Petugas kesehatan memperlihatkan botol vaksin COVID-19 AstraZeneca saat vaksinasi bagi pedagang di pasar tradisional Gringging, Kediri, Jawa Timur, Kamis (1/4/2021). Pedagang pasar di Kediri mulai mendapatkan suntikan vaksin dosis pertama guna menangkal | ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani

Nasional

1,3 Juta Lebih Vaksin AstraZeneca Tiba di Indonesia

Belum ada kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang serius setelah penggunaan Vaksin AstraZeneca.

JAKARTA--Sebanyak 1.389.600 juta dosis vaksin Covid-19 AstraZaneca dari Covax telah tiba hari ini, Sabtu (8/5). Kedatangan ini menambah jumlah vaksin yang datang dari fasilitas tersebut menjadi total 6.410.500 juta dosis.

Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi menjelaskan, hingga kini pemerintah Indonesia telah mengamankan vaksin sejumlah 75.910.500 juta dosis vaksin. Dengan rincian 68.500.000 dosis vaksin Sinovac, 6.410.500 dosis AstraZeneca COVAX dan 1 juta dosis Sinopharm. 

Menurutnya, sejak awal pandemi, Indonesia terus menyuarakan akses vaksin yang setara bagi semua. Sehingga saat ini terdapat pembahasan Vaccine Patent Waiver untuk mendorong kapasitas produksi dunia terhadap vaksin. Sebuah upaya kolaborasi dunia untuk meratakan jalan bagi akses vaksin untuk semua.

“Pada 17 Mei nanti, bersama Menteri Kesehatan Ethiopia, Menteri Pembangunan Internasional Kanada, saya akan memimpin Pertemuan COVAX AMC Engagement Group, untuk membahas situasi terkini upaya pemenuhan vaksin setara bagi semua negara”, kata Retno melalui rilis Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Sabtu (8/5).

AZD1222 adalah vaksin Covid-19 yang diberikan lewat suntikan intraotot. Para peneliti di Afrika Selatan dan Brasil telah memulai uji klinis untuk menilai kandidat vaksin Covid-19, ChAdOx1 nCoV-19 (AZD1222), yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan dilisensikan kepada AstraZeneca. Vaksin ini diadaptasi dari virus flu biasa yang ditemukan pada simpanse.

Risetnya dilakukan oleh Jenner Institute dan Oxford Vaccine Group dari Universitas Oxford. Timnya dipimpin oleh Sarah Gilbert, Adrian Hill, Andrew Pollard, Teresa Lambe, Sandy Douglas dan Catherine Green. Pada Desember 2020, kandidat vaksin tersebut menjalani riset klinis tahap III. Pada 30 Desember 2020, vaksin tersebut disepakati untuk dipakai dalam program vaksinasi Britania Raya.

photo
Perkembangan Vaksinasi, Senin (3/5/2021) - (kemkes.go.id)

Vaksin Oxford-Astra-Zeneca atau ChAdOx1 nCoV-19 menggunakan versi virus umum yang tidak berbahaya dan dilemahkan, yang menyebabkan pilek pada simpanse, ini telah dimodifikasi agar lebih mirip virus corona - meski tidak bisa menyebabkan penyakit.[34] Para peneliti telah menggunakan teknologi ini untuk menghasilkan vaksin melawan sejumlah patogen termasuk Flu, Zika dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS).

Virus ini merupakan hasil rekayasa genetika sehingga tidak mungkin berkembang pada manusia. Para ilmuwan telah mentransfer instruksi genetik untuk "protein lonjakan" spesifik virus corona - yang dibutuhkan untuk menyerang sel - ke vaksin. Saat vaksin memasuki sel di dalam tubuh, vaksin menggunakan kode genetik ini untuk menghasilkan protein lonjakan permukaan dari virus corona. Ini menginduksi respons imun, memprioritaskan sistem kekebalan untuk menyerang virus corona jika menginfeksi tubuh.

Tim peneliti telah menggunakan teknologi vaksin ChAdOx1 untuk menghasilkan kandidat vaksin melawan sejumlah patogen termasuk flu, Zika dan MERS, virus korona lain. Efek samping yang umum, seperti demam, atau kedinginan, menunjukkan bahwa vaksin tersebut efektif dalam merangsang respons imun adaptif. Kebanyakan orang mengalami nyeri dan kemerahan di sekitar tempat suntikan.

Pemprov DKI

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengungkapkan, hingga saat ini pihaknya belum menerima adanya laporan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang serius dari penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca. Dia menyebut, laporan efek samping yang dialami bersifat ringan. 

"Sejauh ini tidak terlaporkan di kita efek samping atau KIPI yang serius. Jadi semuanya yang masuk ke kita KIPI ringan, dan itu sehari sembuh, langsung sehat kembali," kata Widyastuti dalam diskusi virtual, Rabu (5/5).

Laporan yang masuk ke Dinkes DKI Jakarta adalah efek samping yang bersifat ringan. Widyastuti menjelaskan, beberapa orang juga menyampaikan merasa agak meriang atau demam setelah menerima suntikan vaksin. "Tapi kami sudah membekali dengan obat antiyeri atau panas sesudah divaksinasi. Kini mereka sudah sehat, ujarnya. 

Lebih lanjut dia mengatakan, pihaknya mencatat lebih dari 28 ribu warga DKI Jakarta telah mendapatkan vaksin AstraZeneca. "Sudah 28 ribu lebih warga DKI Jakarta yang menggunakan AstraZeneca," ucap dia. 

Sebelum disuntik vaksin tersebut, Dinkes DKI terlebih dahulu melakukan deteksi dini atau skrining. Ia berujar, ada beberapa pertanyaan terkait riwayat penyakit maupun penyintas Covid-19 yang dilontarkan kepada calon penerima vaksin.

Widyastuti menambahkan, skrining yang dilakukan pihaknya pun sudah sesuai dengan regulasi petunjuk teknis dari  Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Artinya, jelas dia, skrining sebelum mendapatkan vaksin AstraZeneca sama seperti saat akan mendapatkan vaksin Covid-19 Sinovac yang diberikan kepada masyarakat berusia 18 tahun keatas.

photo
Seorang Polwan menuntun warga lanjut usia (lansia) yang akan divaksin di Polres Gorontalo Kota, Kota Gorontalo, Gorontalo, Sabtu (1/5/2021). Polres Gorontalo Kota bersama Dinas Kesehatan melakukan sistem jemput bola dari rumah ke rumah bagi warga lansia untuk memudahkan pelayanan vaksinasi Covid-19. - (Adiwinata Solihin/ANTARAFOTO)

Sejuta dosis vaksin

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat sejauh ini sudah menggunakan sekitar 1 juta dosis vaksin AstraZeneca. Pelaksana tugas Direktur Surveilans dan Karantina Kemenkes Prima Yosephine mengatakan jumlah 1 juta merupakan vaksin dosis pertama.

"Sampai kemarin sudah 1 juta dosis vaksin AstraZeneca yang kita pakai, sudah digunakan. 1.010.711 vaksin digunakan untuk dosis pertama dan 17 dosis untuk dosis kedua," kata Prima dalam media briefing secara virtual, Rabu (5/5).

Prima mengatakan, vaksin AstraZeneca memang sempat menjadi polemik di Indonesia beberapa waktu lalu. Polemik itu seputar dampak atau kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) akibat vaksin ini. Namun, dia memastikan tidak ada masalah.

"European Medicine Agency sudah membahas dan sampaikan bahwa tidak ada masalah terkait vaksin AstraZeneca secara menyeluruh," ungkapnya.

Menurutnya, dalam informasi produk vaksin AstraZeneca, telah dicantumkan peringatan kehati-hatian dalam menggunakannya. Terutama kepada orang-orang yang memiliki trombosit tinggi dan memiliki pembekuan darah.

"Tapi disampaikan, demam, pegal-pegal itu juga kejadian yang sering dialami setelah dapat vaksinasi ini, namun bisa diatasi dengan analgetik biasa saja, misal parasetamol," katanya. 

photo
Personel TNI mejalani pemeriksaan medis sebelum vaksinasi menggunakan produk AstraZeneca di Denpasar, Bali, pada 26 Maret 2021. - (EPA-EFE/MADE NAGI)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat