Testimoni dan Doa Perdamaian untuk Yerusalem

Tujuan acara ini untuk menyuarakan perdamaian dan doa baik untuk Yerusalem.

 

JAKARTA -- Dalam suasana memanasnya hubungan Palestina-Israel, digelar Yerusalem Day atau Hari Yerusalem atau Yom Yom Yerushalayim pada 10 Mei 2021 lalu. Tujuan acara ini untuk menyuarakan perdamaian dan doa baik untuk Yerusalem melalui webinar.

Dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Sabtu (15/5), acara ini dihadiri oleh Niruban Balachandran (Amerika Serikat), Bassem Eid (Palestina), Rabbi Yehudah Glik dan Elazar Nudell (Israel), Elisheva Stoors, Abigil, dan Yokhanan Elyaho (Eits Chaim Indonesia), Leo Yuwono (Bnai Noah Indonesia), serta kalangan ulama muda Nahdlatul Ulama, yaitu KH Asnawi Ridwan, KH Mukti Ali Qusyairi, Kiai Ajengan Saepullah, KH Roland Gunawan, dan Kiai Achmat Hilmi.

Perwakilan Eits Chaim Indonesia, Elisheva Stross menyatakan, hal terpenting untuk mencapai perdamaian adalah memandang hanya kepada Tuhan pencipta semesta alam. “Ironis sekali mengapa kota paling suci di dunia ini juga menjadi pusat rebutan beberapa bangsa atau agama. Alasannya hanya satu, yaitu karena menurut Torah Tuhan, takhta Tuhan ada di Yerusalem," katanya.

Kiai Mukti Ali Qusyairi menyatakan, ada beberapa kata kunci terkait Yerusalem atau al-Quds. Pertama, Yerusalem adalah ardhun mubarak (bumi yang diberkahi Tuhan). Keberkahan artinya bertambahnya kebaikan atas kebaikan yang lain (ziyadat al-khair ‘ala al-khair). "Tuhan mempersembahkan Yerusalem untuk kebaikan bagi umat manusia," papar Kiai Mukti.

Kedua, lanjutnya, Yerusalem sebagai simbol, perlambang atau dalam bahasa Jawa disebut sasmito, yang mengandung makna, yang harus ditafsirkan oleh semua pihak yang merasa memiliki. Makna itu seberapa luas, seberapa dalam, dan seberapa jauh, bergantung kita yang menafsirkan dan membacanya.

"Pemaknaan kita terhadap Yerusalem ini tentu sangat penting untuk kehidupan bersama, untuk cita-cita bersama sesuai dengan nama Yerusalem sendiri adalah al-Quds," papar Kia Mukti.

photo
Tangkapan layar acara Testimoni dan Doa Perdamaian untuk Yerusalem, 10 Mei 2021. - (Istimewa)

Al-Quds seakar kata dengan taqdis dan muqadas yang artinya suci atau kudus. Kesucian Yerusalem itu, jelas Kiai Mukti, mesti dijaga agar sesuai dengan namanya: suci dari pertumpahan darah, suci dari kekerasan, dan suci dari berita-berita hoax yang menyesatkan seluruh umat manusia.

Menurut Kiai Mukti, ada banyak berita yang perlu mendapatkan konfirmasi agar tidak terbawa dan terprovokasi berita yang kebenarannya masih belum pasti. "Siapa saja yang merasa memiliki Yerusalem wajib menjaga kesucian atau kekudusannya. Niat untuk menjaga kesucian Yerusalem itu sendiri adalah pahala," jelasnya. 

Ketiga, papar Kiai Mukti, Yerusalem adalah perlambang atau sasmito bagi keluarga Ibrahim yang meliputi pengikut Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Ya’qub, Nabi Nuh, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad. Keluarga Ibrahim selalu disebut oleh umat Islam di setiap ibadah shalat, sebuah ibadah yang paling sakral.

Disebutkan “wa barik ‘ala Sayyidina Ibrahim wa ‘ala ali Sayyidan Ibrahim” (Salam sejahtera penuh keberkahan untuk Baginda kami ibrah dan untuk keluarga baginda Ibrahim). Jadi keluarga Ibrahim selalu didoakan oleh umat Islam di dalam shalat-shalatnya.

 
Siapa saja yang merasa memiliki Yerusalem wajib menjaga kesucian atau kekudusannya. Niat untuk menjaga kesucian Yerusalem itu sendiri adalah pahala
Kiai Mukti Ali Qusyairi
 

Jika umat Islam meresapi kata ali Ibrahim dipanjatkan di dalam shalat, maka mereka akan menghormati seluruh keluarga Ibrahim, dari pengikut Nabi Musa, yakni kalangan Yahudi; pengikut Nabi Isa, yakni kalangan Kristen' dan kalangan pengikut Nabi Muhammad dari golongan Muslim. "Saling menghormati,” tutur Kiai Mukti. 

Dalam keyakinan Islam, katanya, agama-agama Ibrahim adalah al-hanifiyah as-samhah, yaitu agama yang lurus, tulus, dan toleran. Toleransi (as-samhah) itu meniscayakan menerima perbedaan, menerima the others (yang lain), dan menyelesaikan segala persoalan di meja perundingan dan berdasarkan musyawarah, bukan berdasarkan kekerasan.

Sebab, kekerasan itu sejatinya sifat kebinatangan yang ada di dalam manusia yang mestinya ditinggalkan agar menjadi manusia seutuhnya. Demi menjadi manusia seutuhnya cara satu-satunya adalah dengan menghindari kekerasan. "Lantaran kekerasan itu mengakibatkan manusia turun derajat dari manusia ke hewan atau binatang," kata Kiai Mukti.

photo
Seorang pria Muslim melaksanakan shalat setelah berbuka puasa di tempat parkir di kota campuran Yahudi Arab, Jaffa, dekat Tel Aviv, Israel, Ahad (10/5/2020). (AP Photo/Oded Balilty) - (AP Photo/Oded Balilty)

Kepada siapa pun dan oleh siapa pun kekerasan tidak boleh dilakukan. Kekerasan, lanjutnya, hanya bisa dilakukan jika dalam keadaan darurat, membela diri dari sikap destruktif yang dilancarkan pihak lain. Perdamaian harus terus diikhtiarkan.

Semua pihak harus berikhtiar mewujudkan perdamaian bagi Yerusalem dengan napas panjang. Sebab, ada pihak-pihak yang lebih memilih menjadi provokator yang tidak menginginkan terciptanya perdamaian. "Semoga para provokator insaf bahwa jalan yang ditempuhnya adalah salah, dan perdamaian adalah jalan satu-satunya yang benar. Mestinya segenap masyarakat Palestina dan Israel bangga dan bersyukur atas tanah Yerusalem dari Tuhan,” kata Kiai Mukti menjelaskan. 

Adapun Bassam Eid menyayangkan konflik antara Israel-Palestina ini. Para ekstremis dari Israel maupun Palestina yang enggan berdamai. Akibat hal ini, semua orang saling menuduh, sementara Yerusalem menderita akibat ulah ekstremis tersebut. "Perkelahian ini mengganggu kekudusan Yerusalem," kata Bassam.

 
Perkelahian ini mengganggu kekudusan Yerusalem
BASSAM EID
 

Menurutnya, semua orang punya tempat di Yerusalem. Kita bisa lihat tempat kudus orang Yahudi, kita bisa lihat tempat kudus orang Muslim, dan kita juga bisa lihat tempat kudus orang Kristen. "Lalu buat apa berkelahi? Sayangnya banyak agenda politik saat ini, dan perebutan Yerusalem datang dari agenda politik tersebut," kata Bassam. "Dan ada pemimpin politik yang mendapat keuntungan karena itu."

Bassam mengungkapkan, semua orang punya hak untuk merayakan hari rayanya di Yerusalem. "Saya juga ingin berkata, Selamat Hari Yerusalem bagi semua teman Yahudi saya dan juga selamat Ramadhan untuk teman Muslim saya. Kenapa kita harus berkelahi kalau Tuhan sudah memberikan sebuah kota kudus bagi kita bersama?" kata Bassam.

Bassam melanjutkan, Yerusalem tidak layak menerima kekerasan ini. Yerusalem layak untuk dihormati, untuk menjadi kudus, dan menjadi kota damai di seluruh dunia. Semua orang ingin mengunjungi Yerusalem. Semua orang di seluruh dunia ingin tinggal dekat dengan kota ini.

photo
Sekelompok Muslim dan Yahudi saling bergandengan tangan membentuk lingkaran solidaritas di sekitar sinagog di Oslo, Norwegia, pada Februari 2015 lalu. - (DOK EPA HAKON MOSVOLD LARSEN )

"Sementara itu, kita yang tinggal di sini, yang kita lakukan hanya berkelahi dan tidak menghormati Yerusalem. Kita ada Masjid al-Aqsha, ada Tembok Barat, dan ada gereja Sepulchre," katanya.

Bassam mengungkapkan, kalau hari ini mau berdoa bagi Yerusalem, maka berdoalah supaya perkelahian ini segera selesai dan kekudusan dapat kembali ke kota ini. "Keinginan saya agar Yerusalem terus damai dan dapat menjadi rumah bagi semua bangsa, baik Muslim maupun lainnya. Karena kita adalah bersaudara," kata Bassam.

Semua pihak, katanya, harus belajar bagaimana cara hidup bersama, belajar saling mengampuni, dan saling mengasihi. "Jadi mari kita berdoa bagi Yerusalem. Damai bagi Yerusalem, damai bagi Indonesia, damai bagi Israel, damai bagi Palestina," katanya.

Rabbi Yehuda Glick semula berharap latar belakang perayaan Hari Yerusalem ini adalah perdamaian. Namun disayangkan ada kelompok ekstremis yang justru merusak suasana. Orang-orang itu tidak mewakili masing-masing agama.

 
Ada kelompok ekstremis yang justru merusak suasana. Orang-orang itu tidak mewakili masing-masing agama.
RABBI YEHUDA GLICK
 

"Tuhan mohon buka mata semua orang yang menyebarkan perdamaian dan buka mata mereka yang menyebarkan kebencian dan kekerasan agar mereka dapat menyebarkan kasih bukan kebencian, untuk memberikan kehidupan, bukannya kematian," kata Rabbi Yehuda. "Saya kirimkan berkat kepada semua kalian yang menyebarkan terang Tuhan ke dunia ini secara bersama-sama karena kebersamaan adalah kekuatan terbesar.”

Sementara itu, Kiai Asnawi Ridwan menyatakan, ada titik persamaan antara puasa dan lahirnya Kota Yerusalem, yakni sama-sama ingin menciptakan perdamaian. Perdamaian itu bisa terwujud kalau antar manusia itu bisa mengendalikan ego yang di dalam Islam disebut nafsu.

photo
Sejumlah pria Muslim melaksanakan shalat dengan menjaga jarak sosial setelah berbuka puasa, di tempat parkir karena masjid ditutup untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 selama Ramadhan, di kota campuran Yahudi Arab, Jaffa, dekat Tel Aviv, Israel, Ahad (10/5/2020). (AP Photo/Oded Balilty) - (AP Photo/Oded Balilty)

Kiai Asnawi mengungkapkan, musuh terbesar manusia adalah nafsu. Nafsu selalu mengajak kepada hal-hal yang tidak baik: mengajak pertengkaran, permusuhan, dan lainnya. Maka dari itu nafsu harus dikekang dengan cara berpuasa sembari menelaah dan merenungkan ajaran-ajaran Tuhan yang Maha Esa.

"Inilah sebenarnya titik penting bagi kita sebagai manusia yang dipercaya Tuhan diamanati sebagai khalifah atau manager di muka bumi ini untuk menciptakan perdamaian," paparnya.

 
Mari bersama untuk menghilangkan keserakahan, egoisme, dan keinginan melakukan huru-hara.
KIAI ASNAWI RIDWAN
 

Sebagai manusia biasa dalam rangka mencari jati diri, Kiai Asnawi mengajak bersama untuk menghilangkan keserakahan, egoisme, dan keinginan melakukan huru-hara. Sebaliknya, mesti kita kembali kepada fitrah, karakter keaslian manusia yang diciptakan pertama kali oleh Tuhan supaya mengemban misi kemanusiaan dan perdamaian di muka bumi.

"Mudah-mudahan perdamaian yang kita perjuangkan ini diijabah Tuhan dan memberikan kesadaran untuk sama-sama menghilangkan egoisme dan mengekang nafsu demi tercapainya perdamaian dan menjunjung tinggi asas kemanusiaan bersama,” katanya.

Leo Yuwono pun berharap agar tercipta perdamaian untuk Yerusalem. Leo pun menyampaikan, harapan agar pasca berakhirnya Covid-19 bisa saling berkunjung dan bertemu secara fisik. Acara ini difasilitatori oleh Niruban Balachandran dan dimoderatori oleh Elazar Nudell serta diterjemah oleh Abigil.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat