Petugas keamanan Kerajaan Arab Saudi berjaga di depan Kabah, Makkah, Selasa (5/5). Selama pandemi Covid-19 kerajaan Arab Saudi menutup akses kedua masjid suci dari umum | Saudi Press Agency/Handout via Reuters

Kitab

Tarikh Ka’bah, Mengupas Penjaga Baytullah

Baytullah atau Ka'bah adalah penyatu umat Islam dengan berbagai latar belakang kesukuan dan kenegaraan.

Jutaan orang selalu mengumandangkan zikir, memuja keagungan Allah di Masjid al-Haram. Mereka selalu berjalan mengelilingi satu bangunan tua, Ka’bah. Bangunan yang didirikan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail ini menjadi kiblat seluruh umat Islam.

Sejarah Ka’bah berisikan pelajaran berharga bagi manusia di berbagai zaman. Setelah dibangun Ibrahim dan Ismail, Ka’bah menjadi ‘rebutan’ sejumlah kabilah Arab. Mereka berlomba-lomba untuk melindungi bangunan suci tersebut. Namun, setelah mendapatkan kewenangan untuk menjaga rumah Allah itu, ternyata mereka justru menjadikan Ka’bah dikelilingi berhala.

Bagaimana hal itu bisa terjadi? Prof Ali Husni al-Kharbuthli dalam bukunya Tarikh Ka’bah menjelaskan permasalahan tersebut. Ka’bah merupakan bangunan yang berperan penting dalam kehidupan sosial, kultural, politik, dan keilmuan masyarakat Arab dan Islam pada umumnya.

Sejarah mencatat Ibrahim dan Ismail sebagai pembangun Ka’bah. Malaikat Jibril juga ikut berperan dalam hal itu dengan membawa Hajar Aswad dan memancarkan mata air Zam Zam untuk membantu Ismail dan ibunya. Sejak itu, di tengah lahan tandus dan kering, masyarakat dapat menikmati air bersih yang airnya tak pernah habis hingga detik ini.

Semenjak itu Makkah berkembang. Banyak orang berdatangan untuk berhaji, mengelilingi Baytullah. Mereka mengumandangkan asma Allah dengan kekhusyuan. Selain banyak orang berhaji, banyak juga masyarakat yang berdagang dan berbisnis di sekitarnya untuk mendukung pelaksanaan ibadah tersebut. jamaah haji dapat membeli makanan yang dijajakn masyarakat di sekitar Ka’bah.

 
Orang yang bertugas menjaga Ka’bah pertama kali berasal dari Kabilah Jurhum.
 
 

Orang yang bertugas menjaga Ka’bah pertama kali berasal dari Kabilah Jurhum. Mereka adalah kelompok masyarakat yang berpengaruh, karena sangat mewarnai kehidupan politik dan ekonomi masyarakat Makkah.

Setelah mereka ada Kabilah Khuza’ah yang menjaga bangunan kubus tersebut. Di tangan merekalah Ka’bah tak lagi menjadi tempat manusia mengumandangkan keesaan Allah. Kabilah inilah yang menyebabkan Ka’bah menjadi tempat orang-orang menyembah berhala.

Yang terparah adalah pada masa kepemimpinan Qarsyi. Semakin banyak berhala yang diletakkan di sekitar Ka’bah. Di sana masyarakat tak lagi melaksanakan ritual keislaman, tapi membangun budaya kemusyrikan.

Masyarakat Arab tak tinggal kilab, tokoh bernama Qushay bin Kilab muncul menyatukan suku-suku Arab untuk memerangi Qarsyi. Berhasil. Kabilah Khuza’ah tak lagi berhak mengelola Ka’bah. Kali ini Quraisy yang berwenang menjaganya.

 
Kabilah Khuza’ah tak lagi berhak mengelola Ka’bah. Kali ini Quraisy yang berwenang menjaganya.
 
 

Meski sudah dipegang suku Quraisy, permasalahan seputar Ka’bah ternyata tidak selesai. Adalagi tantangan baru. Di bawah kepemimpinan Abdul Muthalib, suku Quraisy yang menjaga Ka’bah harus berhadapan dengan pasukan Habasyah (pasukan gajah). Mereka ingin menghancurkan Ka’bah dan mengalihkan budaya beribadah masyarakat di sana ke gereja di Shana’a. Perintah itu disampaikan oleh penguasa zalim ketika itu Abrahah al-Asyram.

Namun ambisi itu tak tercapai. Allah menurunkan bala bantuan. Tak hanya manusia, alam pun tergerak untuk bertempur. Allah menurunkan burung Ababil  yang membawa batu panas untuk menghabisi pasukan itu, sehingga Ka’bah terlindungi. Kisah penyerangan Ka’bah tersebut diabadikan Allah dalam firman-Nya yang tertulis di surah al-Fil.

Di saat yang sama, Nabi Muhammad SAW lahir ke muka bumi. Seorang prajurit Quraisy mendatangi Abdul Muthalib yang ada di dalam Ka’bah untuk memberitahukan kelahiran cucu yang disayangi. Anak lelaki itu kelak akan menjadi pemimpin besar yang membangun manusia menjadi makhluk mulia dan mengembalikan ibadah mereka kepada tauhid.

Ka’bah adalah saksi bisu kelahiran Islam dan perjuangan Nabi saat mengajak bangsa Arab memeuk agama yang benar dan lurus. Selain itu, Ka’bah juga menjasi saksi akan kembalinya nabi dan kaum Muslimin untuk melaksanakan ibadah umrah setelah perjanjian Hudaibiyah tahun keenam hijriyah.

Ka’bah juga menjadi saksi keberhasilan umat Islam menaklukkan Makkah. Ketika umat Islam memimpin masyarakat, Ka’bah dibersihkan dari berhala. Baytullah juga menjadi saksi haji perpisahan (wada’) yang dipimpin Rasulullah. 

Konten

Buku ini menganalisis sejarah Ka’bah dari sejak awal pembangunannya hingga sekarang. Rujukannya adalah riwayat dan kisah tentang proses pembangunan Ka’bah sebagaimana tertulis dalam berbagai khazanah klasik. Hal itu meliputi proses pembangunan oleh Nabi Ibrahim, pelaksanaan ibadah haji, dan peran Ka’bah membangun Makkah.

Porsi pembahasan lebih besar seputar sejarah penjagaan Ka’bah di masa Quraisy. Di masa ini, Ka’bah menjadi saksi berbagai peristiwa besar, terutama seputar lahirnya Islam beserta tantangan yang dihadapi para penganutnya.

 
Porsi pembahasan lebih besar seputar sejarah penjagaan Ka’bah di masa Quraisy.
 
 

Pasukan gajah juga dibahas mendalam sehingga pembaca mendapatkan informasi lebih mendalam seputar mereka yang sangat getol untuk menghancurkan baytullah. Terkait dengan kekinian, buku ini juga mengutarakan perhatian berbagai negara untuk menjaga keberlangsungan Ka’bah.

Meski negara-negara Arab memiliki perbedaan sikap dan kerap saling berperang, tapi mereka ternyata dapat bersama-sama memperhatikan kelangsungan Ka’bah. Baytullah adalah penyatu umat Islam dengan berbagai latar belakang kesukuan dan kenegaraan.

Secara umum, buku ini merupakan pelengkap kajian sejarah Islam. Banyak sejarah yang hanya mengungkapkan peperangan demi peperangan, atau pun tradisi sains dari masa ke masa, sehingga tidak mendalami atau bahkan mengabaikan sejarah bangunan yang menjadi kiblat umat Islam dunia dari berbagai zaman, yaitu Ka’bah.

Versi terjemahan Bahasa Indonesia

photo
Buku Sejarah Kabah - (Erdy Nasrul)

Melihat pentingnya isi Kitab Tarikh Ka'bah, Penerbit Turos Pustaka menerjemahkan buku ini ke Bahasa Indonesia. Versi terjemahan ini dinilai memuaskan, karena sistematika dan proses pengalihan bahasa cukup baik. Meski buku ini aslinya berbahasa Arab, ketika kita membacanya, serasa membaca buku yang aslinya berbahasa Indonesia. 

"Kami ingin menghadirkan buku berkualitas kepada masyarakat luas, terutama tentang sejarah Tanah Suci, termasuk di dalamnya Ka'bah," kata CEO Turos Pustaka Luqman Hakim Arifin. 

Segala hal yang berkaitan dengan Tanah Suci, yaitu Makkah dan Madinah, akan selalu menarik perhatian pembaca karena beberapa hal. Pertama, umat Islam merindukan Tanah Suci. Kawasan tersebut adalah tempat Rasulullah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthallib mendakwahkan Islam pertama kali. 

Tempat Rasulullah dulu harus mencurahkan segala daya dan upaya agar masyarakat mau menerima ajaran tauhid yang dibawanya. Dengan mengetahui segala seluk beluk Tanah Suci, maka umat Islam akan semakin memahami tempat yang menjadi asal usul ajaran Islam.

Kedua, Tanah Suci merupakan tempat para nabi dahulu beribadah dan juga mendakwahkan ajaran Allah. Nabi Ibrahim adalah orang pertama yang membangun Makkah. Kemudian diteruskan oleh anaknya Ismail, dan seterusnya.

Membaca buku ini, sama dengan melakukan napak tilas perjalanan para nabi. "Tak semua dari kita mampu untuk datang langsung ke sana, tapi dengan membaca buku ini, kita bisa mengetahui asal usul atau genealogi Tanah Suci, terutama Ka'bah yang menjadi kiblat umat Islam, arah kita shalat setiap saat...masya Allah," kata dia.

Ketiga, buku terjemahan ini menjadi keharusan untuk disebarluaskan kepada Muslim Indonesia. Tujuannya untuk memudahkan mereka memahami Ka'bah dan sejarahnya. Ada 80 persen dari 270-an juta penduduk Indonesia memeluk Islam. Namun hanya sedikit yang memahami Bahasa Arab. Dengan membaca terjemahan ini, mereka dapat dengan mudah mendapatkan wawasan mengenai kiblat umat Islam dunia dari berbagai zaman. Buku terjemahan ini tentu menjadi sangat berharga.

 
Kami ingin menghadirkan buku berkualitas kepada masyarakat luas, terutama tentang sejarah Tanah Suci, termasuk di dalamnya Ka'bah.
USTAZ LUQMAN HAKIM ARIFIN, CEO Rene Turos Indonesia
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat